Batasan sampel Kriteria sampel

53

2.6.4 Batasan sampel

Topik penelitian ini adalah mengenai program pemeliharaan jembatan dengan studi kasus di Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan Denpasar. Karena topik penelitian bersifat khusus dengan tujuan tertentu di bidang jembatan maka dalam teknik pengambilan sampel, termasuk memakai teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono 2009, pada teknik purposive sampling, sampel dibatasai yaitu hanya responden yang dianggap sebagai pakar ahli ekspertist yang memiliki kompetensi terdiri dari meraka yang memiliki kewenangan kebijakan untuk memutuskan, tugas yang bersifat rutinitas dan profesi sehubungan dengan topik yang diteliti, atau mereka yang memiliki kemampuan akademik, sesuai dengan topik penelitian.

2.6.5 Kriteria sampel

Berdasarkan batasan sampel di atas maka dapat disusun kriteria sampel yang memenuhi salah satu kriteria seperti disebutkan dibawah ini: a Memiliki kewenangan kebijakan untuk mengusulkan dan atau memutuskan tentang pemeliharaan jembatan. Dalam hal ini sampel adalah di pejabat dan anggota dewan yang berperan dalam proses penentuan kebijakan dalam mengusulkan dan memutuskan pemeliharaan jembatan. b Memiliki tugas yang bersifat rutinitas tentang perencanaan, pemrograman, pelaksanaan dan pengawasan jembatan. Dalam hal ini sampel adalah pegawai, analisis dan petugas yang memiliki rutinitas perencanaan, pemrograman, pelaksanaan dan pengawasan jembatan. 54 c Mempunyai Profesi sehubungan dengan topik yang diteliti. Dalam hal ini sampel adalah profesional yang memiliki profesi yang berhubungan dengan pemeliharaan jembatan. d Memiliki kemampuan akademik, sesuai dengan topik penelitian. Dalam hal ini sampel adalah akademisi dan tokoh masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan memahami tentang pemeliharaan jembatan. Menurut Ulwan 2014, memilih sampel berdasarkan purposive sampling tergantung kriteria apa yang digunakan. Peneliti turun langsung ke tempat area, wilayah, lokasi tertentu dimana banyak anggota populasi dimaksud berada. Sebanyak yang dianggap cukup memadai untuk memperoleh data penelitian yang mencerminkan representatif keadaan populasi. Data dari sampel purposive dianggap sudah cukup apabila bisa menggambarkan menjawab apa yang menjadi tujuan dan permasalahan penelitian. Tentu tidak tepat jika beberapa orang, sebanyak mungkin jauh lebih baik dan angka pastinya tidak ada.

2.6.6 Teknik pengumpulan data

Dokumen yang terkait

Analisis Metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process (Fahp) Dalam Menentukan Posisi Jabatan

12 131 82

Perbandingan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Weighted Sum Model Pada Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Sepeda

11 131 80

Implementasi Metode Profile Matching dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Perekrutan Tenaga Kurir (Studi Kasus PT. JNE Cabang Medan)

16 91 137

Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus: Pertanian Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi)

18 117 72

Analisa Pemilihan Moda Transportasi Dengan Metode Analytic Hierarchy Process ( AHP ) Studi Kasus : Kuala Namu - Medan

22 147 107

Implementasi Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (Fuzzy MADM) dalam Penentuan Prioritas Pengerjaan Order di PT. Sumatera Wood Industry

6 138 175

Implementasi Metode K- Means Clustering Dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Penilaian Kedisiplinan Siswa (Studi Kasus : SMP Negeri 21 Medan)

20 99 166

Studi Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dan Metode Technique For Order Preference By Similarity To Ideal Solution (TOPSIS) Untuk Peningkatan Kualitas Layanan Di Rumah Sakit Bina Kasih Medan-Sunggal

4 41 149

Kajian Analisis Sensitivitas Pada Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)

15 94 75

ANALISIS PEMILIHAN KONTRAKTOR MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( Studi Kasus Pembangunan Jembatan di Desa Karangan )

0 0 19