Masalah-masalah mendasar dalam menyusun kuesioner Prinsip-prinsip pembuatan kuesioner

57

2.7.1 Masalah-masalah mendasar dalam menyusun kuesioner

Menurut Kasnodiharjo 1993, masalah penting yang sering timbul dari penggunaan kuesioner dalam suatu survei adalah adanya variasi dari responden terutama menyangkut tingkat pendidikan, perbedaan daerah dimana responden tinggal dan latar belakang pekerjaan. Bagaimanapun juga baiknya pemilihan responden sampel, perbedaan-perbedaan individual tetap ada muncul. Oleh karena itu jauh sebelum menyusun suatu kuesioner kita harus menyadari hal-hal yang demikian. Dengan adanya perbedaan variasi dari responden tersebut, mungkin dalam penggunaan kuesioner akan timbul antara lain hal-hal sebagai berikut: 1. Responden tidak mengerti pertanyaan, jawaban yang diberikan tidak ada hubungannya dengan pertanyaan yang diajukan. 2. Responden mengerti pertanyaannya, mempunyai informasi datanya, akan tetapi mungkin tidak mengetahui mana informasi penting yang harus diingat. Misalnya pertanyaan intensitas fogging dalam setahun dilakukan berapa kali, responden mengerti apa itu fogging dan prosesnya namun tidak ingat intensitasnya. 3. Responden mengerti pertanyaan, mempunyai informasi tetapi tidak mau menjawab memberikan informasi yang dimaksud. Hal ini umumnya menyangkut pertanyaan tentang masalah pribadi , seperti mengenai gaji, harta, kepemilikan, dsb. 4. Responden mengerti pertanyaannya, mau menjawab, namun tidak mampu mengemukakan. Ada tiga alasan kenapa responden tidak mampu 58 mengemukakan, antara lain: tidak mampu menguraikan jawaban, pertanyaan diajukan ke orang yang tidak tepat dan responden tidak mengetahui jawabannya.

2.7.2 Prinsip-prinsip pembuatan kuesioner

Menurut Kasnodiharjo 1993, pembuatan kuesioner perlu memperhatikan masalah-masalah yang sering timbul sebagaimana diuraikan di atas. Sebagai pedoman dalam penyusunan kuesioner berikut ini diuraikan bagaimana sebaiknya suatu kuesioner yang sedapat mungkin harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Jelas Kejelasan menyangkut kata-kata yang tepat supaya responden memahami benar maksud pertanyaan yang diajukan. Ada kalanya suatu kata dapat mempengaruhi jawaban responden. Jelas juga dimaksud menghindari penggunaan kata-kata double negative dan menghindari penggabungan beberapa pertanyaan kedalam satu pertanyaan. Jangan sampai terdapat pertanyaan yang mengacu ke jawaban sebelumnya tetapi tanpa menyebutkan secara jelas jawaban yang mana yang dimaksud. Pewawancara sebaiknya menghindari pertanyaan yang terlalu luas batasannya. 2. Membantu ingatan responden Pertanyaan harus dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan responden untuk mengingat kembali hal-hal yang diperlukan untuk menjawab suatu pertanyaan. Cara yang sering digunakan adalah dengan menggunakan time line dengan mengambil suatu peristiwa penting yang mudah dingat responden. 59 3. Membuat responden bersedia menjawab Bagaimanapun baiknya kuesioner akan tidak ada artinya kalau responden tidak mau atau menolak memberi jawaban. Hal ini bisa terjadi karena susunan pertanyaan ataupun kata-katanya kurang tepat. Usahakan tidak menanyakan hal-hal yang sulit dan bersifat pribadi pada permulaan wawancara. Susunlah pertanyaan tentang hal-hal yang mudah dijawab dan menyenangkan responden. 4. Menghindari bias Menghindari pemakaian jawaban yang memiliki arti sama dan multi tafsir. 5. Mudah mengutarakan Agar lebih mudah dipahami dapat diberikan gambar atau ranking skala, responden cukup hanya memilih jawaban mana yang dimaksud daripada harus memahami kata-kata yang sulit. 6. Dapat menyaring responden Penting sekali suatu pertanyaan dapat menyaring responden sebab kalau tidak pertanyaan-pertanyaan tertentu mungkin tidak bisa dijawab karena ditanyakan ke responden yang salah.

2.7.3 Jenis pertanyaan dalam kuesioner

Dokumen yang terkait

Analisis Metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process (Fahp) Dalam Menentukan Posisi Jabatan

12 131 82

Perbandingan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Weighted Sum Model Pada Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Sepeda

11 131 80

Implementasi Metode Profile Matching dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Perekrutan Tenaga Kurir (Studi Kasus PT. JNE Cabang Medan)

16 91 137

Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus: Pertanian Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi)

18 117 72

Analisa Pemilihan Moda Transportasi Dengan Metode Analytic Hierarchy Process ( AHP ) Studi Kasus : Kuala Namu - Medan

22 147 107

Implementasi Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (Fuzzy MADM) dalam Penentuan Prioritas Pengerjaan Order di PT. Sumatera Wood Industry

6 138 175

Implementasi Metode K- Means Clustering Dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Penilaian Kedisiplinan Siswa (Studi Kasus : SMP Negeri 21 Medan)

20 99 166

Studi Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dan Metode Technique For Order Preference By Similarity To Ideal Solution (TOPSIS) Untuk Peningkatan Kualitas Layanan Di Rumah Sakit Bina Kasih Medan-Sunggal

4 41 149

Kajian Analisis Sensitivitas Pada Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)

15 94 75

ANALISIS PEMILIHAN KONTRAKTOR MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( Studi Kasus Pembangunan Jembatan di Desa Karangan )

0 0 19