2  Pelaksanaan a.  Mengorganisasikan kegiatan layanan
b.  Mengaktifkan peserta layanan c.  Mengoptimalkan penggunaan metode dan media
3  Evaluasi a.  Menetapkan materi evaluasi
b.  Menetapkan prosedur evaluasi c.  Menyusun instrumen evaluasi
d.  Mengaplikasikan instrumen evaluasi e.  Mengolah hasil aplikasi instrumen
4  Analisis hasil evaluasi a.  Menetapkan norma atau standar evaluasi
b.  Melakukan analisis c.  Menafsirkan hasil analisis
5  Tindak lanut a.  Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut
b.  Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait c.  Melaksanakan rencana tindak lanjut
6  Pelaporan a.  Menyusun laporan layanan orientasi
b.  Menyampaikan laporan kepada pihak terkait c.  Mendokumentasikan laporan.
Berdasarkan  pengertian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  operasionalisai layanan  informasi  adalah:  perencanaan,  pelaksanaan,  evaluasi,  analisis  hasil
evaluasi, tindak lanjut, pelaporan.
2.4. Keefektifan  Layanan  Informasi  Untuk  Meningkatkan
Pemahaman Kesehatan Reproduksi.
Remaja  merupakan  masa  transisi  dari  masa  anak-anak  menuju  usia dewasa. Masa remaja dimulai dari rentang usia 13-21 tahun. Di masa ini, sebagai
suatu  masa  dimana  kematangan  sudah  dicapai,  suatu  masa  dimana  kematangan emosional  seseorang  masih  belum  stabil  sedangkan  pertumbuhan  fisik  dan
mentalnya mengalami pertumbuhan. Selain itu, masa remaja sebagai masa transisi yang  dipenuhi  dengan  berbagai  bentuk  perlawanan  terhadap  berbagai  hal  yang
tidak disenanginya, sehingga akan timbul berbagai masalah yang akan membawa mereka pada ketegangan psikologis atau stres.
Menurut  Marmi  2013:  55  bahwa  akses  informasi  yang  benar  tentang kesehatan reproduksi sangat terbatas, baik dari orang tua, sekolah, maupun media
massa.  Budaya  tabu  dalam  pembahasan  sesksualitas  menjadi  suatu  kendala  kuat dalam  hal  ini.  Pusat  informasi  dan  konseling  kesehatan  reproduksi  remaja  PIK-
KRR  yang  dapat  dimanfaatkan  sebagai  salah  satu  sumber  informasi  pennting, baru berjumlah 682 laporan akhir 2004 yang kemudian meningkat menjadi 2773
buah  juli  2007.  Masih  belum  memadainya  jumlah  PIK-KRR  dan  minat  remaja mengetahui  KRR  secara  benar  menyebabkan  akses  informasi  ini  rendah.
Informasi menyesatkan yang memicu kehidupan seksualitas remaja yang semakin
meningkat  dari  berbagai  media,  yang  apabila  tidak  dibarengi  oleh  tingginya pengetahuan  yang  tepat  dapat  memicu  perilaku  sesksual  bebas  yang  tidak
bertanggungjawab. Perkembangan pada masa remaja seharusnya membutuhkan perhatian dan
bimbingan  yang  sangat  khusus  dari  orang  tua,  guru  dan  pemerintah  terutama tentang hal kesehatan reproduksi. Pemahaman kesehatan reproduksi  yang rendah
akan  merusak  masa  depan  remaja  seperti  pernikahan,  kehamilan  serta  seksual aktif sebelum menikah.
Tetapi pada kenyataanya permasalahan tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman  remaja  terhadap  kesehatan  reproduksi.  Karena  kurangnya
pengetahuan  tentang  kesehatan  reproduksi  juga  akan  menimbulkan  beberapa gangguan-gangguan  reproduksi.  Sehingga  akan  membawa  dapak  yang  sangat
buruk  terhadap  remaja-remaja  yang  masih  duduk  dibangku  sekolah,  seperti sekolah  menengah  pertama.  Salah  satu  dampak  yang  ditimbulkan  akibat
kurangnya  pemahaman  remaja  atau  siswa  terhadap  kesehatan  reproduksi  adalah munculnya  perilaku  seksual  bebas  yang  tidak  bertanggujawab  seperti  pacaran
yang  berlebihan,  misalnya  berciuman  dan  berpelukan  dan  lain-lain,  pergaulan bebas  yang mengakibatkan hubungan sek diluar nikah dan kehamilan  yang tidak
dikehendaki.  Akibat  kehamilan  tersebut  akan  menuntut  remaja  atau  siswa melakukan  pernikahan  pada  usia  yang  masih  dini.  Sehingga  pendidikan  siswa
tersebut  terputus  dan  pernikahan  pada  usia  dini  dapat  merusak  kesehatan reproduksinya.