Merupakan kemampuan penghuni untuk mengoperasikan bangunan secara efektif dan efisien. Unsur ini berkaitan dengan faktor manusia yang akan mempengaruhi dimensi fisik
dan konfigurasi ruang dan perabot. Unsur fungsional juga berkaitan dengan faktor komunikasi dan alur kegiatan pemakai, faktor kemudahan pemakai dalam melakukan
kegiatan, dan faktor spesialisasi bangunan. iii.
Behavior unsur perilaku Merupakan aspek sosial dan psikologis tingkat kepuasan penghuni bangunan. Aspek
ini meliputi privasi dan interaksi penghuni, persepsi lingkungan, rasa kepemilikan, pemahaman dan perancangan bangunan, dan kognisi dan orientasi lingkungan penghuni.
Kesimpulan: Perancangan fisik ruang yang mempunyai variabel independen yang berpengaruh
terhadap perilaku pemakainya. Pengguna cenderung untuk selalu mengerti dan bereaksi dengan lingkungannya. Sehingga perlu diadakan analisa pengguna dan lingkungan untuk
mendapatkan pendekatan konsep ruang yang diharapkan sesuai dengan perilaku manusia. Dalam hal ini analisis pengguna berdasarkan memperhatikan aspek perilaku lansia.
3.3. Interpretasi Tema
Setelah mengadakan beberapa pendekatan penulis dapat memberikan beberapa poin yang menyatakan secara langsung maupun tidak langsung kaitan perilaku Lansia yang
akan dilayani di site dengan hasil rancangan Kompleks hunian bagi elderly tersebut. Hal- hal itu antara lain :
LANSIA SUKA BERSOSIALISASI DALAM KELOMPOK-KELOMPOK KECIL •
Setiap hunian memiliki teras yang memungkinkan para lansia berinteraksi dalam waktu yang tidak terlalu lama dan dengan intensitas yang tinggi
• Di taman-taman tertentu dirancang tempat dudukgazebo-gazebo kecil
• Taman dilengkapi air mancur.
KONDISI FISIK MENURUN, CEPAT LELAH, GERAKAN DAN REFLEKSI LAMBAN
• Selaras penghubung digunakan pada saat hujan atau panas
• Disediakan ramp di taman-taman untuk pengguna kursi roda, lebar pintu baik di hunian
maupun fasilitas lain besar untuk memungkinkan masuknya lansia dengan kursi roda tersebut
• Terdapat handrail yang membantu mereka pada saat-saat tertentu
• Jalan dibuat dengan ramp yang landai dan untuk tangga dibrikan bordes setiap 900cm
pada jarak tertentu disediakan tempat duduk
Universitas Sumatera Utara
• Pemilihan bahanmaterial yang tidak licin dan berbahaya
• Penerangan harus baik.
PELUPA, PIKUN, CEPAT STRESS •
Pola perletakan massa terpusat tidak membingungkan •
View terbuka; dapat terlihat beberapa view sekaligus dari 1 tempat •
Bentukan taman atau ruang terbuka yang asimetris TERITORI
• Penempatan lansia 2 orang dalam 1 kamar dengan lemari terpisah
• Penzoningan yang jelas antar zona public, semi publik dan private.
TIDAK SUKA TERASING DARI MASYARAKAT •
Unit hunian ditempatkan cukup dekat dengan rumah-rumah para pengelola •
Ruang terbuka yang dapat diakses oleh kelompok masyarakat diluar lansia. AKTUALISASI DIRI
• Fasilitas yang dapat memenuhi kegiatan lansia
• Kebebasan untuk memilih kegiatan yang sesuai dengan hobi dan kemampuan masing-
masing. KESAN TERHADAP WARNA TERTENTU
• Untuk ruang tidur lansia dihindari terutama pada plafon warna yang menyilaukan
seperti putih karena daya pantulnya besar dan memberikan kesilauan, warna yang dipilih adalah warna dengan daya pantul sekitar 65-80, seperti hijau muda, kuning
kehijauan atau jingga.
KESIMPULAN 1
Kompleks Hunian Warga Lansia merupakan suatu wujud aspek sosial yang diterapkan dalam bentuk nyata, dan merupakan wujud penggabungan dari sikap, rasa tanggung
jawab dan rasa penghargaan terhadap sesama makhluk sosial secara umum dan manusia lanjut usia secara khusus.
2 Pemilihan suatu site merupakan salah satu factor yang penting dalam merancang suatu
hunian bagi lansia yang dihubungkan dengan kenyamanannya baik secara fisik maupun psikologi.
3 Sarana pendukung sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan lansia yang pada
akhirnya akan meningkatkan produktifitas lansia tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4 Perlu adanya pengkajian yang lebih menitikberatkan kepada aspek perilaku dalam
merancang Kompleks lansia. 5
Penzoningan tata letak bangunan harus jelas berdasarkan fungsi dan penggunaannya.
3.4. Studi Banding Tema Sejenis