Analisis Waktu Produktif Operator

Berdasarkan Gambar 6.4 dapat dilihat bahwa ada 6 operator yang mimiliki tingkat waktu produktif dibawah rata-rata sebesar 67,89 yakni operator line 1, line 2, , line5, line 6, line 11, line 13. Sementara untuk operator line 3, line 4, line 7, line 8, line 9, line 10, line 12, line 14 dan line 15 memiliki tingkat waktu produktif di atas rata-rata. Untuk shift III dapat dilihat pada Gambar 6.5. Gambar 6.5 Waktu Produktif Setiap Operator pada Shift III Berdasarkan Gambar 6.5 dapat dilihat bahwa ada 5 operator yang mimiliki tingkat waktu produktif dibawah rata-rata sebesar 83,33 yakni operator line 4, line 8, line 11, line 12 dan line 13. Sementara untuk operator line 1, line 2, line 3, line 5, line 6, line 7, line 9, line 10, line 12, line 14 dan line 15 memiliki tingkat waktu produktif di atas rata-rata.

6.1.5 Analisis Noise Mapping Peta Kebisingan Ruang

Pemetaan kebisingan dilakukan untuk menggambarkan kontur kebisingan dan zona kebisingan yang dikaitkan dengan kinerja operator yang bekerja di dalam pabrik. Garis kontur kebisingan menghubungkan titik-titik lokasi yang memiliki tingkat kebisingan yang sama. Berdasarkan luas ruangan, titik yang diambil untuk pemetaan kebisingan adalah 32 titik. Nilai ekuivalen dari setiap titik pengukuran yang mewakili dari setiap bagian waktu kemudian digunakan untuk membuat peta kebisingan dengan menggunakan Software Surfer 11.0. Software ini berguna untuk menentukan pengelompokan kebisingan berdasarkan kelas, dimana masing-masing kelas ditandai dengan warna yang berbeda. Kebisingan tertinggi yakni melebihi atau sama dengan tingkat kebisingan 97 dBA ditandai dengan warna merah, tingkat kebisingan diantara 85 dBA dan 90 dBA ditandai dengan warna orange. Terdapat 3 peta kebisingan yang disesuaikan berdasarkan 3 klasifikasi waktu diantaranya peta kebisingan siang hari, malam hari dan siang malam. Pada area kerja moulding, ketiga peta tersebut 100 dalam kondisi tidak aman bagi operator. Hal ini dipengaruhi karena suara yang ditimbulkan oleh mesin blow Moulding sangat kuat dan mendominasi, sehingga mengakibatkan kebisingan yang tinggi .

6.2. Pembahasan Hasil

6.2.1. Penanggulangan Kebisingan untuk Meningkatkan Waktu Produktif Operator

Berdasrkan hasil analisis yang dilakukan bahwa kinerja operator belum maksimal hal ini disebabkan karena tingginya tingkat kebisingan yang diterima operator. Tingkat kebisingan tersebut telah melewati nilai ambang batas yang ditetapkan pemerintah melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Repbulik Indonesia No.Per.13MENX2011 standar 85 dBA untuk 8 jam kerja dan Occupatinal Safety and Health Administration OSHA yaitu pada ambang 90 dBA untuk 8 jam kerja. Berdasarkan pengujian hubungan temperatur ruang dan kecepatan udara terhadap paparan kebisingan diperoleh koefesien hubungan yang tinggi, namun perlakuan khusus belum dapat diberikan terhadap kedua variabel ini. Hal ini mengingat kecepatan udara berasal dari celah ruangan yang membuat hembusan udara ke bagian departemen Moulding. Ada dua alternatif yang dapat diberikan peneliti dan akan dijelaskan dalam sub-bab berikutnya.

6.2.1.1 Penanggulangan Kebisingan Secara Administrative Control

Menurut National Institute for Occupational Safety and Health NIOSH proses penanggulangan kebisingan dapat dilakukan secara administratif control yaitu dengan melakukan rotasi kerja. Penanggulangan paparan kebisingan dengan rotasi kerja dapat dilakukan agar paparan kebisingan yang diterima dapat dikurangi. Pendekatan ini dapat dilakukan terhadap 15 operator. Namun dalam sistem rotasi kerja secara teoritis masih sulit dicapai karena mempersulit pihak manajemen unuk mencari operator yang akan menggantikan kerja operator selanjutnya. Berdasarkan jam kerja yang diizinkan dan jam kerja efektif perusahaan, dapat ditentukan frekuensi rotasi kerja tiap operator dengan membagi jam kerja efektif perusahaan dengan jam kerja yang diizinkan, sehingga dapat dilakukan