Pemeriksa fraud harus mempunyai kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep keuangan, dan kemampuan untuk menarik
kesimpulan terhadapnya. Ciri yang unik dari kasus-kasus fraud, yakni berbeda dengan kejahatan tradisional atas harta benda, adalah identitas
pelakunya biasanya diketahui. Dalam perampokan bank misalnya, issue- nya bukanlah kejahatan terjadi, melainkan siapa pelakunya? Dalam
kasus-kasus fraud, issue-nya bukanlah penentuan identitas pelakunya, namun apakah perbuatannya dapat dianggap meruapakan fraud.
Sangat penting bagi pemeriksa untuk menyederhanakan konsep- konsep keuangan sehingga para saksi dapat memahami apa yang
dimaksudkannya. Dalam kenyataannya kebanyakan kasus fraud sangat sederhana, namun metode-metode penyembunyiannya atau
penyamarannya yang membuatnya terlihat rumit.
2.1.2.5 Ruang Lingkup Audit Fraud
Ruang lingkup audit fraud mencakup : 1. Pencegahan preventive, yaitu upaya untuk mencegah terjadinya
fraud dengan cara menghilangkan atau meminimalkan faktor – faktor penyebab terjadinya fraud. Pencegahan dilakukan dengan Anti Fraud
Control, yang isinya antara lain : • Audit dengan kunjungan mendadak
• Alih tugas wajib ambil cuti • Saluran komunikasi khusus untuk melapor ketidakberesan
• Program dukungan bagi karyawan
Universitas Sumatera Utara
• Pelatihan mengenai fraud untuk manajer dan eksekutif • Audit internal
2. Pendeteksian detective, yaitu proses mengarahkan kegiatan untuk mengidentifikasikan terjadinya fraud dengan cepat, tepat, dan dengan
biaya yang rasional. Teknik- teknik untuk mendeteksi fraud ialah : • Penggunaan teknik – teknik audit yang dilakukan oleh internal
maupun eksternal auditor dalam mengaudit laporan keuangan, namun secara lebih mendalam dan luas.
• Pemanfaatan teknik audit investigatif • Penelusuran jejak – jejak arus uang
• Penerapan teknik analisi dalam bidang hukum • Penggunaan computer forensics
• Penggunaan teknik interogasi • Pemanfaatan whistleblower
3. Penginvestigatian investigative, yaitu upaya untuk menangani dan memproses tindakan fraud sesuai dengan peraturan perundang –
undangan yang berlaku. K. H. Spencer Pickett dan Jennifer Pickett merumuskan beberapa standar untuk melakukan investigasi terhadap
fraud. Konteks yang mereka rujuk adalah investigasi atas fraud yang dilakukan oleh pegawai di perusahaan. Standar-standar tersebut
adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Seluruh investigasi harus dilandasi praktik terbaik yang diakui accepted bes practies.
b. Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian due care sehingga bukti-bukti tadi dapat diterima di pengadilan.
c. Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi, diindeks dan jejak audit tersedia.
d. Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak asasi pegawai dan senantiasa menghormatinya.
e. Beban pembuktian ada yang “menduga” pegawainya melakukan kecurangan, dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai
tersebut, baik dalam kasus hukum administratif maupun hukum pidana.
f. Cakup seluruh substansi investigasi dan “kuasai” seluruh target
yang sangat kritis ditinjau dari segi waktu. g. Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk
perencanaan, pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ketiga, pengamanan mengenai hal-hal yang
bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protokol, dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, melibatkan danatau melapor ke polisi,
kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.6 Keterbatasan Audit Laporan Keuangan dalam Pendeteksian