Presentasi Materi Uraian Materi
Kegiatan Pembelajaran 3
62
Nanti kalau Ayu sudah besar, Ayu mau jadi apa? Jadi guru, jawabku begitu bersemangat waktu itu. Lalu, Ibu akan memelukku. Begitu hangat. Tidak seperti
pagi ini. Tak sedingin ini.
Ibu kenapa pucat? Ibu tak apa-apa, Nak. Ibu hanya kurang tidur. Ibu istirahat saja Biar Ayu yang menjahit baju Bu Titik Tidak, kamu tidak bisa menjahit. Ibu tidak
apa-apa.
Wangi itu lagi. Kabut masih menebal di luar, menggantung di atas kaca jendela yang mengembun, sesak dalam dingin. Bunga kemboja merah gugur satu-satu,
mungkin batangnya lelah oleh dingin. Ia putus asa. Tirai jendela membeku, hanya terkadang mengayun disibak angin. Sisa hangat bulan asih tertinggal dihelai-
helainya yang tipis.
Ibu berhati baja walau tubuhnya sangat ringkih. Kaki kurus itu seolah tak mampu menyangga tubuhnya yang walau hanya seringan kapas. Kulit wajah yang keriput,
bukan karena usia, tapi karena masa yang terlampau kejam menderanya. Ia masih sangat muda, bagiku.
Tak pernah ia mengeluh walau hanya sepenggal kata. Ia selalu tersenyum dan menyanyikan tembang Pangkur atau Durma yang mengalun merdu dalam sungai-
sungai di rongga hatiku. Atau mendongeng kisah lampau, seolah-olah matanya yang luas itu seperti benar-benar menyaksikannya di waktu itu. Kisah-kisah itu
seperti air bagiku yang selalu sepi, dan kering, lalu Ibu akan menyiraminya dan menidurkanku dengan ciuman hangatnya.
Ibu tak pernah mengeluh, setidaknya padaku. Tapi, kutahu, setiap malam- malamnya, ia selalu terjaga, bangkit menyingkap gelap. Aku mendengar kericik air
pancuran di halaman belakang. Dalam dingin, ia basahi tubuhnya yang sering ngilu-ngilu itu karena rematik. Tapi, agaknya ia tak pernah perduli. Ia lalu masuk
ke bilik, yang kutahu setiap waktuwaktu tertentu, ia juga masuk ke sana, berganti kain yang serba putih, lalu bergumam-gumam sendiri dalam bahasa itu. Bahasa
yang kata Ibu, lebih agung dari ribuan puisi. Kalau aku ingin melihat Ibu dalam bilik itu, aku intip dari balik pintu yang sedikit terbuka, Ibu duduk dengan wajah
rembulan, tengadah dalam puji-pujian padaNya, pada sesuatu yang kata Ibu, maha tinggi, yang menciptakan alam semesta. Tapi aku tak paham itu apa.