sikap tubuh, 3 gerakan jari-jemari, 4 gerakan tangan, 5 ayunan tangan, 6 gerakan pundak, 7 goyangan pinggul, 8 gelengan kepala.
2.5.3.1.4 Ungkapan-Ungkapan Penanda Kesantunan sebagai Penentu Kesantunan Linguistik
Ungkapan penanda kesantunan itu merupakan realisasi dari tuturan yang disampaikan secara santun. Penanda tersebut meliputi hal sebagai berikut.
1. Penanda kesantunan tolong sebagai penentu kesantunan linguistik
2. Penanda kesantunan mohon sebagai penanda kesantunan linguistik
3. Penanda kesantunan silakan sebagai penanda kesantunan linguistik
4. Penanda kesantunan mari sebagai penanda kesantunan linguistik
5. Penanda kesantunan biar sebagai penanda kesantunan linguistik
6. Penanda kesantunan ayo sebagai penanda kesantunan linguistik
7. Penanda kesantunan coba sebagai penanda kesantunan linguistik
8. Penanda kesantunan harap sebagai penanda kesantunan linguistik
9. Penanda kesantunan sudikiranyasudikahsudi apalah kiranya sebagai
penanda kesantunan lingustik.
2.5.3.2 Kesantunan Pragmatik
Makna pragmatik bahasa Indonesia dapat dituturkan dengan cara yang berbeda-
beda. Pragmatik imperatif kebanyakan wujudkan dengan tuturan nonimperatif pragmatik imperatif banyak diungkapkan dalam tuturan deklaratif dan tuturan
interogatif. Penggunaan tuturan nonimperatif untuk menyatakan makna imperatif itu, biasanya mengandung unsur ketidaklangsungan Rahardi, 2005: 134. Dengan
demikian, dalam tuturan pragmatik imperatif, semakin tidak langsung maka semakin santun tuturan tersebut.
2.5.3.2.1 Kesantunan Pragmatik dalam Tuturan Deklaratif
Selain menggunakan kesantunan linguistik, seperti yang telah diungkapkan di atas, kesantunan dapat dilakukan dengan cara kesantunan pragmatik. Kesantunan
pragmatik imperatif dapat dituturkan menggunakan tuturan deklaratif. Rahardi 2005: 135 membedakan kesantunan pragmatik yang dituturkan dengan tuturan
deklaratif menjadi beberapa macam sebagai berikut.
1. Tuturan Deklaratif sebagai Ekspresi Pragmatik Suruhan
Tuturan imperatif suruhan dapat diungkapkan menggunakan tuturan deklaratif. Dalam kegiatan bertuturnya, penutur menggunakan tuturan nonimperatif,
sehingga seolah-olah terdengar halus karena dituturkan secara deklaratif, tidak langsung menyuruh. Berikut ini contoh tuturannya.
Contoh : Dosen : “Tugas menerjemahkan surat-surat bisnis sekarang ini tidak dapat
dikerjakan tanpa menggunakan kamus .”
Informasi indeksial : Tuturan itu disampaikan oleh seorang dosen bahasa Inggris kepada para
mahasiswanya di dalam kelas saat mengajar penerjemahan.
2. Tuturan Deklaratif sebagai Ekspresi Pragmatik Ajakan
Dalam kegiatan bertutur yang sesungguhnya, makna pragmatik ajakan ternyata banyak diwujudkan dengan menggunakan tuturan yang berkonstruksi deklaratif.
Pemakaian tuturan yang demikian lazimnya memiliki ciri ketidaklangsungan sangat tinggi. Karena tuturan itu memiliki ciri ketidaklangsungan sangat tinggi,
dapat dikatakan bahwa di dalam tuturan itu terkandung maksud-maksud kesantunan. Berikut ini contoh tuturan dengan wujud kesantunan pragmatik
ajakan dalam tuturan deklaratif. Ibu
: “Ayah, nanti sore ibu tidak ada pengajian. Kata Pak Kades akan ada rapat dalam rangka memperingati satu Muharam di masjid kita
.”
Ayah : “Iya, nanti dengan Ayah saja berangkatnya.”
Informasi indeksial : Dituturkan seorang istri pada suaminya agar sang suami bersedia menemani
untuk menghadiri pertemuan di balai desa.
3. Tuturan Deklaratif sebagai Ekspresi Pragmatik Permohonan
Di dalam komunikasi yang sesungguhnya, seringkali didapatkan bahwa makna imperatif memohon tidak diungkapkan dengan tuturan-tuturan memohon. Bentuk
deklaratif ternyata banyak digunakan untuk menyatakan makna pragmatik memohon. Dengan menggunakan tuturan deklaratif itu, tuturan yang semula
terlalu kentara memohon, akan menjadi tidak kentara dan dapat dipandang lebih santun Rahardi, 2005: 138. Berikut ini contohnya :