Peristiwa Kematian Menurut Pandangan Islam
Artinya: “Dan Ibrahim mewasiatkan ini kepada putera-puteranya, Dan yakub
juga berpesan, Hai putera-puteraku Allah telah memilih agama bagimu. Maka janganlah kamu mati kecuali dalam berserah diri”. Al-Baqarah, 2: 132
Kehadiran ajal tidak diketahui oleh siapapun. Pesan itu berarti hendaknya kita tidak meninggalkan agama Islam walau sesaat pun. Jadi, kapan pun saat
kematian datang, kita tetap menganut agama ini. Kematian tidak dapat di duga kedatangannya. Kalau kita melepaskan ajaran agama ini sesaat, maka jangan
sampai pada waktu yang sesaat itu kematian datang menjemput nyawa kita agar kita mati secara husnul khatimah. Kalau kita mati ketika meninggalkan agama ini
walau hanya sesaat, maka itu kematian termasuk su’ul khatimah, na’uzubillah
minzalik, kita berlindung kepada Allah dari nasib buruk itu.
44
Memang penulis tidak menemukan ayat atau riwayat yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya tentang sifat dan keadaan seseorang yang
mati dalam husnul khatimah atau su’ul khatimah, tetapi agaknya kita dapat
berkata bahwa ketenangan yang menyertai kematian, keceriaan yang nampak pada air muka yang wafat serta pujian orang atau amal-amalnya, dapat menjadi
indikator-indikator kesudahan yang baik.
45
Allah telah menetapkan tanda-tanda bahwa kematian seseorang husnul khatimah. Syaikh Albani rahimahullah telah mengumpulkan dalam kitabnya
44
Ibid, h.62
45
M. Quraish Shihab, Perjalanan Menuju Keabadian: Kematian, Surga, dan Ayat-Ayat Tahlil, Jakarta: Lentera hati, 2001, h.74
Ahkamul Janaiz tanda-tanda ini dari Al-Quran dan Sunah. Berikut ini dijelaskan tanda-tanda seorang mati dalam keadaan husnul khatimah, yaitu:
46
a. Mengucapkan kalimat syahadat ketika wafat
b. Ketika wafat dahinya berkeringat
c. Wafat pada malam Jum‟at
d. Mati syahid dalam medan perang
e. Mati dalam peperangan fisabilillah
f. Mati disebabkan penyakit kolera
g. Mati karena tenggelam
h. Mati karena tertimpa reruntuhantanah longsor
i. Perempuan yang meninggal karena melahirkan
j. Mati terbakar
k. Mati karena penyakit busung perut
l. Mati karena penyakit TBC
m. Mati karena mempertahankan hartanya yang dirampas
n. Mati dalam membela agama dan jiwa
o. Mati dalam berjaga-jaga di perbatasan di jalan Allah
p. Orang yang meninggal pada saat mengerjakan amal shaleh
q. Orang yang dibunuh penguasa yang dhalim kerena dia mendatanginya dan
menasihatinya Sehingga dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai kematian
seseorang bisa disebut husnul khotimah adalah:
47
46
Maria Hidayah, Khusnul Khotimah: Jemputlah Kematianmu dengan Khusnul Khotimah, Klaten: Cable Book, 2012, h.27
47
Ibid, h.38-40
a. Ditinjau dari kata-kata terakhirnya, apabila kata-kata terakhirnya adalah
kalimat-kalimat toyyibah, maka itu tandanya dia mati dalam keadaan husnul khotimah.
b. Ditinjau dari aktifitas terakhirnya, apabila seseorang di masa-masa akhir
hidupnya beribadah baik ibadah mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh. Dan dia meninggal dalam keadaan beribadah atau usai menjalankan ibadah maka itulah
tandanya dia mati dalam keadaan husnul khotimah. c.
Ditinjau dari hari terakhirnya hari Jum‟at, begitu banyak orang-orang sholih yang meninggal dunia pada hari Jum‟at, karena mati pada hari Jum‟at adalah
tanda kematian husnul khotimah. d.
Ditinjau dari kondisi terakhir fisiknya. Kita sering menyaksikan seseorang meninggal dengan kondisi tubuh yang tidak wajar seperti tubuh gosong, penuh
dengan luka dan nanah, berbau busuk, keluar belatung, lidah menjulur dan mata melotot atau bahkan tidak ada yang mau memandikan, mengkafani,
mensholatkan, dll. Seseorang yang matinya husnul khotimah tidak akan mengalami kejadian-kejadian seperti diatas, malah sebaliknya seperti wajah
mayit terlihat tenang dan damai bahkan ada yang tersenyum, banyak yang berta‟ziyah dan mensholatkan dan lain-lain.
Begitulah akhir kehidupan yang baik, banyak orang yang menangis setelah kepergiannya ke alam akhirat. Menangis bahagia, karena ditinggal orang shalih
dan bahagia karena orang shalih tersebut meninggal dalam husnul khotimah. Abu Hamid al-Ghazali menjelaskan, dalam menyikapi soal kematian manusia dibagi
tiga golongan. Pertama, orang yang sibuk dengan kehidupan dunia. Kedua, pemula yang bertobat, dan ketiga, orang yang telah mencapai tingkatan arifin.
48
1. Orang yang sibuk dengan kehidupan dunia
Orang ini tidak akan mengingat kematian. Kalaupun ia mengingatnya itu dilakukan sambil meratapi kehidupan dunianya dan menyesali datangnya
kematian. Bagi orang seperti ini kematian hanya akan membuatnya semakin jauh dari Tuhan.
2. Orang yang bertobat
Orang ini seringkali mengingat kematian, sehingga rasa takut dan gentar mungkin sekali timbul dalam hatinya dan dengan demikian menyempurnakan
tobatnya. Boleh jadi dia merasa khawatir bahwa kematian akan menjemput sebelum tobatnya sempurna dan bekalnya untuk kehidupan akhirat cukup.
Rasa takut mati orang seperti itu masih bisa dimaklumi dan dia tidak termasuk kedalam kelompok yang dis
ebut dalam sabda Rasulullah: “ Barang siapa yang membenci pertemuan dengan Allah, maka Allah akan benci
bertemu dengannya”. Ciri khas orang yang bertobat adalah persiapannya yang terus menerus untuk hal itu dan sikapnya mengurangi perhatian kepada hal-hal
yang lain. jika tidak demikian, maka dia akan termasuk manusia yang tenggelam dalam urusan duniawi semata.
3. Orang yang telah mencapai tingkatan arifin
Orang yang arif akan senantiasa mengingat kematian, sebab baginya kematian merupakan saat yang berbahagia bersama Kekasihnya dan seorang
pecinta yang tak akan pernah melupakan janji pertemuan dengan Zat yang
48
Sudirman Tebba, Kiat Sukses Menjemput Maut, Jakarta: Pustaka Irvan, 2006, h.68
dicintainya. Biasanya orang seperti itu mneganggap kedatangan kematian merayap lambat dan dia merasa gembira dengan kedatangannya, karena dengan
itu dia bisa meninggalkan dunia tempat tinggal orang-orang yang berdosa untuk kemudian berada di hadirat Tuhan Semesta Alam.
Manusia di dunia ini tidak ada yang sama. Setiap orang memiliki perbedaan. Demikian pula dalam mengingat kematian. Tidak semua manusia di
dunia ini mengingat kematian. Hanya orang-orang yag memiliki ketakwaan dan percaya akan kuasa Allah yang mengerti apa yang akan terjadi pada dirinya sesuai
yang digariskan oleh Allah. Namun lebih banyak lagi golongan manusia yang tidak ingat dan mengerti tentang kematian.
49
49
Rita Rosita, Mengingat Kematian, Ciputat: Mediatama Publishing Group, 2010, h.15
35