1 Mampu mengendalikan diri untuk tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.
2 Mampu menjalankan kehidupan seksual yang sehat dengan pasangan yang sah.
3 Tidak menulari atau tertular penyakit kelamin, serta tidak memaksa atau dipaksa oleh pasangan kita, apalagi oleh orang lain.
4 Mampu mempunyai keturunan yang sehat. 5 Memperoleh informasi dan pelayanan reproduksi yang kita butuhkan
dan keputusan apapun yang kita ambil seputar masalah reproduksi kita bisa dipertanggungjawabkan.
Pendapat lain tentang perilaku reproduksi sehat menutur Utamadi 2007 dalam Fitriyanti 2008:14 yaitu:
Perilaku reproduksi sehat yaitu memiliki kemampuan untuk melindungi diri mereka sendiri dari berbagai penyakit serta kehamilan yang
tidak dikehendaki, sadar akan sikap dan perilaku seksual mereka. Mereka juga percaya bahwa mengembangkan reproduksi sehat adalah bagian dari
upaya hidup sehat. Untuk mendapatkan reproduksi sehat harus dapat merawat dan menjaga tubuh dengan baik, satu hal yang penting adalah
bagaimana remaja bisa memahami anatomi dan fungsi organ reproduksi mereka. Pengetahuan dan kemampuan merawat organ reproduksi juga
merupakan hal yang sangat penting dalam upaya mendapatkan reproduksi sehat.
Imron 2012 : 42 menyebutkan bahwa individu dikatakan bebas dari gangguan reproduksi apabila individu tersebut:
1 Aman dari kemungkinan kehamilan yang tidak dikehendaki. 2 Terlindung dari praktik reproduksi yang berbahaya.
3 Bebas memilih alat kontrasepsi yang cocok baginya. 4 Memiliki akses terhadap informasi tentang alat kontrasepsi dan
reproduksi. 5 Memiliki akses terhadap perawatan kehamilan dan pelayanan
persalinan yang aman. 6 Memiliki akses terhadap pengobatan kemandulan infertility.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa individu dapat dikatakan memiliki perilaku reproduksi sehat jika:
1 Memiliki akses informasi tentang kesehatan reproduksi. 2 Menjalin hubungan yang positif dengan teman sebaya.
3 Melakukan kegiatan yang positif dan bermanfaat. 4 Bebas dari penyakit kelamin.
Berdasarkan teori-teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi sehat yang dimiliki oleh individu secara fisik,
mental, dan sosial yang berhubungan dengan sistem reproduksi, tidak hanya terhindar dari penyakit namun juga sehat secara mental dan sosio kultral. Perilaku
reproduksi sehat merupakan perilaku sadar diri terhadap perilaku seksualnya dan melindungi diri dari ancaman yang membahayakan organ reproduksinya.
2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
Menurut Marmi 2013:58 faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja adalah :
1. Kebersihan organ-organ genital Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana
remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya.
2. Akses terhadap pendidikan kesehatan Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang
kesehatan reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-hal yang harus dihindari.
3. Hubungan seksual pranikah Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali
berakhir dengan aborsi. Banyak survey yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60 kehamilan pada wanita
berusia dibawah 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan atau salah waktu mistimed. Aborsi yang disengaja seringkali
beresiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada mereka yang telah tua. Banyak studi yang telah dilakukan juga menunjukan
bahwa kematian dan kesakitan sering terjadi akibat komplikasi aborsi yang tidak aman.
4. Penyalahgunaan NAPZA NAPZA adalah singkatan sari narkotika, alkohol, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya. Pengaruh dari hal tersebut adalah penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa
nikmat dan nyaman yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA akan berpengaruh terhadap meningkatnya
perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum suntik juga meningkatkan resiko terjadinya HIVAIDS, sebab virus HIV dapat
menular melalui jarum suntik yang dipaki secara bergantian.
5. Pengaruh media massa Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai
peranan yang cukup berarti untuk memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja.
6. Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan
tindakan preventif dan tindakan kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu, dan tempat-
tempat lain yang memungkinkan.
7. Hubungan harmonis dengan keluarga Kedekatan dengan orang tua merupakan hal berpengaruh
dengan perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orang tuanya tentang masalah keremajaan yang dialaminya. Keluarga
merupakan tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang anak sebelum ia mendapatkan pendidikan di tempat lain.
8. Penyakit Menular Seksual Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual. Penyakit menular seksual juga bisa dapat terjadi dengan cara lain yaitu kontak langsung dengan alat-
alat seperti handuk, pakaian, termometer, dan lain-lain. Penyakit menular seksual dapat juga ditularkan oleh ibu kepada bayinya ketika
dalam kandungan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: kebersihan alat-alat
genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah, penyakit menular seksual PMS, pengaruh media massa, akses terhadap
pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja dengan keluarganya.