Faktor-faktor situasional seperti liburan, kekurangan waktu, sakit, dan hal lain yang bisa menghalangi dan menyebabkan
sikap tidak dapat memprediksi perilaku dengan baik. 5
Pengaruh Merek Lain Walaupun sikap terhadap suatu merek cukup tinggi tetapi jika
sikap terhadap merek lain lebih tinggi, maka merek yang lain itu lebih mungkin untuk dibeli.
6 Kekuatan Sikap
Sikap yang lebih positif dan lebih kuat akan cenderung mudah untuk dipanggil kembali dari memori, sehingga akan lebih
mudah untuk mempengaruhi perilaku. 7
Kondisi lain yang memungkinkan sikap konsumen tidak bisa dijadikan dasar untuk memprediksi perilakunya.
3. Proses Psikologis
Berdasarkan teori Engel, Blackwell dan Miniard 1995, pemilihan barang yang dibeli oleh seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh empat
faktor psikologis, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta kepercayaan. Empat faktor tersebut berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan,
yaitu kebutuhan bersifat biogenik kebutuhan timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Setelah
itu kebutuhan psikogenik kebutuhan yang timbul dari keadaaan fisiologis
Universitas Sumatera Utara
tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri, atau kebutuhan diterima.
Adanya proses pembelajaran yang menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Terkait adanya proses
penerimaan informasi dalam pembelajaran. Melalui bertindak dan belajar, orang-orang memperoleh kepercayaan dan pendirian, yang selanjutnya
dapat mempengaruhi perilaku konsumen.
2.2.5. Tiga Perspektif Riset Perilaku Konsumen
Menurut Mowen dan Minor 2002, disebutkan bahwa perilaku konsumen menggunakan metode serta prosedur riset dari psikologi, sosiologi,
ekonomi dan antropologi. Secara umum, riset perilaku konsumen dilakukan berdasarkan tiga perspektif riset yang bertindak sebagai pedoman pemikiran
dan pengidentifikasian faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perolehan akuisisi konsumen. Ketiga perspektif ini adalah sebagi berikut:
1. Perspektif Pengambilan Keputusan
Melalui perspektif ini, pembelian merupakan hasil di mana konsumen merasa mengalami masalah dan kemudian melalui proses
rasional menyelesaikan masalah tersebut. Perspektif ini menggambarkan seorang konsumen sedang melakukan serangkaian langkah-langkah
tertentu pada saat melakukan pembelian. Langkah-langkah ini termasuk pengenalan masalah, mencari, evaluasi alternatif, memilih dan evaluasi
Universitas Sumatera Utara
pasca perolehan. Akar dari pendekatan ini adalah pengalaman kognitif dan psikologi serta faktor-faktor ekonomi lainnya.
2. Perspektif Pengalaman
Perspektif ini atas pembelian konsumen menyatakan bahwa untuk beberapa hal konsumen tidak melakukan pembelian sesuai dengan proses
pengambilan keputusan yang rasional. Namun, mereka memperoleh produk dan jasa tertentu untuk memperoleh kesenangan, menciptakan
fantasi, atau perasaan emosi saja. Pengklasifikasian berdasarkan perspektif pengalaman menyatakan bahwa pembelian akan dilakukan karena
dorongan hati dan mencari variasi. Pencarian variasi terjadi ketika konsumen beralih ke merek lain dengan penyebab yang sederhana, yaitu
karena mereka bosan dengan merek lama dan tergoda oleh produk baru yang lain.
Para peneliti yang menggunakan perspektif ini akan berfokus pada identifikasi perasaan, emosi dan simbol-simbol yang menyertai pembelian
produk tersebut. Mereka biasanya menggunakan metode riset naturalistik yaitu metode di mana para investigator mengobservasi dan mencatat
secara langsung kegiatan-kegiatan yang diminati atau bahkan dengan sengaja ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
3. Perspektif Pengaruh Perilaku
Perspektif ini mengasumsikan bahwa kekuatan lingkungan memaksa konsumen untuk melakukan pembelian tanpa harus terlebih
dahulu membangun perasaan atau kepercayaan terhadap produk.
Universitas Sumatera Utara
Konsumen tidak saja melalui proses pengambilan keputusan rasional, namun juga bergantung pada perasaan untuk membeli produk atau jasa
tersebut. Sebagai gantinya, tindakan pembelian konsumen secara langsung merupakan hasil dari kekuatan lingkungan, seperti sarana promosi, nilai-
nilai budaya, lingkungan fisik, dan tekanan ekonomi.
2.3. Persepsi
Hampir semua kejadian di dunia ini penuh dengan rangsangan. Rangangan stimulus adalah sebuah unit input yang merangsang satu atau
lebih dari lima panca indera yaitu; penglihatan, penciuman, rasa, sentuhan, dan pendengaran. Orang tidak dapat meneriman seluruh rangsangan yang
ada di lingkungan sehingga mereka menggunakan keterbukaan yang selektif untuk menentukan mana rangsangan yang harus diperhatikan dan mana yang
harus diabaikan. Pengenalan atas suatu objek, jelas, gerakan, intensitas dan aroma
adalah sesuatu petunjuk yang mempengaruhi persepsi. Konsumen menggunakan petunjuk untuk mengidentifikasi produk dan merek.
Penerimaan informasi akan diolah dalam diri konsumen saat salah satu panca indera menerima input dalam bentuk stimulus. Stimulus ini bisa
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk produk dan pelayanan, merek, kemasan, iklan, nama produsen.
Menurut Setiadi 2003, bahwa persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, di mana pengertian sensasi adalah
aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan. Sensasi juga didefinisikan sebagai tanggapan yang cepat dari indera
penerima kita terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna, dan suara. Hal tersebutlah yang menimbulkan persepsi.
Menurut Stanton dalam Setiadi 2003, bahwa persepsi sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu dan stimuli
rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui lima indera. Persepsi kita dibentuk oleh tiga pasang pengaruh:
1. Karakteristik dari stimuli
2. Hubungan stimuli dengan sekelilingnya
3. Kondisi-kondisi dalam diri kita sendiri.
Stimulistimulus adalah setiap bentuk fisik, visual, atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu. Akibatnya, seorang
pemasar harus menyediakan sesuatu yang khusus sebagai stimuli jika ingin menarik perhatian konsumen.
Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda, sehingga persepsi memiliki sifat subjektif. Persepsi itu dibentuk oleh
seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya. Melibatkan adanya proses pengolahan informasi, yang berakibat produsenpemasar perlu
Universitas Sumatera Utara
harus bisa memahami bagaimana konsumen mengolah informasi yang diterimanya. Pengetahuan ini penting bagi produsenpemasar agar ia bisa
merancang proses komunikasi yang efektif bagi konsumen. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard 1995, mengutip pendapat
William McGuire yang menyatakan bahwa ada lima tahap pengolahan informasi, yaitu sebagai berikut :
1. Pemaparan exposure : pemaparan stimulus yang menyebabkan
konsumen menyadari stimulus tersebut melalui panca inderanya. 2.
Perhatian attention: kapasitas pengolahan yang dialokasikan konsumen terhadap stimulus yang masuk.
3. Pemahaman comprehension: interpretasi terhadap makna stimulus.
4. Penerimaan acceptance: dampak persuasif stimulus kepada konsumen.
5. Retensi retention: pengalihan makna stimulus dan persuasi ke ingatan
jangka panjang long-term memory Mowen dan Minor 2002, menyebutkan bahwa tahap pemaparan,
perhatian, dan pemahaman sebagai persepsi. Persepsi ini bersama keterlibatan konsumen dan memori akan mempengaruhi pengolahan
informasi. Mowen mendefinisikan persepsi sebagai “perception is the process
through which individuals are exposed to information, attend to that information, and comprehend it”.
Menurut Hawkins dan Mothersbaugh 2007, mendefinisikan persepsi sebagai berikut ini “perception is a process that begins with
consumer exposure and attention to marketing stimuli and ends with consumer’s interpretation”.
Universitas Sumatera Utara
Schiffman dan Kanuk 2010 mendefinisikan sebagai “perception is defined as the process by which an individual selects, organizes, and
interprets stimuli into a meaningful and coherent picture of the world”. Dua orang konsumen yang menerima dan memperhatikan stimulus
yang sama, bisa saja akan mengartikan stimulus itu dengan cara dan pemahaman yang berbeda. Cara seseorang mengartikan stimulus tersebut
sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, harapan dan kebutuhannya, yang bersifat sangat individual.
Setelah itu nantinya akan ada proses pembelajaran yang menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari
pengalaman. Berikutnya akan menjadi kepercayaan yang menjadi suatu pemikiran yang deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Proses
bertindak dan belajar ini nantinya akan membuat orang-orang memperoleh kepercayaan dan pendirian yang selanjutnya akan mempengaruhi perilaku
konsumen.
2.3.1. Proses Persepsi
Menurut Suryani 2008, dijelaskan bahwa persepsi pada hakekatnya merupakan proses psikologis yang kompleks yang melibatkan
aspek fisiologis. Proses psikologis yang terlibat mulai dari kegiatan memilih, mengorganisasi, dan mengintepretasikan sehingga konsumen dapat
memberikan makna suatu objek. Ada tiga proses penting dalam persepsi yaitu:
1. Seleksi
Universitas Sumatera Utara
Proses persepsi dimulai dari adanya stimuli yang mengenai panca indera yang disebut sebagai sensasi. Stimuli ini beragam bentuknya dan akan
selalu membombardir indera konsumen. Stimuli ini bisa berasal dari luar individu seperti aroma, iklan dan lain-lain serta berasal dari dalam diri
individu seperti harapan, kebutuhan, dan pengalaman. Pada perilaku konsumen, stimuli yang berpengaruh pada persepsi konsumen adalah
semua usaha yang diakukan oleh pemasar melalui strategi pemasarannya. Konsumen akan memilih stimuli yang paling tepat atau sesuai dengan
kebutuhan dan keinginannya. 2.
Organisasi Setelah konsumen memilih stimuli yang akan diperhatikan atau sesuai
dengan kebutuhannya, maka konsumen akan mengorganisasikan stimuli tersebut. Konsumen akan mengelompokkan, menghubungkan stimuli
yang diterimanya agar dapat diinterpretasikan sehingga mempunyai makna.
3. Interpretasi
Setelah pengelompokkan stimuli dan mengakaitkannya dengan informasi yang diperlukan, maka agar stimuli tersebut mempunyai makna,
konsumen menginterpretasikan atau memberi arti pada stimuli tersebut. Pada tahap ini konsumen secara sadar atau tidak sadar akan mengkaitkan
dengan semua informasi yang dimilikinya agar mampu memberikan makna yang tepat. Pada proses ini pengalaman dan juga kondisi
Universitas Sumatera Utara
psikologis konsumen seperti kebutuhan, harapan, dan kepentingan akan berperan penting dalam menginterpretasikan stimuli tersebut.
2.4. Lingkungan Sosial
Manusia yang dalam hal ini kita sebut sebagai konsumen tidak dapat hidup sendiri, tetapi ia membutuhkan interaksi dengan keluarga,
saudara, teman-temannya, dan orang-orang disekelilingnya. Konsumen adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan orang lain, yang mana
kehidupannya dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya dan mempengaruhi lingkungan sosialnya Sumarwan, 2002.
Peter dan Olson 2000 menyebutkan bahwa lingkungan sebagai “The environment refers to all the physical and social characteristics of a
consumer’s external world, including physical objects products and stores, spatial relationships location of stores and products in stores, and social
behavior of other people who is around and what they are doing”.
Maka berdasarkan definisi tersebut lingkungan konsumen dibagi menjadi dua jenis yaitu lingkungan sosial dan lingkungan fisik.
Lingkungan sosial adalah semua interaksi sosial yang terjadi antara konsumen dengan orang sekelilingnya atau antara banyak orang. Lingkungan
sosial adalah orang-orang lain yang berada disekeliling konsumen dan termasuk perilaku dari orang-orang tersebut.
Berdasarkan kedekatannya dengan konsumen, lingkungan sosial konsumen bisa terbagi ke dalam lingkungan mikro dan lingkungan makro.
Lingkungan mikro adalah lingkungan yang sangat dekat dengan konsumen, yang berinteraksi langsung dengan konsumen. Lingkungan mikro ini
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi perilaku, sikap dan kognitif konsumen tertentu secara langsung, seperti ayah, ibu, adik, kakak dan anggota keluarga lain yang
tinggal bersama dengan konsumen. Lingkungan mikro sosial bersifat interaksi langsung antara konsumen dengan konsumen, konsumen dengan
penjual, toko, teman, kerabat, dan orang lain. Kemudian untuk lingkungan sosial makro yang terlibat di sini adalah lingkungan jauh dari konsumen,
seperti politik, hukum, kondisi perekonomian, dan budaya. Unsur lingkungan makro sosial yang dijadikan bahan acuan disini
adalah budaya dan sub budaya karakteristik sosial ekonomi konsumen. Sedangkan untuk unsur lingkungan mikro sosialnya adalah keluarga dan
rumah tangga, serta kelompok acuan. Gambar 2.2. di bawah menjelaskan bagaimana pengaruh
lingkungan sosial terhadap konsumen.
BUDAYA
SUB BUDAYA
KELAS SOSIAL
ORGANISASI KELOMPOK
KELUARGA MEDIA
ARUS PENGARUH DALAM LINGKUNGAN SOSIAL
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Arus Pengaruh dalam Lingkungan Sosial Peter dan Olson,2000
Lingkungan konsumen memiliki dimensi yang sangat luas, karena itu sangat sulit untuk mengidentifikasi faktor lingkungan mana yang paling
dominan dalam mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen. Peter dan Olson 2000, mengemukakan bahwa lebih mudah untuk melihat pengaruh
lingkungan dalam konteks situasi tertentu. Situasi di sini bukan lingkungan fisik atau karakteristik lingkungan sosial. Arti situasi didefinisikan oleh
seorang konsumen yang berperilaku di sebuah lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu. Dan situasi ini bisa berlangsung sangat singkat atau sangat
lama. Dikutip dari Sumarwan 2002, ada lima karakteristik dari situasi
konsumen, yaitu: 1.
Lingkungan Fisik Meliputi: lokasi, dekorasi, aroma, cahaya, cuaca, dan objek fisik lainnya
yang ada di sekeliling konsumen. 2.
Lingkungan Sosial Merupakan kehadiran dan ketidakhadiran orang lain pada situasi
konsumen.
KONSUMEN INDIVIDU
Universitas Sumatera Utara
3. Waktu
Merupakan waktu atau saat perilaku muncul jam, hari, musim libur, bulan puasa, natal, tahun baru. Waktu mungkin diukur secara subjektif
berdasarkan situasi konsumen. 4.
Tujuan Merupakan tujuan yang ingin dicapai pada suatu situasi.
5. Suasana Hati
Merupakan suasana hati atau kondisi jiwa misalnya perasaan khawatir, tergesa-gesa, sedih, marah yang dibawa pada suatu situasi.
Dalam Sumarwan 2002 situasi konsumen terbagi atas tiga macam: a.
Situasi Komunikasi Merupakan suasana atau lingkungan di mana konsumen
memperoleh informasi atau melakukan komunikasi. Komunikasi bisa bersifat pribadi atau non pribadi. Konsumen bisa memperoleh
informasi melalui komunikasi lisan dengan teman, kerabat, tenaga penjual, atau wiraniaga. Selain itu informasi juga bisa diperoleh
melalui komunikasi non pribadi, seperti melalui media cetak iklan, brosur, pamflet, spanduk dan sebagainya. Melalui media elektronik
seperti iklan radio, televisi dan internet. Informasi juga bisa diperoleh langsung dari toko melalui promosi penjualan, ataupun
pengumuman di depan toko. b.
Situasi Pembelian
Universitas Sumatera Utara
Ini merupakan lingkungan atau suasana yang dialamidihadapi konsumen ketika membeli produk dan jasa. Situasi ini akan
mempengaruhi keputusan pembelian. c.
Situasi Pemakaian Ini merupakan situasi pemakaian atau penggunaan produk atau jasa,
yaitu suasana ketika konsumsi terjadi.
2.5. Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang artinya menggerakkan. Seorang konsumen tergerak untuk membeli sesuatu produk
karena ada sesuatu yang menggerakkan. Proses timbulnya dorongan sehingga konsumen tergerak untuk membeli suatu produk itulah yang disebut dengan
motivasi. Sedangkan yang memotivasi untuk membeli itu namanya motif. Suryani, 2008.
Menurut Jeffrey, et al 1996 dalam Suryani 2008, proses motivasi terjadi karena adanya kebutuhan, keinginan maupun harapan yang
tidak terpenuhi yang menyebabkan timbulnya ketegangan. Pada tingkat tertentu ketegangan ini akan berubah menjadi hasrat yang mendorong
individu melakukan suatu perilaku tertentu guna memenuhi kebutuhan, keinginan dan hasratnya tersebut. Saat melakukan perilaku inilah sangat
dimungkinkan terjadi perbedaan antara konsumen yang satu dengan
Universitas Sumatera Utara
konsumen lain, meskipun sebenarnya mereka memiliki kebutuhan dan keinginan yang sama. Setelah sebagian atau keseluruhan kebutuhan sudah
dipenuhi, maka terjadilah penurunan ketegangan. Menurunnya ketegangan bukan berarti sudah tidak ada lagi kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan dan
keinginan lain yang berbeda akan muncul lagi menuntut untuk dipenuhi. Inilah dinamika motivasi yang tidak akan pernah berhenti selama manusia
hidup. Menurut Hawkins dan Mothersbaugh 2007, motivasi
didefinisikan sebagai “motivation is the reason for behavior”. Sebuah motif adalah alasan mengapa seseorang melakukan sesuatu.
Proses lengkap motivasi ini dapat dilihat dari gambar berikut ini:
Gambar 2.3. Proses Motivasi
1. Kebutuhan
Kebutuhan, keinginan dan
hasrat yang tidak terpenuhi
Ketegangan Dorongan
Perilaku
Proses Kognitif
Menurunnya ketegangan Tujuan atau
terpenuhinya kebutuhan
Pengalaman atau pembelajaran
Universitas Sumatera Utara
Setiap konsumen sebagai individu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Kebutuhan ini ada yang bersifat fisiologis dan tidak dipelajari, tetapi ada
juga yang bersifat dipelajari. Kebutuhan yang sifatnya fisiologis antara lain kebutuhan akan makanan, udara, air, dan pakaian, perlindungan serta
kebutuhan seksual. Sedangkan kebutuhan yang dipelajari antara lain penghargaan diri, prestise, kekuasaan dan lain-lain.
2. Perilaku
Merupakan aktivitas yang dilakukan individu dalam usaha memenuhi kebutuhan. Perilaku ini dapat diamati dalam bentuk pengambilan
keputusan, pemilihan merek, dan penolakan terhadap suatu produk. 3.
Tujuan Tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai oleh konsumen sebagai hasil
atas perilaku yang dilakukan. Tujuan yang dipilih konsumen tergantung pengalaman pribadinya, kapasitas fisik, norma-norma, dan nilai-nilai
budaya yang ada dan kemampuan untuk mencapai tujuan tersebut.
2.5.1. Sifat dan Klasifikasi Motif
Motif ini sendiri memiliki sifat dan klasifikasinya, yaitu: 1.
Sifat Motif Pada umumnya motif atau kebutuhan manusia memiliki sifat-
sifat sebagai berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
a. Kebutuhan tidak pernah terpuaskan
b. Kebutuhan baru muncul setelah kebutuhan yang lama terpenuhi
c. Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan mempengaruhi tujuan
berikutnya. d.
Motif bersifat majemuk
2. Klasifikasi Motif
Klasifikasi terhadap berbagai macam kebutuhan dirasakan penting untuk memahami kebutuhan konsumen. Konsumen sebagai
fokus utama perlu diketahui dan dipahami kebutuhan dan keinginannya agar perusahaan dapat memuaskan.
Loudon dan Bitte 1995 mengklasifikasi motif dari pola yang sederhana hingga yang komprehensif, yaitu:
a. Motif Fisiologik dan Psikogenik.
Motif fisiologik diarahkan pada pemenuhan kebutuhan biologis individu secara langsung seperti rasa lapar, haus, pakaian, dan rasa
sakit. Sedangkan motif psikogenik menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan psikologis seperti prestasi, penerimaan sosial,
status, kekuasaan dan lain-lain. b.
Motif Disadari dan Tidak Disadari
Universitas Sumatera Utara
Motif yang disadari adalah motif yang disadari sepenuhnya oleh konsumen, dan motif yang tidak disadari adalah motif yang
sepenuhnya tidak disadari oleh konsumen. Pada umumnya, konsumen kurang menyadari motif sesungguhnya karena
ketidakmauan untuk mengetahui alasan yang menyebabkannya melakukan suatu perilaku.
c. Motif Positif dan Motif Negatif
Motif positif adalah motif yang menarik individu lebih terfokus pada tujuan yang diharapkan, sedangkan motif negatif memberikan
dorongan kepada individu untuk menjauhi konsekuensi- konsekuensi atau akibat yang tidak diinginkan.
2.5.2. Teori Motivasi
Menurut Kotler dan Armstrong 2008, ada beberapa teori motivasi yang bisa dijadikan pedoman, yaitu diantaranya adalah:
1. Teori Hirarki Kebutuhan
Teori yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, mengenai motivasi dalam kaitannya dengan perilaku manusia adalah sebagai berikut:
a. Manusia merupakan makhluk yang serba berkeinginan.
Universitas Sumatera Utara
Manusia senantiasa menginginkan sesuatu dan lebih banyak. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi akan timbul kebutuhan baru dan proses ini
tidak akan berhenti sebelum manusia meninggal. b.
Sebuah kebutuhan yang terpenuhi bukanlah sebuah motivator perilaku. Hanya kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi yang akan
memotivasi individu untuk melakukan suatu perilaku atau tindakan tertentu.
c. Kebutuhan manusia tersusun secara berjenjang.
Menurut Maslow manusia memiliki lima macam kebutuhan yang tersusun secara berjenjang hirarkis, mulai dari kebutuhan yang paling
dasar yaitu kebutuhan fisiologis hingga kebutuhan aktualisasi diri. 2.
Teori Tiga Kebutuhan Teori ini kemukakan oleh McClelland, yaitu
a. Kebutuhan untuk Berkuasa
Kebutuhan ini dapat dilihat dari seberapa jauh individu berkeinginan untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain serta objek-objek
lain yang ada dilingkungannya. Individu yang memiliki motif berkuasa tinggi memilki dorongan yang kuat untuk mengarahkan dan mengubah
orang lain atau kejadian-kejadian yang ada disekitarnya. b.
Kebutuhan Berafiliasi
Universitas Sumatera Utara
Merupakan kebutuhan individu untuk mendapatkan kehangatan dan menjalin hubungan secara lebih dekat dengan orang lain. Individu yang
memiliki motif berafiliasi tinggi akan cenderung lebih ekspresif dalam mengungkapkan emosi dan perasaannya kepada orang lain, suka
bekerjasama dengan orang lain, menyukai pertemanan serta situasi sosial.
c. Kebutuhan Berprestasi
Individu yang memiliki kebutuhan berprestasi memiliki ciri-ciri antara lain memiliki dorongan yang kuat untuk mengerjakan pekerjaan dengan
hasil terbaik, menyukai persaingan, pekerjaan yang menantang dan mampu menentukan tujuan sesuai dengan kemampuan.
3. Teori Motivasi Herzberg
Frederick Herzberg mengembangkan “teori dua faktor” motivasi yang membedakan antara faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan dan faktor-
faktor yang menyebabkan ketidakpuasan. Teori motivasi ini mengandung dua implikasi. Pertama, para penjual perlu berusaha sebaik mungkin untuk
mencegah hal-hal yang tidak memuaskan pelanggan. Kedua, produsen perlu mengenal secara cermat faktor-faktor utama yang memuaskan atau
mendorong perilaku konsumen dalam pasar dan memastikan memasukkan faktor-faktor tersebut ke dalam usaha pemasaran.
2.5.3. Metode dan Bentuk Pemberian Motivasi
Universitas Sumatera Utara
Menurut Setiadi 2003, disebutkan metode yang digunakan perusahaan dalam pemberian motivasi terdiri atas:
1. Metode Langsung
Merupakan motivasi materil maupun non materil yang diberikan langsung kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya.
Hal ini sifatnya khusus seperti bonus, tunjangan, penghargaan terhadap pelanggan dan lain-lain.
2. Metode Tidak Langsung
Merupakan motivasi yang diberikan berupa fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah konsumen untuk melakukan
pembelian. Seperti pelayanan yang memuaskan, kualitas barang yang ditingkatkan, dan sebagainya.
Sedangkan bentuk motivasi yang diberikan dapat berupa: 1.
Motivasi Positif Motivasi yang diberikan tidak hanya berupa uang dalam merangsang
konsumen tetapi bisa juga berupa diskon, hadiah, pelayanan yang optimum yang ditunjukkan pada diferensiasi dan positioning yang
dilakukan kepada konsumen yang akan membeli ataupun yang sudah membeli.
2. Motivasi Negatif
Motivasi ini diberikan kepada konsumen dengan standar pembelian, maka mereka mendapatkan ganjaran. Akibat Motivasi negatif ini semangat
Universitas Sumatera Utara
konsumen dalam jangka waktu pendek akan meningkat untuk melaksanakan pembelian karena mereka mempunyai kepentingan
terhadap kebutuhan tersebut.
2.6. Pengambilan Keputusan
Kotler dan Keller 2007 menjelaskan bahwa proses pengambilan keputusan merupakan proses psikologis dasar yang memainkan peranan
penting dalam memahami bagaimana konsumen secara aktual mengambil keputusan pembelian. Proses pengambilan keputusan diawali dengan adanya
kebutuhan yang berusaha untuk dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait dengan adanya beberapa alternatif sehingga perlu dilakukan evaluasi yang
bertujuan untuk memperoleh alternatif terbaik dari persepsi konsumen. Melalui proses membandingkan ini konsumen memerlukan informasi yang
jumlah dan tingkat kepentingannya tergantung dari kebutuhan konsumen serta situasi yang dihadapinya. Keputusan pembelian akan dilakukan dengan
menggunakan kaidah menyeimbangkan sisi positif dengan sisi negatif suatu merek ataupun mencari solusi terbaik dari perspektif konsumen, yang setelah
konsumsi akan dievaluasi kembali. Diketahui bahwa dalam perilaku konsumen dilakukan usaha untuk
memahami bagaimana konsumen mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa. Setiap konsumen
melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, pembelian, penggunaan, beragam produk dan merek pada setiap periode tertentu. Bagi
Universitas Sumatera Utara
seorang pemasar atau produsen sangatlah penting untuk memahami bahwa pengambilan keputusan merupakan proses yang sangat penting dalam
mempengaruhi perilaku konsumen. Karena dengan memahami tentu akan dapat diketahui strategi yang tepat untuk mampu mempengaruhi perilaku
konsumen dalam mengambil keputusan terhadap produk atau jasa yang akan dipilihnya.
Menurut Schiffman dan Kanuk 2010 pengambilan keputusan dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output.
Mereka memandang bahwa konsumen dalam melakukan pengambilan keputusanmemiliki beberapa pilihan alternatif.
2.6.1. Model Perilaku Konsumen dalam Pengambilan Keputusan
Mempelajari perilaku konsumen bertujuan untuk mengetahui dan memahami berbagai aspek yang ada pada konsumen, yang akan digunakan
dalam menyusun strategi pemasaran yang berhasil. Menurut Sunyoto 2013, disebutkan terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi pilihan konsumen yaitu: 1.
Konsumen Individual Pilihan untuk membeli suatu produk dengan merek tertentu dipengaruhi
oleh hal-hal yang ada di dalam diri konsumen seperti kebutuhan, persepsi terhadap karakteristik merek, sikap, kondisi demografis, gaya hidup, dan
karakteristik kepribadian individu. 2.
Lingkungan yang Mempengaruhi Konsumen
Universitas Sumatera Utara
Pilihan konsumen terhadap merek dipengaruhi oleh lingkungan yang mengitarinya, ketika seorang konsumen melakukan pembelian suatu merek
produk, mungkin didasari oleh banyak pertimbangan. Pertimbangan itu bisa saja karena meniru teman atau juga mungkin karena tetangga telah
lebih dulu membeli. 3.
Stimuli Pemasaran atau Strategi Pemasaran Biasanya pemasar atau produsen memberikan stimuli-stimuli tertentu
untuk mempengaruhi keputusan konsumen yang biasanya dilakukan melalui iklan dan sejenisnya agar konsumen bersedia memilih merek
produk yang ditawarkan. Strategi pemasaran yang lazim dikembangkan oleh pemasar atau produsen, yaitu berhubungan dengan produk yang
ditawarkan, penentuan harga jual produk, strategi promosi, dan bagaimana melakukan distribusi produk kepada konsumen.
2.6.2. Tipe Manusia dalam Pengambilan Keputusan
Model manusia yang dimaksud di sini adalah suatu model tingkah laku keputusan dari seorang individu berdasarkan empat perspektif
Sumarwan, 2002. Empat perspektif yang dimaksud di sini adalah: 1.
Manusia Ekonomi Manusia dipandang sebagai seorang individu yang melakukan
keputusan secara rasional. Sehingga ia harus menyadari berbagai alternatif produk yang tersedia. Manusia ekonomi berusaha mengambil keputusan
yang memberikan kepuasan maksimum. Namun kenyataannya manusia
Universitas Sumatera Utara
memiliki kemampuan dan keahlian yang terbatas, sehingga dia tidak selalu memiliki informasi yang sempurna mengenai produk atau jasa yang akan
dipilihnya. Keterbatasan itu menjadikan manusia tidak mau melakukan
pengambilan keputusan yang intensif dengan mempertimbangkan banyak faktor. Manusia hanya mengandalkan keputusan yang memberikan
kepuasan yang cukup bukan kepuasan yang maksimum. 2.
Manusia Pasif Manusia di tipe ini digambarkan sebagai individu yang
mementingkan diri sendiri dan menerima berbagai macam promosi yang ditawarkan oleh pemasar. Manusia tipe ini digambarkan sebagai konsumen
yang irasional dan impulsif, yang siap menyerah kepada usaha dan tujuan pemasar.
Konsumen tipe ini juga dianggap tidak realistis dan tidak memiliki peran untuk mencari informasi mengenai alternatif produk serta memilih
produk yang bisa memberikan kepuasan yang maksimum. 3.
Manusia Kognitif Tipe manusia ini menggambarkan konsumen sebagai individu yang
berfikir untuk memecahkan masalah. Konsumen sering kali menjadi pasif dalam menerima produk atau jasa apa adanya, tetapi sering kali juga
sangat aktif dalam mencari alternatif produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasannya.
Universitas Sumatera Utara
Model manusia kognitif ini juga menggambarkan konsumen sebagai sebuah sistem pemrosesan informasi. Konsumen sangat aktif
dalam mencari informasi dan berusaha untuk mengambil keputusan yang memuaskan.
4. Manusia Emosional
Tipe manusia ini menggambarkan konsumen sebagai individu yang memiliki perasaan mendalam dan emosi yang mempengaruhi pembelian
atau pemilikan produk atau jasa tertentu. Perasaan seperti senang, sedih, takut, cinta, khawatir, fantasi, dan kenangan yang sangat mempengaruhi
konsumen. Konsumen tipe ini melakukan keputusan pembelian emosional, dan
sedikit sekali melakukan usaha untuk mencari informasi sebelum memilih. Ia lebih banyak mempertimbangkan mood dan perasaan saat itu sehingga
“lakukan saja”.
2.6.3. Proses Pengambilan Keputusan
Menurut tujuan pembeliannya, konsumen dapat dikelompokkan menjadi konsumen akhir individual yaitu yang terdiri atas individu dan
rumah tangga yang tujuan pembeliannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk dikonsumsi. Sedangkan kelompok lain adalah konsumen
organisasional yang terdiri atas organisasi, pemakai industri, pedagang, dan lembaga non-profit yang tujuan pembeliannya adalah untuk memperoleh laba
atau kesejahteraan anggotanya.
Universitas Sumatera Utara
Proses pengambilan keputusan di sini meliputi aktivitas pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi, pengambilan keputusan
dan perilaku setelah pembelian. Ada dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang selanjutnya akan menentukan respon konsumen.
Pertama, adalah konsumen itu sendiri, yaitu pikiran konsumen yang meliputi kebutuhan atau motivasi, persepsi, sikap dan karakteristik konsumen yang
meliputi demografi, gaya hidup dan kepribadian konsumen. Kedua, adalah pengaruh lingkungan yang terdiri dari nilai budaya, pengaruh sub dan lintas
budaya, kelas sosial, face to face group dan situasi lain yang menentukan Suryani, 2008.
Proses pengambilan keputusan sangatlah bervariasi, dikutip dalam Suryani 2008 menyebutkan proses pengambilan keputusan ada dua dimensi
yaitu: 1.
Konsumen dibedakan berdasarkan tingkat pengambilan keputusan. Konsumen sering melakukan pencarian informasi dan evaluasi terhadap
merek lain sebelum keputusan diambil. Dilain pihak ada pula konsumen yang jarang mencari informasi tambahan, karena konsumen ini telah
terbiasa membeli atau memakai merek tersebut. 2.
Konsumen dibedakan berdasarkan tingkat keterlibatan saat pemilihan suatu produk.
Pada saat itu konsumen tidak jarang terlibat terlalu dalam, hal ini dapat terjadi karena:
Universitas Sumatera Utara
a. Produk amat penting bagi konsumen sebab image pribadi dari
konsumen terkait dengan produk. b.
Adanya keterkaitan secara terus menerus dengan konsumen. c.
Mengandung resiko yang sangat tinggi. d.
Pertimbangan emosional. e.
Pengaruh dari norma group. Model pengambilan keputusan dalam hal ini menjadi nasabah
suatu bank menurut Kotler dan Armstrong 2008, Hawkins dan Mothersbaugh 2007 serta Sumarwan 2002 ada kesamaan mengenai tahapan pengambilan
keputusan yaitu:
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses dimulai dari adanya pengenalan akan masalah atau kebutuhan. Konsumen akan mengidentifikasi keadaan yang memicu jenis kebutuhan
dengan mencari informasi dan kemudian mengenali rangsangan yang diterima untuk membangkitkan minat akan suatu jenis produk
Pengenalan kebutuhan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor Sumarwan, 2002, yaitu:
a. Waktu
Waktu juga akan mendorong konsumen untuk mengenali kebutuhannya dan mengambil keputusan untuk memenuhi
kebutuhannya tersebut. b.
Perubahan Situasi
Universitas Sumatera Utara
Perubahan situasi mengaktifkan kebutuhan. Berbeda situasi maka berbeda pula kebutuhannya dan berpengaruh untuk membedakan
keputusan yang diambil. c.
Pemilikan Produk Kepemilikan suatu produk yang sudah ada akan membuat konsumen
menginginkan produk lain mengaktifkan kebutuhan lain sehingga mempengaruhi pengambilan keputusan untuk memiliki produk lain
tersebut.
d. Konsumsi Produk
Akibat adanya konsumsi yang sudah mencapai ambang batas terhadap produk tertentu sehingga dia akan memutuskan untuk melakukan
pembelian kembali untuk konsumsi berikutnya. e.
Perbedaan Individu Keputusan pembelian konsumen didasarkan motif kebutuhan yang
berbeda-beda. f.
Pengaruh Pemasaran Produk yang dikomunikasikan dengan menarik akan memicu
konsumen untuk menyadari kebutuhannya dan merasakan bahwa produk tersebut yang bisa memenuhi kebutuhannya.
2. Pencarian Informasi
Universitas Sumatera Utara
Pencarian informasi ini dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi
suatu produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan di dalam ingatannya pencarian internal, dan mencari informasi dari luar pencarian
eksternal. a.
Pencarian Internal Konsumen berusaha mengingat semua produk dan merek. Biasanya
berasal dari memori jangka panjangnya. b.
Pencarian Eksternal Konsumen akan bertanya kepada teman, saudara, atau tenaga penjual.
Konsumen akan membaca kemasan, surat kabar, majalah konsumen, melihat dan mendengar berbagai iklan produk. Informasi yang dicari
melalui pencarian eksternal biasanya meliputi: 1
Alternatif merek yang tersedia. 2
Kriteria evaluasi untuk membandingkan merek. 3
Tingkat kepentingan dari berbagai kriteria evaluasi. 3.
Evaluasi Alternatif Konsumen setelah memperoleh informasi maka akan mengevaluasi
berbagai alternatif pilihan dalam memenuhi kebutuhannya. Menurut Kotler dan Armstrong 2008, ada lima konsep dasar yang digunakan oleh
konsumen untuk menetapkan pilihannya, yaitu: a.
Sifat-sifat produk, apa yang menjadi ciri khusus dan perhatian konsumen terhadap produk atau jasa tersebut.
Universitas Sumatera Utara
b. Pemasar hendaknya lebih memperhatikan pentingnya ciri-ciri produk
daripada penonjolan ciri-ciri produk. c.
Kepercayaan konsumen terhadap ciri merek yang menonjol. d.
Fungsi kemanfaatan, yaitu bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan yang diperoleh dengan tingkat alternatif yang berbeda-beda
setiap hari. e.
Bagaimana prosedur penilaian konsumen terhadap sekian banyak ciri- ciri produk.
4. Keputusan Pembelian
Konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada dalam kumpulan pilihan yang telah dibuatnya. Konsumen akan membentuk niat
untuk membeli merek yang paling disukainya. 5.
Perilaku Pasca Pembelian Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan
berpengaruh terhadap perilaku pembelian selanjutnya. Biasanya jika terjadi kepuasan tentu akan ada masa konsumsi yang lebih lama. Sebaliknya jika
ada ketidakpuasan maka akan terjadi pemisah antara pengharapan dan prestasi. Konsumen yang merasa tidak puas akan menghentikan
konsumsinya dan menyebarkan berita kepada konsumen lain akan
Universitas Sumatera Utara
ketidakpuasan ataupun nilai-nilai negatif yang diterimanya saat mengkonsumsi produk tersebut.
2.6.4. Tipe-Tipe Keputusan Konsumen
Tipe keputusan konsumen merupakan kerangka dasar untuk perilaku konsumen di pasar. Tipe keputusan konsumen ada dua jenis
Sunyoto, 2013, yaitu: 1.
Keputusan-Keputusan Asortimen Tipe keputusan ini diciptakan oleh Wroe Alderson, untuk menyatakan
kombinasi dasar barang-barang dan jasa-jasa yang memenuhi kebutuhan- kebutuhan individu dan kelompok. Akibat adanya keterbatasan finansial
konsumen, maka mereka harus mengambil keputusan-keputusan strategik tentang bagaimana mereka berupaya mengalokasikan sumber daya yang
mereka miliki di antara alternatif yang tersedia. Konsep tentang keputusan asortimen ini tidak terbatas kategori pokok-
pokok pengeluaran. Tetapi juga mencakup pilihan produk atau aktivitas di dalam suatu kategori. Tipe keputusan ini juga tidak perlu dibuat secara
sadar, dalam arti bahwa konsumen secara sistematikal mengidentifikasi alternatif dan kemudian memutuskan bagaimana mereka akan mengatur
kehidupan mereka. 2.
Keputusan-Keputusan yang Berkaitan dengan Pasar Merupakan keputusan yang berhubungan dengan produk dan merek
khusus yang diperlukan untuk mengimplementasikan sebuah strategi
Universitas Sumatera Utara
asortimen. Keputusan tentang apa yang akan dibeli merupakan langkah pertama dalam pembentukan asortimen dan hal tersebut memerlukan
tindakan untuk menyisihkan produk-produk tertentu yang tidak akan dipilih untuk dibeli.
2. 7. Kerangka Konseptual