LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan kualitas sumber daya manusia, karena dengan adanya pendidikan akan meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dapat menjamin kelangsungan hidup suatu negara. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara Sisdiknas 2011:3. Salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari bagaimana proses pembelajaran yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik di sekolah. Guru sebagai pendidik sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab XI tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 39 menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik perguruan tinggi. Selanjutnya dalam pasal 40 ayat 2a dijelaskan bahwa kewajiban bagi seorang pendidik adalah menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis Sisdiknas 2011:27. Peran guru sangat penting dalam suatu proses pembelajaran. Seorang guru perlu menyiapkan siswa sebaik mungkin untuk siap menerima dan mengikuti proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru hendaknya dapat menarik perhatian siswa dan membangkitkan semangat siswa untuk selalu berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Hal tersebut membutuhkan kemampuan khusus guru dalam mengajar yaitu penggunaan variasi mengajar. Usman 2013:84 menjelaskan bahwa variasi dalam pembelajaran merupakan suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Kurangnya keterampilan mengadakan variasi dalam proses pembelajaran akan menimbulkan kebosanan dan kejenuhan pada siswa dalam kegiatan belajar. Faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar yang monoton akan mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru, dan sekolah menurun Hasibuan 2012:64. Dalam kondisi tersebut, dengan adanya variasi yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran, diharapkan akan mengatasi kebosanan dan kejenuhan yang dialami siswa. Selain untuk mengatasi kebosanan pada siswa, penggunaan variasi dalam mengajar akan meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi, memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik, memupuk perilaku positif peserta didik terhadap pembelajaran, dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya Mulyasa 2011:78. Variasi dalam kegiatan pembelajaran penting untuk dilakukan seorang guru dalam proses pembelajaran untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan untuk siswa. Pembelajaran yang menyenangkan dengan penggunaan variasi mengajar yang dilakukan guru, diharapkan dapat merangsang dan menumbuhkan motivasi belajar pada siswanya agar proses pembelajaran berlangsung efektif dan efisien dalam mencapai tujuan belajar. Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi pada diri siswa dalam proses pembelajaran akan meningkatkan intensitas siswa dalam belajar, sehingga prestasi belajar yang akan dicapai dapat meningkat dan tujuan belajar dapat tercapai. Sardiman 2012:75 menyatakan bahwa motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi dalam diri seseorang dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Uno 2015:27 menyatakan ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan menentukan ketekunan belajar. Dengan adanya motivasi belajar dalam diri siswa, akan mendorong siswa tersebut untuk meningkatkan prestasi dalam kegiatan belajar. Berdasarkan hasil laporan beberapa lembaga internasional, menunjukkan prestasi dan perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia masih tertinggal apabila dibandingkan dengan negara-negara berkembang yang lain. Menurut Education Developement Index EDI tahun 2010, kualitas pendidikan Indonesia menempati peringkat 64 dari 120 negara Unesco 2012. Hasil survei selanjutnya, menurut laporan PISA Programme for International Student Assessment yang berhubungan dengan kemampuan literasi sains, membaca dan matematika pada tahun 2012 menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi siswa Indonesia berada signifikan di bawah rata- rata internasional. Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara OEDC 2012. Sementara itu, hasil kajian The World Bank Bank Dunia 2011:25 menunjukkan bahwa skor rata-rata uji kompetensi guru sekolah dasar yang dilakukan Kemdiknas tahun 2004 masih tergolong rendah, yaitu hanya sekitar 38 persen. Pada kenyataan di sekolah, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa guru kelas IV SD Negeri di Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal diketahui bahwa variasi mengajar yang dilakukan guru adalah sebagai berikut: 1 guru belum optimal dalam memvariasikan suara pada saat mengajar, hal ini menyebabkan siswa merasa bosan dengan penjelasan guru; 2 guru belum optimal dalam memusatkan perhatian siswa untuk mengikuti pembelajaran, sehingga siswa masih banyak yang kurang memperhatikan; 3 guru masih cenderung menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru; 4 guru belum sepenuhnya melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, pola interaksi yang dilakukan masih dominan dengan pola interaksi satu arah dari guru ke siswa; 5 guru juga belum optimal dalam merubah posisi pada saat mengajar, masih dominan berada di depan kelas saat menjelaskan pelajaran; 6 guru belum mengembangkan pembentukan diskusi dalam pembelajaran; 7 penggunaan media dan alat peraga juga masih belum optimal karena ketersediaan media dan alat peraga yang terbatas di sekolah. Dilihat dari faktor siswa, motivasi belajar siswa masih kurang yang terlihat dari saat proses pembelajaran berlangsung, sebagian siswa terlihat bosan dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Siswa kurang tekun dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Saat diberikan PR, masih ada saja siswa yang tidak mengerjakan. Partisipasi siswa dalam pembelajaran juga masih belum optimal, siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Siswa kurang berani untuk mengemukakan pendapatnya saat berada di kelas. Siswa kurang yakin dan kurang percaya diri dalam mempertahankan hal yang diyakininya. Siswa juga kurang senang untuk mengerjakan soal-soal yang ada di buku terlihat dari siswa yang justru mengobrol saat ada waktu luang di kelas. Sesuai akar permasalahan yang ada, untuk memecahkan masalah pembelajaran dalam proses belajar mengajar seperti yang telah diuraikan tersebut, mengingat pentingnya variasi dalam mengajar serta motivasi belajar pada diri siswa, peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui pandangan siswa tentang variasi mengajar guru dan apakah memiliki hubungan dengan motivasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Ratih Endang Palupi dan Rini Endah Sugiharti tahun 2014 yang berjudul “Hubungan Keterampilan Guru dalam Mengelola Kelas dengan Motiva si Belajar Siswa”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Harapan Jaya XV. Sedangkan sampel yang digunakan adalah siswa kelas VA dan VB dengan jumlah 100 siswa. Dari hasil perhitungan melalui SPSS didapat nilai rxy product momen sebesar 0,606 yang berarti H1 diterima dengan koefisien determinasi sebesar 36,7 menunjukkan angka kontribusi dari keterampilan guru dalam mengelola kelas terhadap motivasi belajar siswa. Sedangkan 63,3 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan guru dalam mengelola kelas dengan motivasi belajar siswa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hendrik Eko Prasetiyo tahun 2015 dengan judul “Hubungan Persepsi Penerapan Metode TGT, Teknik Reward and Punishment dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN I Ngrejo Tulungagung”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kegairahanmotivasi anak didik untuk mengikuti pembelajaran, hal ini diketahui dari hasil wawancara secara sampling terhadap 5 siswa secara acak, diketahui 4 diantaranya mengaku senang terhadap metode yang diperankan oleh guru. Terdapat hubungan positif secara bersama-sama antara metode TGT, reward and punishment dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa, dengan koefisien korelasi berganda sebesar 0,844. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, peneliti akan mengkaji permasalahan tersebut melalui penelitian dengan judul “Hubungan antara Variasi Mengajar dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI DI KECAMATAN TEMANGGUNG KOTATEMANGGUNG

2 60 212

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI DI KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

0 17 212

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DENGAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG

0 128 293

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GUGUS WIBISONO KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS

1 12 323

HUBUNGAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 064037 MEDAN TEMBUNG.

2 11 26

PENGARUH KETERAMPILAN MENGGUNAKAN VARIASI MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Pengaruh Keterampilan Menggunakan Variasi Mengajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas Tinggi Di Sd Negeri Dawungan 1.

0 2 16

PENGARUH KETERAMPILAN MENGGUNAKAN VARIASI MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Pengaruh Keterampilan Menggunakan Variasi Mengajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas Tinggi Di Sd Negeri Dawungan 1.

0 1 10

HUBUNGAN MOTIVASI GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 KARANGREJO HUBUNGAN MOTIVASI GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 KARANGREJO KECAMATAN KERJO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 1 14

Hubungan antara Motivasi Belajar, Disiplin Belajar, dan Kemampuan Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri di Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo.

0 0 2

HUBUNGAN ANTARA BELAJAR MANDIRI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI DI KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

0 3 59