Analisis Paparan Kebisingan dan Penanggulangannya Secara Ergonomis di PT.Permata Hijau Palm Oleo Medan
ANALISIS PAPARAN KEBISINGAN DAN
PENANGGULANGANNYA SECARA ERGONOMIS DI
PT.PERMATA HIJAU PALM OLEO MEDAN
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh :
UTAMI BELA NINGSIH HARAHAP 100403022
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
(3)
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.
Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi Reguler Strata Satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Judul untuk tugas sarjana ini adalah “Analisis Paparan Kebisingan dan Penanggulangannya Secara Ergonomis di PT.Permata Hijau Palm Oleo Medan.”
Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembacanya.
Medan, Mei 2015 Penulis,
(5)
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah memberikan hikmat dan berkat-Nya kepada penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas sarjana ini.
Penghormatan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis yaitu Pambela Harahap dan Ibunda Erlina Siregar yang tak henti-hentinya mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis baik moril maupun materil. Tugas sarjana ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab, kepada diri sendiri, orang tua, keluarga, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Eng. Ir. Listiani Nurul Huda, M.T. selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.
2. Bapak Ir. Sugiharto P., M.M. selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.
(6)
3. Ir. Rosnani Ginting selaku Dosen Koordinator Tugas Akhir atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.
4. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini.
5. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku sekretaris Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan yang menjadi bekal dalam penulisan tugas sarjana ini.
7. Staff pegawai Teknik Industri, bang Mijo, bang Ridho, kak Dina, bang Nurmansyah, kak Ani dan kak Rahma yang telah membantu dalam masalah administrasi untuk melaksanakan tugas sarjana ini.
8. Orang Tua penulis, Ayahanda Pambela Harahap dan Ibunda Erlina Siregar. 9. Abang dan adik saya Indra Bela Adha Syahputra Harahap,ST dan Gevina Bela
Ningsih Harahap yang telah memberikan motivasi selama proses pengerjaan laporan
10.Teman diskusi Munawir Rosyadi Siregar,ST yang selalu memberi doa, arahan, dukungan dan semangat kepada penulis.
11.Winda Aini Siregar dan Andri Taruna Siregar yang telah membantu Penulis dalam penyelesaian laporan ini.
(7)
13.Rekan seperjuangan di PT.Permata Hijau Palm Oleo, Rizky Indah Pasaribu dan Utomo Hadi yang saling membantu dan mendukung selama penelitian. 14.Kak Diana, selaku Personalia bagian Penelitian Mahasiswa di PT.Permata
Hijau Palm Oleo
15.Teman seperjuangan bimbingan Wili, Reza, Madan, Fuad dan Aziz yang telah banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini.
16.Putra Jaya yang telah membantu penulis dalam penyelesaian laporan ini. 17.Adik-adik di Departemen Teknik Industri Putri Handayani Pane dan Ummu
Habibah Daulay yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. 18.Rekan-rekan TITEN yang telah memberikan dukungan.
19.Rekan-rekan HMI FT-USU, HMI Cabang Medan dan KOHATI HMI Cabang Medan yang telah memberikan dukungan, motivasi, doa dan terlebih pula telah memberikan pengalaman hidup yang sangat berarti semasa perkuliahan penulis di Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
20.Rekan-rekan FOSMA 165 Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan, motivasi dan doa kepada penulis.
21.Rekan-rekan GAMADIKSI USU yang telah memberikan dukungan, motivasi dan doa kepada penulis.
22.Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis tidak dapat disebutkan satu per satu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS
(8)
ABSTRAK
PT. Permata Hijau Palm Oleo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi minyak goreng dan kemasannya (jerry can). Pada perusahaan ini, terdapat departemen moulding, departemen filling, dan departemen shortening. Penelitian ini dikhususkan pada departemen moulding dikarenakan daerah ini memiliki tingkat kebisingan terbesar dibandingkan dari departemen lainnya. Departemen moulding berfungsi untuk memproduksi jerry can (kemasan minyak goreng). Proses produksi jerry can menggunakan peralatan-peralatan produksi yang berpotensi menimbulkan kebisingan. Tingkat kebisingan di departemen
moulding berkisar antara 94 dB-101,1 dB.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitaif yaitu dengan pengukuran langsung. Penelitian ini dilakukan selama 5 hari. Instrumen yang digunakan adalah Krisbow Four in One dan Thermo-Anemometer. Variabel yang diteliti adalah tingkat kebisingan (dB), temperatur ruang (oC), kecepatan udara (m/s) dan waktu produktif masing-masing operator. Penentuan titik pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode lattice sampling.
Berdasarkan perhitungan titik pengukuran dengan metode lattice sampling
diperoleh 32 titik yang menjadi sampel pengukuran. Hasil pengukuran menunjukkan tingkat kebisingan yang diterima tiap operator telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Repbulik Indonesia No.Per.13/MEN/X/2011 yaitu 85 dB dan OSHA (Occupational Safety and Health) yaitu 90 dB untuk 8jam kerja/hari. Berdasarkan perhitungan bahwa tingkat kebisingan ekuivalen siang hari lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kebisingan ekuivalen pada malam hari yaitu berkisar antara 96-97,7 dB dan 94-95,6 dB. Pada perhitungan dosis kebisingan yang diidentifikasi melalui Daily Dose Noise (DND) diperoleh hasil bahwa 100% titik pengukuran telah melebihi NAB sehingga operator berada dalam dosis paparan kebisingan yang tidak aman. Berdasarkan uji regresi dan korelasi tingkat kebisingan dengan temperatur ruang dan kecepatan udara diperoleh hasil koefisien hubungan yang sangat tinggi yaitu 0,953 dan 0,889. Hasil pemetaan kebisingan dengan software surfer 11.0 dengan 32 titik pengukuran berada dalam zona tidak aman. Dengan demikian, penting dilakukan penanggulangan kebisingan untuk mereduksi kebisingan tersebut. Saran yang dapat diberikan adalah penanggulangan secara adsminitrative control yaitu dengan melakukan rotasi kerja atau secara engineering control yaitu dengan penambahan barrier sebagai penghalang antara sumber bunyi dan operator.
(9)
DAFTAR ISI
BAB
HALAMAN
LEMBAR SAMPUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxii
I PENDAHULUAN ... I-1
1.1 Latar Belakang Kerja Permasalahan ... I-1 1.2 Rumusan Masalah ... I-3 1.3 Tujuan Penelitian ... I-4 1.4 Manfaat Penelitian ... I-4 1.5 Asumsi dan Batasan Penelitian ... I-5 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-6
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1
2.1 Sejarah Perusahaan... II-1 2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2
(10)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB
HALAMAN
2.3 Orgnisasi dan Manajemen ... II-2 2.3.1 Struktur Organisasi Perusahaan ... II-2 2.3.2 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-4 2.3.2.1 Jumlah Tenaga Kerja... II-4 2.3.2.2 Jam Kerja ... II-5 2.4 Sistem Pengupahan ... II-5
2.4.1 Fasilitas ... II-6 2.5 Proses Produksi ... II-7 2.5.1 Standar Mutu Produk ... II-8 2.5.2 Bahan Yang Digunakan ... II-8 2.5.2.1 Bahan Baku ... II-9 2.5.2.2 Bahan Tambahan ... II-9 2.5.2.3 Bahan Penolong ... II-12 2.5.3 Uraian Proses Produksi ... II-13 2.6 Mesin dan Peralatan ... II-15 2.6.1 Mesin Produksi ... II-15 2.6.2 Peralatan atau equipment... II-18 2.7 Utilitas ... II-20 2.8 Safety and Fire Protection ... II-21 2.8.1 Safety Protection ... II-21
(11)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB
HALAMAN
2.8.2 Fire Protection ... II-22 2.9 Unit Pengolahan Limbah ... II-22
III TINJAUAN PUSTAKA ... III-1
3.1 Terjadinya Bunyi ... III-1 3.2 Perambatan Bunyi ... III-2 3.3 Bunyi dan Kebisingan ... III-3 3.4 Jenis-Jenis Kebisingan ... III-4 3.5 Pengukuran Bunyi ... III-5 3.5.1 Daily Dose Noise (Paparan Kebisingan) ... III-8 3.6 Metode Pengumpulan Data ... III-8 3.6.1 Metode Pengukuran ... III-9 3.6.2 Penentuan Titi Pengukuran dengan Lattice Sampling ... III-10 3.7 Nilai Ambang Batas Kebisingan ... III-11 3.8 Pengendalian Kebisingan ... III-13 3.8.1 Program Pencegahan/Program Konservasi Pendengaran III-13 3.8.2 Noise Reduction Oleh Penghalang Exterior ... III-15 3.9 Noise Mapping ... III-15 3.10 Pengenalan Software Surfer ... III-16
(12)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB
HALAMAN
3.10.1 Lembar Kerja Surfer ... III-17 3.10.2 Grid SurferScripter ... III-19 3.10.3 Simbolisasi Peta ... III-19 3.10.4 Editing Peta Countur ... III-20 3.10.5 Overlay Peta Control ... III-21 3.11 Teknik Sampling ... III-21 3.12 Ukuran Sampel ... III-23
IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2 Jenis dan Sumber Data ... IV-1 4.3 Jenis Penelitian ... IV-2 4.4 Subjek Penelitian ... IV-2 4.5 Variabel Penelitian ... IV-3 4.6 Kerangka Konseptual ... IV-3 4.7 Definisi Variabel Penelitian... IV-3 4.8 Instrumen Penelitian ... IV-8 4.9 Prosedur Penelitian... IV-9 4.10 Pengolahan Data... IV-10 4.11 Analisi Pemecahan Masalah ... IV-11
(13)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB
HALAMAN
4.12 Pelaksanaan Penelitian ... IV-11
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... V-1
5.1 Work Sampling ... V-1 5.1.1 Penentuan Work dan Idle ... V-1 5.1.2 Penentuan Populasi ... V-2 5.1.3 Penetuan Jumlah Sampel ... V-3 5.1.4 Pengumpulan Data Pengamatn Waktu Produktif ... V-4 5.2 Durasi Kerja Efektif Operator ... V-7 5.3 Pengukuran Tingkat Kebisingan ... V-7 5.4 Intensitas Bunyi ... V-17 5.5 Waktu Paparan Maksimum yang Diizinkan ... V-19 5.6 Daily Dose Noise ... V-21 5.7 Pengukuran Temperatur Ruang (0C) ... V-23 5.8 Hubungan Temperatur Ruang dengan Paparan Kebisingan ... V-28 5.9 Pengukuran Kecepatan Udara (m/s) ... V-29 5.10 Hubungan Kecepatan UdaraTerhadap Paparan Kebisingan ... V-34 5.11 Hubungan Tingkat Kebisingan dengan Paparan Kebisingan ... V-35 5.12 Noise Mapping (Peta Kebisingan Ruang) ... V-36
(14)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB
HALAMAN
5.13 Uji Validitas Item Soal ... V-40 5.14 Uji Reliabilitas Kuesioner ... V-42
VI ANALISI DAN PEMBAHASAN HASIL ... VI-1
6.1 Analisis ... VI-1 6.1.1 Analisis Tingkat Kebisingan dengan Temperatur Ruang .... VI-1 6.1.2 Analisis Tingkat Kebisngan dan Kecepatan Udara ... VI-2 6.1.3 Analisis Tingkat Kebisingan dengan Paparan Kebisingan
(Daily Noise Dose) ... VI-3 6.1.4 Analisis Sensasi Operator ... VI-6 6.1.5 Analisis Waktu Produktif Operator ... VI-8 6.1.6 Analisis Noise Mapping (Peta Kebisingan Ruang) ... VI-10 6.2 Pembahasan Hasil ... VI-11
6.2.1 Penanggulangan Kebisingan Untuk Meningkatkan
Waktu Produktif Oparator ... VI-11 6.2.1.1 Penanggulangan Kebisingan Secara Administrative
Control ... VI-12 6.2.1.2 Penanggulangan Kebisingan Secara Engineering
(15)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB
HALAMAN
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1
7.1 Kesimpulan ... VII-1
7.2 Saran ... VII-2
(16)
DAFTAR TABEL
TABEL
HALAMAN
2.1 Data Tenaga Kerja PT. Permata Hijau Palm Oleo ... II-4 2.2 Upah Minimum Regional (UMR) PT. Permata Hijau Palm Oleo ... II-7 2.3 Standar Mutu Jerry Can... II-8 2.4 Spesifikasi Mesin Blow Moulding ... II-16 2.5 Spesifikasi Mesin Mixing ... II-17 2.6 Spesifikasi Mesin Crusher ... II-18 2.7 Spesifikasi Selang Air ... II-19 2.8 Spesifikasi Timbangan ... II-19 2.9 Spesifikasi Mesin Genset ... II-21 2.10 Safety Protection ... II-21 3.1 Kecepatan Rambat Bunyi Menurut Medium Rambatnya ... III-3 3.2 Sumber Bunyi dan Intensitas Bunyi ... III-6 3.3 Nilai Ambang Batas Kebisingan ... III-12 3.4 Nilai Ambang Batas Kebisingan Menurut OSHA ... III-12 4.1 Titik Koordinat Pengukuran ... III-6 5.1 Populasi Pengamatan Waktu Produktif ... V-4 5.2 Data Waktu Produktif Setiap Operator ... V-5 5.3 Perhitungan Waktu Produktif ... V-6 5.4 Durasi Kerja Produktif Operator ... V-7
(17)
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL
HALAMAN
5.5 Tingkat Kebisingan Departemen Moulding ... V-9 5.6 Data Tingkat Kebisingan di Area Kerja Moulding ... V-13 5.7 Data Tingkat Kebisingan di Area Kerja Crusher ... V-14 5.8 Data Tingkat Kebisingan di Area Kerja Mixing ... V-14 5.9 Tingkat Kebisingan Ekuivalen Berdasarkan Waktu Pengukuran
dan Area Kerja ... V-16 5.10 Data Intensitas Bunyi pada 32 Titik Pengukuran ... V-18 5.11 Waktu Paparan yang Diizinkan Setiap Waktu Pengukuran ... V-20 5.12 Dosis Kebisingan pada Setiap Waktu Pengukuran ... V-22 5.13 Temperatur Ruang (0C) di Departemen Moulding ... V-24 5.14 Temperatur Ruang dan Paparan Kebisingan... V-28 5.15 Hubungan Temperatur Ruang Terhadap Paparan Kebisingan... V-29 5.16 Kecepatan Udara (m/s) ... V-30 5.17 Kecepatan Udara dan Paparan Kebisingan ... V-34 5.18 Hubungan Kecepatan Udara Terhadap Paparan Kebisingan ... V-35 5.19 Tingkat Kebisingan dan Paparan Kebisingan ... V-35 5.20 Hubungan Kecepatan Udara Terhadap Kebisingan ... V-36 5.21 Perhitungan Validitas untuk Pertanyaan 1 sampai dengan 4 ... V-41 5.22 Rekapitulasi Perhitungan Validitas ... V-42
(18)
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL
HALAMAN
5.23 Perhitungan Reliabilitas untuk Pertanyaan 1 sampai dengan 4 ... V-43 6.1 Persamaan Regresi dan Nilai Korelasi antara Temperatur Ruang
dan Paparan Kebisingan ... VI-2 6.2 Persamaan Regresi dan Nilai Korelasi antara Kecepatan udara dan
Paparan Kebisingan ... VI-2 6.3 Waktu Paparan yang Diizinkan dan Dosis Kebisingan ... VI-4 6.4 Hubungan Tingkat Kebisingan Terhadap Paparan Kebisingan ... VI-6 6.5 Perhitungan Waktu Produktif Operator ... VI-6 6.6 Rekapitukasi Rata-rata Persepsi operator ... VI-9 6.7 Frekuensi Rotasi Kerja Operator ... VI-13 6.8 Urutan Rotasi Kerja ... VI-13 6.9 Rekapitulasi Nilai NoiseReduction (NR) ... VI-20 6.10 Deskripsi Rancangan ... VI-20 6.11 Rekapitulasi PerbandinganTingkat Kebisingan yang Diterima
oleh Operator Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penanggulangan .. VI-21 6.12 Elemen Kerja Operator Sebelum dan Sesudah dilakukan
(19)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Lokasi Perusahaan ... II-1 2.2 Minyak Goreng dalam Kemasan ... II-2 2.3 Struktur Organisasi Perusaahaan PT. Permata Hijau Palm Oleo ... II-3 2.4. Bijih Plastik HDPE ... II-9 2.5 Kalsium Karbonat ... II-10 2.6. Pigmen Plastik ... II-11 2.7. Bahan Reject Sebelum Dicacah dan Setelah Dicacah ... II-11 2.8 Tutup Jerry Can ... II-12 2.9 Sekat Tutup ... II-12 2.10 Proses Pencetakan Jerry Can ... II-14 2.11 Proses Pelepasan Scrap... II-15 2.12 Inspeksi Jerry Can ... II-15 2.13 Mesin Blow Moulding 5 L ... II-16 2.14 Mesin Blow Moulding 20 L ... II-16 2.15 Mesin Mixing ... II-17 2.16 Mesin Crusher ... II-17 2.17 Pisau ... II-18 2.18 Selang Air ... II-19 2.19 Timbangan ... II-19 2.20 Mesin Genset ... II-20
(20)
ABSTRAK
PT. Permata Hijau Palm Oleo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi minyak goreng dan kemasannya (jerry can). Pada perusahaan ini, terdapat departemen moulding, departemen filling, dan departemen shortening. Penelitian ini dikhususkan pada departemen moulding dikarenakan daerah ini memiliki tingkat kebisingan terbesar dibandingkan dari departemen lainnya. Departemen moulding berfungsi untuk memproduksi jerry can (kemasan minyak goreng). Proses produksi jerry can menggunakan peralatan-peralatan produksi yang berpotensi menimbulkan kebisingan. Tingkat kebisingan di departemen
moulding berkisar antara 94 dB-101,1 dB.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitaif yaitu dengan pengukuran langsung. Penelitian ini dilakukan selama 5 hari. Instrumen yang digunakan adalah Krisbow Four in One dan Thermo-Anemometer. Variabel yang diteliti adalah tingkat kebisingan (dB), temperatur ruang (oC), kecepatan udara (m/s) dan waktu produktif masing-masing operator. Penentuan titik pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode lattice sampling.
Berdasarkan perhitungan titik pengukuran dengan metode lattice sampling
diperoleh 32 titik yang menjadi sampel pengukuran. Hasil pengukuran menunjukkan tingkat kebisingan yang diterima tiap operator telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Repbulik Indonesia No.Per.13/MEN/X/2011 yaitu 85 dB dan OSHA (Occupational Safety and Health) yaitu 90 dB untuk 8jam kerja/hari. Berdasarkan perhitungan bahwa tingkat kebisingan ekuivalen siang hari lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kebisingan ekuivalen pada malam hari yaitu berkisar antara 96-97,7 dB dan 94-95,6 dB. Pada perhitungan dosis kebisingan yang diidentifikasi melalui Daily Dose Noise (DND) diperoleh hasil bahwa 100% titik pengukuran telah melebihi NAB sehingga operator berada dalam dosis paparan kebisingan yang tidak aman. Berdasarkan uji regresi dan korelasi tingkat kebisingan dengan temperatur ruang dan kecepatan udara diperoleh hasil koefisien hubungan yang sangat tinggi yaitu 0,953 dan 0,889. Hasil pemetaan kebisingan dengan software surfer 11.0 dengan 32 titik pengukuran berada dalam zona tidak aman. Dengan demikian, penting dilakukan penanggulangan kebisingan untuk mereduksi kebisingan tersebut. Saran yang dapat diberikan adalah penanggulangan secara adsminitrative control yaitu dengan melakukan rotasi kerja atau secara engineering control yaitu dengan penambahan barrier sebagai penghalang antara sumber bunyi dan operator.
(21)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergos yang berarti kerja/bekerja dan nomos yang berarti aturan/hukum alam. Jadi, Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan yang mempertimbangkan segala aspek ruang lingkupnya. Salah satu aspek dalam ergonomi adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di sekitar tenaga kerja yang dapat mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Salah satu faktor fisik lingkungan kerja adalah kebisingan. 1
Berdasarkan
Kebisingan (noise) merupakan bunyi atau suara yang tidak dikehendaki (mengganggu). Gangguan bunyi tersebut dapat diadaptasi oleh fisik, namun syaraf dapat tergangu. Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian.
2
1
Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. ANDI: Yogyakarta. 2
Ogobiri G.E dkk. Analysis of noise level from different sawmills and its evironmental effects in yenagoa metropolis. Jurnal Vol 2 No 6 .Wilberforce Island, Nigeria August 2014
penelitian yang dilakukan oleh Ogobiri G. E dkk (2014) dengan judul “Analysis of Noise Level From Different Sawmills and its Evironmental Effects in Yenagoa Metropolis” menggunakan instrumen berupa
sound level meter dan kuesioner dengan sampel 45 warga dan 45 pekerja yang berada 20 m dari lokasi diperoleh hasil bahwa adanya pengaruh durasi dan tingkat
(22)
kebisingan terhadap psikologis warga dan pekerja. Berdasarkan hasil survei kuesioner, 10% responden mengeluh karena menjadi lebih cepat marah dan cemas. Sedangkan persentase efek fisiologis (sakit kepala dan gangguan tidur) adalah 73%. Saran yang dapat diberikan adalah melakukan pengelolaan terhadap sumber bising. 3
Permasalahan kebisingan ditemukan di PT.Permata Hijau Palm Oleo Medan yang bergerak dalam industri pembuatan minyak goreng dan jerry can.
PT.Permata Hijau Palm Oleo memiliki beberapa departemen yaitu departemen
moulding, departemen filling dan departemen shortening. Tingkat kebisingan rata–rata masing-masing departemen adalah 97 dB, 90 dB dan 88 dB. Sehingga penelitian ini dikhususkan pada Departemen Moulding karena memiliki tingkat kebisingan tertinggi dibandingkan dari departemen lainnya. Departemen
Moulding memiliki 3 area kerja yaitu area kerja pencetakan (moulding), pencacahan bahan (crusher) dan pencampuran bahan (mixing). Departemen
Moulding bertugas untuk memproduksi jerry can (kemasan minyak goreng). Operator departemen moulding berusia 25-35 Tahun. Perbedaan usia operator tidak merubah aktivitas operator selama bekerja. Elemen kerja operator adalah mempersiapkan bahan baku dan memasukkannya ke dalam bak bahan baku, Pengelolaan sumber bising telah dilakukan oleh Branko Redicevic dkk pada Tahun 2012 di sebuah Pabrik Triplek dengan merancang sebuah barrier berbahan dasar logam yang dikombinasikan dengan karet. Hasil perancangan tersebut mampu mengurangi tingkat kebisingan sebesar 14 dB.
3
Radicevic, Branko dkk. 2012. Design Of Noise Protection Of Industrial Plants-Case Study Of A Plywood Factory. University Of Kragujevag : Serbia.
(23)
memperhatikan proses pencetakan dan mengambil hasil cetakan jerry can, memotong bagian plastik yang tersisa dari pencetakan, melakukan inspeksi menggunakan mata untuk melihat warna jerry can serta mengangkat jerry can ke tempat penumpukan jerry can.
Penelitian awal dilakukan dengan mengidentifikasi tingkat kebisingan yang diterima operator di departemen moulding. Hasil yang diperoleh bahwa tingkat kebisingan area kerja departemen moulding melebihi standar Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011 yaitu 85 dB dan
Occupational Safety and Health (OSHA) yaitu 90 dB untuk 8 jam kerja/hari. Tingkat kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas tersebut bersumber dari mesin blow moulding yang mengeluarkan tekanan udara sehingga menimbulkan bunyi yang sangat keras pada saat proses pencetakan jerry can. Kejadian ini membuat operator meninggalkan tempat duduknya sehingga berpengaruh terhadap kinerja operator. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara kepada 15 operator departemen moulding yang menyatakan bahwa adanya pengaruh paparan kebisingan dengan waktu produktif operator.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penanggulangan kebisingan untuk menganalisis paparan kebisingan di departemen moulding PT. Permata Hijau Palm Oleo, Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin blow moulding melebihi Nilai Ambang Batas yang
(24)
ditetapkan pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011 yaitu 85 dB dan Occupational Safety and Health Administration (OSHA) yaitu 90dB untuk 8 jam kerja/hari sehingga mengakibatkankinerja operator tidak maksimal.
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah melakukan penanggulangan tingkat kebisingan di PT. Permata Hijau Palm Oleo Medan agar tingkat kebisingan yang melebihi nilai ambang batas dapat direduksi. Sedangkan secara khusus, tujuan penelitian ini adalah:
1. Analisis tingkat kebisingan pada departemen moulding
2. Pemetaan kebisingan berdasarkan area kerja operator pada departemen
moulding
3. Analisis usulan penanggulangan paparan kebisingan untuk mereduksi paparan kebisingan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Mahasiswa
a. Mampu mengaplikasikan ilmu ergonomi dalam upaya perbaikan paparan kebisingan
b. Menerapkan teori engineering noise control dalam menyelesaikan permasalahan kebisingan di PT.Permata Hijau Palm Oleo Medan
(25)
c. Memperoleh peluang untuk mencari solusi dari permasalahan di PT. Permata Hijau Palm Oleo Medan dari sudut pandang akademis.
2. Bagi Perusahaan
a. Memberi masukan kepada pihak perusahaan terhadap upaya yang dapat dilakukan dalam penanggulangan kebisingan di tempat kerja agar kenyamanan lingkungan kerja dapat tetap dijaga.
b. Sebagai bahan masukan bagi peningkatan kinerja dan pengembangan berbagai aspek perusahaan PT. Permata Hijau Palm Oleo Medan.
3. Bagi Departemen Teknik Industri
Sebagai bahan rujukan dan pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya untuk mencari solusi penanggulangan kebisingan di unit produksi.
1.5 Asumsi Penelitian dan Batasan
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Instrumen yang digunakan dalam keadaan baik dan sesuai standar
2. Proses produksi tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung 3. Metode dan prosedur kerja operator tidak mengalami perubahan selama
penelitian berlangsung
4. Tidak terjadi pergantian operator selama penelitian berlangsung pada operator shift I dan shift II dan shift III
5. Tidak terjadi perubahan tempat kerja dan susunan fasilitas kerja 6. Operator bekerja dalam keadaan normal dan tidak dalam tekanan 7. Setiap operator memiliki kemampuan (skill) yang sama.
(26)
8. Faktor lingkungan kerja lainnya (pencahayaan, kelembaban, getaran) dianggap tidak mempengaruhi hasil penelitian
9. Kondisi telinga operator tidak mengalami gangguan Batasan yang dilakukan dalam penelitian antara lain:
1. Penelitian dilakukan di departemen moulding PT.Permata Hijau Palm Oleo
2. Standar kebisingan berdasarkan nilai ambang batas yang dikeluarkan oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per.13/MEN/X/2011 dan
Occupational Safety and Health Administration (OSHA). 3. Efek pantulan bunyi tidak dipertimbangkan.
4. Biaya usulan rancangan perbaikan tidak diuraikan
1.6 Sistematika Penulisan Tugas Sarjana
Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri, maka penulisan tugas sarjana ini disajikan dalam beberapa bagian berikut.
Pada bab I diuraikan mengenai latar belakang permasalahan dalam penelitian di perusahaan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi dan batasan penelitian, serta sistematika penulisan laporan penelitian/laporan tugas sarjana.
Pada bab II berisi uraian sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, organisasi, tenaga kerja, proses produksi, bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan, mesin, peralatan, fasilitas produksi, serta beberapa bagian penting yang menunjang dalam segi informasi dan operasional di PT. Permata Hijau Palm Oleo.
(27)
Pada bab III berisi tinjauan pustaka yang berisi uraian teori-teori yang relevan dalam mendukung pengolahan data hasil penelitian, seperti teori mengenai terjadinya bunyi, perambatan bunyi, bunyi dan kebisingan, pengukuran bunyi, jenis-jenis kebisingan, jarak tempuh gelombang bunyi, ambang batas kebisingan, dosis kebisingan, waktu paparan yang diizinkan, program pencegahan/program konservasi pendengaran, noise mapping, noise reduction
oleh penghalang exterior, noise mapping, dan, pengenalan softwaresurfer, lembar kerja surfer,gs scripter, simbol peta, editing peta kontur, overlay peta kontur.
Pada bab IV menjelaskan tentang metodologi penelitian terdiri dari lokasi dan waktu penelitian, jenis penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, kerangka konsep penelitian, definisi variabel operasional, instrumen penelitian, pelaksanaan penelitian, pengolahan dan analisis proses penelitian.
Pada V berisi tentang pengumpulan dan pengolahan hasil penelitian yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran langsung di departemen moulding PT. Permata Hijau Palm Oleo sebagai bahan pengolahan data dalam mendukung analisis dan pembahasan hasil guna menyelesaikan permasalahan di perusahaan.
Pada bab VI berisikan tentang analisis dan pembahasan dengan membandingkan hasil penelitian dengan teori-teori yang relevan. Di samping itu diupayakan untuk dapat diberikan perbandingan kondisi kerja aktual dengan kondisi kerja yang diusulkan.
Pada bab VII berisi kesimpulan dan saran terkait hasil identifikasi permasalahan yang diperoleh selama penelitian maupun bagi peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini serta saran yang mendukung kinerja perusahaan.
(28)
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan
Perusahaan yang diamati adalah Permata Hijau Group (PHG) yang didirikan pada tahun didirikan 1984. Perusahaan ini mengolah beberapa produk yang berbahan dasar minyak sawit dan kemasannya.
PT. Permata Hijau Group (PHG) memiliki beberapa cabang perusahaan, diantaranya adalah PT Permata Hijau Palm Oleo yang berlokasi di Belawan, Medan, Sumatera Utara (dapat dilihat pada Gambar 2.1). Perusahaan ini memproduksi minyak sawit beserta dengan kemasannya yang dipasarkan di berbagai negara seperti, Singapura, Arab Saudi, Afganistan dan beberapa negara di Amerika Latin. Hasil pengolahan minyak sawit dikemas dalam jerry can yang diproduksi dengan metode injection molding.
Gambar 2.1 Lokasi Perusahaan
(29)
2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha
Ruang lingkup bidang usaha dari PT.Permata Hijau Palm Oleo yaitu produksi dan pengolahan minyak sawit. Tujuan pemasaran adalah mengekspor produk ke berbagai Negara seperti, Singapura, Arab Saudi, Afganistan dan beberapa negara di Amerika Latin. Produk yang dihasilkan adalah minyak goreng dari kelapa sawit dengan kemasannya (jerry can)dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Minyak Goreng dalam Kemasannya (Jerry Can)
2.3 Organisasi dan Manajemen 2.3.1 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi menggambarkan hubungan kerjasama antara dua orang atau lebih dengan tugas yang berkaitan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan tertentu yang diharapkan oleh semua pihak yang terkait didalamnya.
Dalam melaksanakan pekerjaannya, struktur organisiasi PT Permata Hijau Palm Oleo dikategorikan dalam bentuk lini dan fungsional (dapat dilihat pada Gambar 2.3)
(30)
Keterangan : Garis Koordinasi
Garis Instruksi
Struktur Organisasi PT. Permata Hijau Palm Oleo Medan
General Manager
Assisten General Manager
SPT. Produksi
SPV. Logistic Warehouse
Foreman
SPV Quality Control SPV
Moulding
SPV Filling SPV Shourtening
SPT. Bulking/ Shipping SPV Tank Farm SPV Shipping Master
Loading Krani Exim
SPT. Mekanik SPV Mekanik SPT. Elektrikal/ Instrumen SPV Elektrik/ Instrumen SPT. Mekanikal Projek Foreman Mekanikal Projek SPV HRD Krani Personalia Pemb. Krani Personalia KTU Penata Admin Krani Admin Pemb. Krani Admin SPV Gudang Sparepart Krani Gudang Pemb. Krani Gudang Helper
Foreman Foreman Foreman Foreman
Foreman Foreman Foreman
(31)
IV-1
2.3.2 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Penjelasan lebih lanjut mengenai sumber tenaga kerja, jumlah tenaga kerja, dan jam kerja yang berlaku di PT. Permata Hijau Palm Oleo, akan dijelaskan sebagai berikut.
2.3.2.1 Jumlah Tenaga Kerja
PT. Permata Hijau Palm Oleo memiliki tenaga kerja sebanyak 206 orang. Tenaga kerja ini dapat digolongkan atas staf dan karyawan dan operator. Golongan staf adalah pekerja pada tingkat manajer, kepala bagian, dan pekerja yang tidak bekerja pada bagian produksi. Golongan karyawan adalah pekerja yang tidak berhubunga secara langsung dengan mesin produksi. Sedangkan operator adalah pekerja yang berhubungan langsung dengan mesin produksi. Data tenaga kerja PT. Permata Hijau Palm Oleo dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jumlah Tenaga Kerja PT. Permata Hijau Palm Oleo
No Karyawan Jumlah No Karyawan Jumlah
1 Direktur Utama 1 Orang 13 SPV Shourtening 4 Orang 2 Asisten General
Manager 2 Orang 14
SPV Tank Farm
4 Orang
3 SPT Produksi, 10 Orang 15 SPV shipping 4 Orang
4 SPT Bulking/Shipping 8 Orang 16 SPV Mekanik 4 Orang
5 SPT Mekanik 6 Orang 17 SPV Elektrik/Instrumen 8 Orang 6 SPT
Elektrikal/Instrumen 6 Orang 18
SPV civil
6 Orang 7 SPT Mekanikal Projek 6 Orang 19 SPV Mekanikal Projek 6 orang
8 SPT Civil Engineering 6 Orang 20 SPV HRD 4 Orang
9 SPV logistic
warehouse 4 Orang 21
KTU
4 Orang 10 SPV Quality Control 6 Orang 22 SPV Gudang Sparepart 4 Orang
11 SPV Moulding 4 Orang 23 Foreman 80 Orang
12 SPV Filling 4 Orang 24 Satpam 20 Orang
Total 206 Orang
Keterangan :
SPT : Superintendent ; SPV : Supervisor Sumber : PT. Permata Hijau Palm Oleo
(32)
Jadwal kerja dibagi atas 3 shift, dimana jam kerjanya pada hari senin – minggu adalah 8 jam sehari dengan jadwal sebagai berikut:
Shift 1 Pukul 08.00 – 12.00 waktu kerja Pukul 12.00 – 13.00 waktu istirahat Pukul 13.00 – 16.00 waktu kerja Shift 2 Pukul 16.00 – 19.00 waktu kerja Pukul 19.00 – 20.00 waktu istirahat Pukul 20.00 – 24.00 waktu kerja Shift 3 Pukul 24.00 – 03.00 waktu kerja Pukul 03.00 – 04.00 waktu istirahat
Pukul 04.00 – 08.00 waktu kerja
2.4 Sistem Pengupahan
Sistem pengupahan karyawan pada PT Permata Hijau Palm Oleo dilakukan dengan pembayaran gaji pokok setiap akhir bulan yang besarnya sesuai dengan tingkat jabatan masing-masing karyawan.
Perusahaan juga membayarkan upah lembur bagi karyawan yang bekerja melebihi jam kerja yang telah ditetapkan (overtime). Upah lembur tersebut dibayarkan pada karyawan di akhir bulan bersamaan dengan pembayaran gaji pokok. Perusahaan memberikan upah dalam dua bentuk yaitu :
1. Gaji Pokok
Besarnya nilai gaji pokok yang diterima setiap personil karyawan PT Permata Hijau Palm Oleo ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut:
(33)
a. Berdasarkan pangkat dan jabatan (posisi pada perusahaan) b. Berdasarkan lamanya telah bekerja pada perusahaan c. Berdasarkan lamanya menduduki suatu jabatan
d. Tunjangan (sesuai dengan sifat kerja) diantaranya adalah tunjangan pangkat, tunjangan jabatan, tunjangan keluarga, tunjangan perumahan, tunjangan pengangkutan, tunjangan daerah, tunjangan hadir, tunjangan kerja gilir, tunjangan khusus, tunjangan panggilan darurat dan tunjangan siaga
2. Gaji Tambahan
Besarnya gaji tambahan diberikan berdasarkan jumlah jam kerja lembur setiap pekerja.
2.4.1 Fasilitas
Adapun fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan diantaranya adalah :
1. Fasilitas fisik berupa fasilitas perumahan/mess, transportasi, pengobatan/perawatan, sarana ibadah.
2. Kesejahteraan
Bantuan kesejahteraan diberikan perusahaan berupa Dana Jamsostek dan Bantuan suka duka
3. Awarding (Penghargaan)
Awarding merupakan suatu bentuk kompensasi yang didasarkan atas prestasi kerja karyawan dalam melakasanakan pekerjaannya.
(34)
4. Bonus
Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar dari penjualan hasil produksinya, maka sebagai rasa terima kasih kepada karyawannya, perusahaan memberikan bonus.
Sistem pengupahan berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) untuk daerah Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Upah Minimum Regional (UMR) PT. Permata Hijau Palm Oleo
No Upah Minimum
Regional (UMR) Nominal Satuan /RP Pihak Penerima
1 Upah serendah-rendahnya
Rp. 2.400.000,- - Operator, Karyawan dan staaf
Perusahaan 2 Upah
setinggi-setingginya
Rp. 8.000.000 Rp. 4.000.000
- Manager - Staff Ahli
Sumber : PT. Permata Hijau Palm Oleo
2.5 Proses Produksi
Proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik untuk menciptakan atau meningkatkan nilai tambah suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber daya berupa tenaga kerja, mesin, bahan baku dan modal yang dikeluarkan.
Produk yang dihasilkan oleh PT. Permata Hijau Palm Oleo adalah jerry can berukuran 5 L dan 20 L. Secara umum proses produksi yang dilakukan mulai dari set-up mesin, pencampuran bahan, pencetakan jerry can, dan Inspeksi.
2.5.1 Standar Mutu Jerry Can
Pengawasan standar mutu bahan dan produk selama proses produksi dilakukan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi
(35)
yang sudah ditetapkan sehingga dapat memenuhi kepuasan konsumen dan tidak merugikan perusahaan. Standar mutu jerry can berukuran 5 liter dan 20 liter dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Standar Mutu Jerry Can
Keterangan
Spesifikasi
Volume 5 liter Volume 20 liter
Berat 240-260 gram 1010-1030 gram
Tinggi 29-31 cm 39-41 cm
Diameter mulut 38-40 mm 58-60 mm
Ketebalan 3-5 mm 3-5 mm
Warna dan tekstur permukaan Kuning atau putih jernih Kuning atau putih jernih Volume massa jenis air = 1 kg/l massa jenis air = 1 kg/l
Tekanan 1,5 bar, 20 menit 5 bar, 20 menit
Sumber Data : PT. Permata Hijau Palm Oleo Medan
2.5.2. Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan dalam proses pencetakan jerry can terdiri dari tiga jenis yaitu bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong yang satu sama lainnya saling membutuhkan dalam kelancaran proses produksi.
2.5.2.1. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama (bahan mentah) yang digunakan dalam pembuatan sebuah produk. Bahan baku yang dicampurkan dalam pembuatan
Jerry can adalah bijih plastik bertipe High Density Poly Ethylene (HDPE). HDPE merupakan plastik kedua yang paling banyak digunakan setelah polyethylene
(PET). Bijih plastik ini kuat dan kaku yang berasal dari minyak bumi dengan struktur molekulnya adalah (-CH2-CH2-)n. HDPE juga sering digunakan pada pembuatan botol detergen, botol obat, botol oli mesin, botol shampoo, kemasan
(36)
juice, botol sabun cair, kemasan kopi dan botol sabun bayi. HDPE merupakan jenis plastik dengan label #2 yang berarti dapat didaur-ulang. Bijih plastik HDPE dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Bijih plastik HDPE
2.5.2.2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan ke produk agar produk tersebut memiliki karakteristik yang lebih bernilai tambah (value added). Adapun bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksi jerry can tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kalsium Karbonat berfungsi untuk memperkuat ikatan plastik sehingga membuat jerry can kokoh dan kuat. Bahan ini juga sekaligus memberi warna putih pada jerry can. Kalsium karbonat dapat dilihat pada Gambar 2.5.
(37)
Gambar 2.5 Kalsium Karbonat
2. Pigmen yang berfungsi untuk memberi warna pada jerry can berjenis AZO Pigmen dengan index yaitu Yellow Pigmen 81. Jerry can yang diproduksi oleh PT Permata Hijau Palm Oleo yaitu jerry can berwarna putih dan kuning. jerry can bewarna putih tidak menggunakan pigmen dan hanya menggunakan kalsium karbonat sebagai pewarnanya. Sedangkan jerry can
bewarna kuning menggunakan pigmen sebagai bahan pewarnanya. Pigmen plastik yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 2.6.
(38)
3. Recycle
Bahan recycle merupakan bahan yang diperoleh dari hasil pemotongan bagian
jerry can yang berlebih dan kemudian dicacah kembali untuk menjadi bahan tambahan pada jerry can. Bahan recycle juga diperoleh dari jerry can yang cacat kemudian didaur ulang, Proses pendaurulangan jerry can tersebut menggunakan mesin crusher yang berfungsi untuk mencacah jerry can
menjadi potongan-potongan kecil yang kemudian digunakan kembali sebagai bahan tambahan dalam pembuatan jerry can. Pada Gambar 2.7 dapat dilihat
jerry can reject sebelum dan sesudah sudah dicacah
Gambar 2.7 Bahan Reject sebelum dicacah dan Setelah Dicacah
4. Tutup jerry can
Tutup jerry can digunakan sebagai penutup mulut jerry can agar minyak di dalamnya tidak tumpah, dapat dilihat pada Gambar 2.8.
5. Sekat tutup
Sekat tutup berfungsi sebagai pelapis tutup jerry can untuk memastikan minyak dalam jerry can tidak keluar dari mulut jerry can serta
(39)
menghalangi udara masuk ke dalam jerry can yang telah diisi dengan minyak. Sekat tutup jerry can dapat dilihat pada Gambar 2.9.
Gambar 2.8 Tutup Jerry Can Gambar 2.9 Sekat Tutup
2.5.2.3 Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang membantu terjadinya produk utama. Adapun bahan penolong yang digunakan pada proses pembuatan Jerry can yaitu: 1. Air
Air digunakan untuk mendinginkan mesin blow moulding dan juga digunakan dalam uji kualitas volume jerry can untuk mengetahui volume produk sesuai dengan yang diinginkan atau tidak.
2. Udara (tekanan angin)
Udara digunakan untuk membentuk rongga jerry can pada saat dicetak dalam mesin blow moulding.
2.5.3 Uraian Proses Produksi
Proses produksi pembuatan jerry can dengan metode blow moulding pada PT. Permata Hijau Palm Oleo dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Pencampuran Bahan Pembuatan Jerry Can
Langkah pertama dalam pembuatan jerry can adalah pencampuran bahan-bahan yang dipakai untuk membuat jerry can. Bahan-bahan tersebut adalah :
(40)
- biji plastik bertipe HDPE (High Density Poly Etyhlene), - kalsium karbonat,
- pigmen, dan - bahan recycle.
Selanjutnya bahan-bahan tersebut dicampur dengan komposisi : - bahan bijih plastik 40%,
- kalsium karbonat 10%, - pigmen 15%, dan
- recycle 35% terhadap HDPE,
Kemudian kalsium karbonat, pigmen dan recycle dimasukkan ke dalam mesin
mixing untuk diolah lebih lanjut. 2. Proses Pencetakan Jerry Can
Langkah berikutnya adalah pencetakan jerry can dengan metode injection molding. Mesin blow moulding yang terdapat pada lantai pabrik bersifat otomatis dan terdiri dari 2 tipe, yaitu mesin produksi jerry can berukuran 5 liter dan mesin produksi Jerry can berukuran 20 liter. Pengoperasian mesin-mesin tersebut dimulai dengan :
1. setup mesin sesuai dengan standar dan ukuran yang diinginkan 2. dimasukkan campuran bahan ke dalam mesin
3. di-press untuk memberikan bentuk jerry can
4. masukkan tekanan udara yang telah ditentukan untuk membentuk rongga
jerry can.
(41)
Gambar 2.10 Proses Pencetakan Jerry can
3. Inspeksi
Pada proses inspeksi, operator berperan melepaskan bagian-bagian plastik sisa yang masih melekat pada jerry can (scrap) selanjutnya memeriksa kecacatan
jerry can dengan melihat warna jerry can menggunakan mata. Jika cacat, maka
jerry can tersebut didaur ulang. Sebaliknya jika produk tersebut tidak cacat, maka produk tersebut dilanjutkan ke dalam proses pengemasan. Proses pelepasan scrap ditunjukkan pada Gambar 2.11 dan proses inspeksi bagian dalam jerry can menggunakan ditunjukkan pada Gambar 2.12.
Gambar 2.11 Proses Pelepasan Scrap Gambar 2.12 Inspeksi Jerry Can Setup
mesin
Press
dimasukkan campuran bahan dimasukkan
(42)
2.6 Mesin dan Peralatan 2.6.1 Mesin Produksi
Adapun mesin yang digunakan untuk melakukan proses pembuatan jerry can ini adalah sebagai berikut :
1. Mesin blow moulding adalah mesin yang digunakan untuk mencetak jerry can
secara otomatis. Mesin blow moulding yang dimiliki oleh perusahaan ada 2 macam, yaitu mesin blow moulding yang memprduksi jerry can berukuran 5 Liter dan mesin blow moulding yang memproduksi jerry can berukuran 20 liter. Mesin blow moulding untuk jerry can berukuran 5 liter ditunjukkan pada Gambar 2.13 dan Mesin blow moulding untuk jerry can berukuran 20 liter ditunjukkan pada Gambar 2.14.
(43)
Spesifikasi dari mesin Blow Moulding 5 liter dan 20 liter dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Spesifikasi Mesin Blow Moulding
Kategori Spesifikasi Keterangan
Blow Moulding
5 Liter
Merk Silnik
Lebar 100 cm
Tinggi 150 cm
Panjang 250 cm
Cos phi 0,8
Phase 3 phase
Tegangan 380 volt
Kapasitas produksi/jam 12 unit
Jumlah 5 buah
Masa Pakai 2005 s/d sekarang
Blow Moulding
20 Liter
Merk Weining
Tipe Unimat 23 E
Tinggi 200 cm
Lebar 150 cm
Panjang 300 cm
Cos phi 0,8
Phase 3 phase
Tegangan 380 volt
Bahan Besi dan elektronik
Daya listrik 175 kW
Kapasitas produksi/jam 12 unit
Jumlah 5 buah
Masa Pakai 2005 s/d sekarang Sumber Data : PT. Permata Hijau Palm Oleo Medan
2. Mesin Mixing
Mesin ini berfungsi untuk mencampur bahan-bahan pembuatan jerry can yaitu HDPE, kalsium karbonat, pigmen, dan hasil recycle. Mesin mixing dapat dilihat pada Gambar 2.15.
3. Mesin Crusher
Mesin crusher berfungsi sebagai alat pencacah produk reject untuk dijadikan bijih plastik agar dapat diolah kembali. Mesin crusher dapat dilihat pada Gambar 2.16.
(44)
Gambar 2.15 Mesin Mixing Gambar 2.16 Mesin Crusher
Spesifikasi dari mesin mixing dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Spesifikasi Mesin Mixing
Spesifikasi Keterangan
Type Bahan
165 P4 Besi
Tinggi 150 cm
Cos phi 0,8
Phase 3 phase
Tegangan 380 volt
Daya 90 kW
Putaran 1.200 rpm
Sumber Data : PT. Permata Hijau Palm Oleo Medan
Spesifikasi dari mesin pengahancur plastik dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Spesifikasi Mesin Crusher
Spesifikasi Keterangan
Tipe PLT-100
Merek Agrowindo
Kapasitas 100 kg / jam
Cos phi 0,8
Phase 3 phase
Tegangan 380 volt
Power 12 HP
Putaran 1.450 rpm
Dimensi mesin 100x100x125 cm
Cutting size 10 mm
Bahan plat mild steel Sumber Data : PT. Permata Hijau Palm Oleo Medan
(45)
2.6.2. Peralatan (Equipment)
Peralatan yang digunakan dalam peroses pembuatan jerry can adalah sebagai berikut :
1. Pisau
Pisau digunakan untuk memotong bagian sisa plastik pada jerry can.
Proses pemotongan Scrap dapat dilihat pada Gambar 2.17.
Gambar 2.17 Proses pemotongan Scrap
2. Selang air digunakan untuk menngalirkan air pada unit brimpull. Selang air dapat dilihat pada Gambar 2.18.
3. Timbangan digunakan untuk menimbang berat jerry can dan menimbang.
jerry can yang telah diisi air pada uji brimpull. Timbangan dapat dilihat pada Gambar 2.19.
Gambar 2.18 Selang Air Gambar 2.19 Timbangan
Spesifikasi selang air dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Spesifikasi Selang Air
Spesifikasi Keterangan
Diameter 3 cm
Bahan Plastik
(46)
Spesifikasi dari timbangan dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Spesifikasi Timbangan
Spesifikasi Keterangan
jenis timbangan Digital Ketelitian 3 angka decimal
Jumlah 2 buah
Berat maksimum 2 kg dan 30 kg Sumber Data : PT. Permata Hijau Palm Oleo Medan
2.7 Utilitas
Utilitas adalah sarana pembantu produksi yang tidak terlibat secara langsung terhadap bahan baku, tetapi penunjang proses agar produksi dapat berjalan lancar. Utilitas pabrik merupakan semua hal yang memiliki dampak yang besar sehingga pabrik dan proses produksi dapat berjalan dengan optimum.
Utilitas yang dimiliki PT Permata Hijau Palm Oleo adalah unit pemeliharaan bengkel (mesin dan peralatan) dan pembangkit listrik. Unit pembangkit listrik menggunakan mesin Genset. Mesin Genset ini merupakan generator utama sumber tenaga listrik pada pabrik yang digerakkan dengan turbin berbahan bakar solar, fungsinya adalah untuk menyalurkan listrik ke pabrik. Genset yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 2.20.
(47)
Spesifikasi dari mesin Genset dapat dilihat pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9 Spesifikasi Mesin Genset Spesifikasi Keterangan
Tipe 63-EG-7001
Ukuran 3 m x 1,5 m
Daya 20 MW
Tegangan 13,8 V
Sumber Data : PT. Permata Hijau Palm Oleo Medan
2.8 Safety and Fire Protection
Dalam setiap proses produksi di suatu lantai pabrik, sisi keselamatan kerja perlu untuk diperhatikan. Untuk menjamin keamanan para opertaor, maka diperlukan beberapa peralatan antara lain :
2.8.1 Safety Protection
Pada PT. Permata Hijau Palm Oleo ada beberapa Safety Protection yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.10.
Tabel 2.10 Safety Protection
No Nama Gambar Fungsi
1 Helm proyek melindungi kepala operator saat
sedang bekerja
2 Sarung tangan melindungi tangan operator dari
panasnya jerry can saat keluar dari cetakan dan bahan-bahan kimia yang berbahaya
(48)
3 Sepatu boot digunakan untuk melindungi kaki operator dari benda-benda tajam saat sedang bekerja
4 Ear plug digunakan untuk melindungi
telinga dari kebisingan
2.8.2 Fire Protection
Pada PT. Permata Hijau Palm Oleo ada beberapa Fire Protection yang digunakan, diantaranya adalah :
1. Tabung pemadam kebakaran digunakan untuk memadamkan api yang dapat terjadi akibat korslet, kebocoran bahan bakar ataupun hal-hal lainnya. Tabung ini digantung pada dinding bangunan yang berjarak 2 m dari posisi operator sehinggah mudah dijangkau. Tabung pemadam kebakaran dapat dilihat pada Gambar 2.21.
2. Alarm digunakan untuk memanggil bantuan teknisi atau petugas lainnya jika sewaktu-waktu ada masalah pada proses produksi. Alarm ini terpasang pada mesin blow moulding. Alarm dapat dilihat pada Gambar 2.22.
Gambar 2.21 Tabung Pemadam Gambar 2.22 Alarm Kebakaran
(49)
2.9 Unit Pengolahan Limbah
Limbah yang diakibatkan dari proses aktivitas pembuatan jerry can ini berupa sisa plastik dari. jerry can yang cacat disebabkan oleh beberapa faktor: 1. Kesalahan dalam pengoperasian mesin blow moulding sehingga
mengakibatkan spesifikasi jerry can tidak sesuai dengan yang diinginkan. 2. Bercampurnya debu atau pasir ke dalam bahan plastk sehingga mengakibatkan
warna tidak jernih ataupun kebocoran pada jerry can.
Produk-produk cacat maupun sisa-sisa plastik dapat didaur ulang. Hal ini dikarenakan karena HDPE merupakan jenis plastik yang mudah untuk didaur ulang. Jerry can yang cacat, dapat dicacah kembali hingga menjadi serpihan-serpihan kecil. Serpihan-serpihan-serpihan ini kemudian dicampur dengan HDPE (High Density Poly Etyhlene), pigmen, dan kalsium karbonat dengan komposisi yang telah ditentukan. Dengan adanya proses daur ulang tersebut maka limbah-limbah tersebut dapat dimanfaatkan secara efektif tanpa menggangu lingkungan kerja maupun lingkungan di sekitar pabrik.
(50)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Terjadinya Bunyi
Bunyi (sound) adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga normal manusia, dengan rentang frekuensi antara 20-20.000 Hz. Kepekaan telinga manusia terhadap rentang ini semakin menyempit sejalan dengan pertambahan umur. Di bawah rentang tersebut disebut bunyi infra (infrasound), sedangkan di atas rentang tersebut disebut bunyi ultra (ultrasound). Suara (voice) adalah bunyi manusia. Bunyi udara (airborne sound) adalah bunyi yang merambat lewat udara. Bunyi struktur adalah (structural sound) adalah bunyi yang merambat melalui struktur bangunan.
Ada 3 aspek yang diperlukan dalam waktu bersamaan agar bunyi dapat didengar manusia, yaitu:
1. Sumber bunyi
2. Medium penghantar gelombang bunyi 3. Telinga dan saraf pendengaran yang sehat4
Ada dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitas bunti. Frekuensi didefinisikan sebagai jumlah dari gelombang-gelombang yang sampai di telinga dalam satu detik dan mempunyai satuan Hertz atau jumlah gelombang per detik. Maka suatu sumber bunyi yang menghasilkan
4
Mediastika, Christina E. 2009. Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi pada Bangunan. Yogyakarta : Penerbit Andi.
(51)
2000 gelombang per detik dikatakan mempunyai frekuensi 2000 Hz sedangkan intensitas bunyi adalah daya melalui suatu unit luasan dalam ruang dan sebandingdengan kuadrat tekanan suara, biasanya dinyatakan dalam satuan
decibel (dB). Bunyi yang tidak memberikan keninkmatan disebut kebisingan. Dengan demikian, kebisingan dianggap sebaga polutan yang mengakibatkan pengaruh terhadap hasil pekerjaannya, misalnya waktu penyelesaian pekerjaan.
3.2 Perambatan Bunyi
Kecepatan bunyi (sound velocity) adalah kecepatan rambat bunyi pada suatu media, diukur dengan meter/detik. Kecepatan bunyi adalah tetap untuk kepadatan media tertentu, tidak tergantung frekuensinya. Kecepatan rambat bunyi pada medium udara pada suhu berkisar 16 oC adalah 340 meter/detik (Tabel 3.1.). Kecepatan rambat bunyi sangat bergantung pada jenis/susunan medium perambatan sumber bunyi serta suhu medium tersebut.
Udara mempunyai massa dan digunakan oleh bunyi untuk merambat. Namun, adanya udara juga sebagai penghambat gelombang bunyi. Gelombang bunyi akan mengalami gesekan dengan udara. Udara yang kering akan lebih menyerap bunyi daripada udara lembab, karena adanya uap air akan memperkecil gesekan antara gelombang bunyi dengan massa udara. Selain itu, udara yang bersuhu rendah akan lebih menyerap bunyi daripada udara bersuhu tinggi, karena suhu rendah membuat udara menjadi lebih rapat sehingga gesekan terhadap gelombang bunyi akan lebih besar. Bunyi merambat lebih cepat pada udara yang bersuhu tinggi karena molekulnya lebih renggang. Semakin tinggi suhu udara,
(52)
semakin tinggi kecepatan bunyi. Pada kondisi lain, udara yang bergerak (angin) dapat mendistorsi bunyi. Bunyi searah dengan arah angin akan dipercepat, sedangkan bunyi yang berlawanan dengan arah angin akan diperlambat (Mediastika, 2005).
Tabel 3.1 Kecepatan Rambat Bunyi Menurut Medium Rambatnya
Medium Kecepatan
(meter/detik)
Udara pada Temperatur -20 oC 319,3
Udara pada Temperatur 0 oC 331,8
Udara pada Temperatur 10 oC 337,4
Udara pada Temperatur 20 oC 343,8
Udara pada Temperatur 30 oC 349,6
Gas O2 316
Gas CO2 259
Gas Hidrogen 1.284
Air Murni 1.437
Air Laut 1.541
Baja 6.100
Sumber: Mediastika, 2009
3.3 Bunyi dan Kebisingan5
5
Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. Andi : Yogyakarta.
Kebisingan (noise) adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki atau mengganggu. Gangguan bunyi hingga tingkat tertentu dapat diadaptasi oleh fisik, namun syaraf dapat terganggu. Ambang bunyi (threshold of audibility) adalah intensitas bunyi sangat lemah yang masih dapat didengar telinga manusia, berenergi 10-12 W/m2. Ambang bunyi ini disepakati mempunyai tingkat bunyi 0 dB. Ambang sakit (threshold of pain) adalah kekuatan bunyi yang menyebabkan sakit pada telinga manusia, berenergi 1 W/m2.
(53)
3.4 Jenis-jenis Kebisingan6
1. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state wide band noise). Bising ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut, seperti: mesin, kipas angin, dapur pijar.
Suma’mur (1976) membagi jenis-jenis kebisingan berdasarkan atas sifat dan spektrum frekuensi, sebagai berikut:
2. Bising yang kontinyu dengan spektrum sempit (steady state narrow band noise). Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz), seperti: gergaji sirkuler. 3. Bising terputus-putus (intermittent noise).
Bising jenis ini tidak terjadi secara terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang, seperti: lalu lintas, kapal terbang.
4. Bising impulsif (impact or impulsive noise).
Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya, seperti: tembakan, ledakan, pukulan.
5. Bising impulsif berulang
Sama dengan bising impulsif, hanya saja di sini terjadi secara berulang-ulang, seperti: mesin tempa di perusahaan.
Sifat dan spektrum frekuensi bunyi akan mempengaruhi waktu dan derajat gangguan pendengaran yang ditimbulkan. Berdasarkan atas pengaruhnya terhadap manusia, bunyi dapat dibagi sebagai berikut:
6
(54)
1. Bising yang mengganggu (irritating noise), intensitasnya tidak keras (mendengkur).
2. Bising yang menutupi (masking noise)
Merupakan bising yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam kebisingan. 3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise)
Merupakan bunyi yang intensitasnya melampaui NAB, bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.
3.5 Pengukuran Bunyi
Tingkat kekuatan atau kekerasan bunyi diukur dengan alat yang disebut
Sound Level Meter (SLM). Alat ini terdiri dari mikrofon, amplifier, weighting network, dan layar display dalam satuan decibel dB(A).
Tingkat bunyi (sound level) adalah perbandingan logaritmis energi suatu sumber bunyi dengan energi sumber bunyi acuan, diukur dalam decibel (dB(A)). Energi sumber bunyi acuan adalah energi sumber bunyi terendah yang masih dapat didengar manusia, yaitu 10-12 W/m2. Setiap penggandaan jarak, tingkat bunyi berkurang 6 dB(A). Setiap penggandaan sumber bunyi, tingkat bunyi akan bertambah 3 dB(A). Setiap penggandaan massa dinding, tingkat bunyi akan berkurang 5 dB(A). Setiap penggandaan luas bidang peredam, tingkat bunyi akan berkurang 3 dB(A). Sound power adalah cara pengukuran kekuatan bunyi berdasarkan jumlah energi yang diproduksi oleh sumber bunyi. Sound power
(55)
Sumber bunyi 2 m
90 dB 4 m 84 dB
8 m 78 dB
16 m 72 dB
32 m 66 dB
dinotasikan sebagai P dalam satuan watt. Pengukuran tingkat kekuatan bunyi juga dapat dilakukan dengan sound intensity, yaitu sound power per satuan luas (watt/m2).
Tabel 3.2 Sumber Bunyi dan Intensitas Bunyi
Sumber Bunyi Intensitas
(watt/m2)
Tingkat Bunyi (dB(A))
Roket ruang angkasa > 107 > 190
Pesawat jet 104 160
Orkes brass besar 10 130
Mesin besar 10 120
Orkes lengkap 10-2 100
Mobil penumpang di jalan raya 10-2 100
Percakapan normal 10-5 70
Bisikan lembut 10-9 30
Sumber: Satwiko, 2009
Ketika sebuah objek sumber bunyi bergetar dan getarannya merambat ke segala arah, sebaran ini akan menghasilkan ruang berbentuk seperti bola yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Sumber: Satwiko, 2009
Gambar 3.1 Pengurangan Tingkat Kebisingan Akibat Jarak
Pada titik tertentu dalam bola tersebut, intensitas bunyinya dapat dihitung dengan persamaan:
(56)
Li = dB I
I Log
0
10
……….
(1)dengan: I = intensitas bunyi pada jarak r dari sumber bunyi (watt/m2) Li = Tingkat Intensitas Bunyi
I0 = Intensitas Bunyi Acuan, diambil 10-12 W/m2 7
Apabila dinyatakan dalam skala logaritmis, tingkat bunyi ekuivalen dapat diperoleh dengan persamaan.
………....(2) Atau
…………..(3) Atau
...(4)8 ...(5) ………...……….(6) Dengan ;
Leq : Tingkat bunyi equivalen (dB) Ld/s : Tingkat bunyi pada siang hari (dB) Ln/m : Tingkat bunyi pada malam hari (dB) T : Lama waktu pengukuran
f : Fraksi waktu dengan pengukuran 5 hari (yaitu = 1/5)
7
Saenz, A. Lara, dkk. 1986. NoisePollution (Editing). Paris: ICSU&SCOPE , Hal. 85-86.
8
(57)
SEL/L : Single Event Level / tingkat bunyi pada suatu kejadian (dB)
3.5.1 Daily Noise Dose (DND)9
...(7)
Dimana :
D = dosis kebisingan (harus ≤ 1)
Ci = waktu paparan kebisingan
Ti= waktu yang diizinkan untuk tingkat kebisingan tertentu.
Apabila dosis kebisingan > 1, maka kondisi tersebut sangat berisiko (berbahaya) bagi pendengaran operator.
Sedangkan Ti dihitung menggunakan rumus berikut :
Daily Dose Noise merupakan istilah paparan kebisingan harian yang diterima seseorang. Daily Noise Dose menyatakan perbandingan jumlah waktu untuk kebisingan tertentu dengan lama waktu yang diizinkan untuk tingkat kebisingan tersebut. Dosis kebisingan dihitung dengan persamaan:
...(8)
3.6 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah kegiatan atau aktifitas fisik yang dilakukan dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan. Metode pengumpulan data adalah cara pendekatan terhadap sumber data sehingga data yang terkumpul
9
Occupational Safety and Health Administration (OSHA)
D =
∑
i i
i
T C
(58)
benar-benar dapat menggambarkan atau mewakili populasinya. (Sinulingga, Sukaria. 2011).
3.6.1 Metode Pengukuran10
- L1 diambil pada jam 7.00 mewakali jam 06.00 - 09.00
Terdapat dua cara atau metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja, yaitu :
1) Cara Sederhana
Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi db (A) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik.
2) Cara Langsung
Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTMS, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit.
Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 10 jam (LS) pada selang waktu 06.00 - 22.00 WIB dan aktifitas dalam hari selama 8 jam (Lm) pada selang 22.00 - 06.00 WIB.
Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran, sebagai contoh :
10
(59)
- L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - 11.00 - L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 - 17.00 - L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00.- 22.00 - L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 - 24.00 - L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 - 03.00 - L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 - 06.00 Keterangan :
- Leq : Equivalent Continuous Noise Level atau tingkat kebisingan sinambung setara ialah nilai tertentu kebisingan dari kebisingan yang berubah-ubah selama waktu tertentu, yang setara dengan tingkat kebisingan dari kebisingan yang steady
pada selang waktu yang sama. Satuannya adalah dB (A).
3.6.2 Penentuan Titik Pengukuran dengan Lattice Sampling11
11
David Abbey E. 1972. Some Estimator of Sub Universe Means For Use With Lattice Sampling.
University Of California : Los Angles.
Lattice Sampling merupakan salah cara dalam menentukan sampel titik pengukuran. Metode ini, selain memiliki perkiraan populasi juga untuk memiliki perkiraan ukuran sampel yang memberikan tingkat akurasi yang memadai dengan estimasi secara langsung. Untuk meningkatkan tingkat akurasi perkiraan sampel, terdapat tiga model alternatif yaitu 0-arah, 1-arah dan 2-arah. Ketiga alternatif tersebut dikenal sebagai lattice sampling. Masing-masing penjelasan ketiga alternatif tersebut adalah sebagai berikut :
(60)
1. 0- arah
0-arah mengartikan bahwa tidak ada arah yang dituju, sehingga pengambilan titik pengukuran berbentuk lingkaran dari luas daerah penelitian
2. 1- arah
Pada alternatif ini, terdapat satu arah saja yaitu pengambilan titik
pengukuran berbentuk baris ataupun kolom yang ditarik dari luas daerah penelitian
3. 2- arah
Dalam stratifikasi dua arah terdapat baris dan kolom. Persimpangan antara baris dan kolom ini lah yang dipilih untuk menjadi titik pengukuran. Penarikan luas dan kolom yang dilakukan bertujuan untuk membagi daerah penelitian menjadi sama besar.
3.7 Nilai Ambang Batas Kebisingan
Orang awam melihat kaitan antara bunyi dan kesehatan manusia hanya sebatas soal telinga. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemunculan bunyi secara terus-menerus selain mengganggu telinga juga dapat menimbulkan dampak psikologis, seperti mudah marah dan mudah lelah. Untuk melindungi pendengaran operator dari pengaruh buruk kebisingan, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja. Ketentuan ini membahas jam kerja yang diperkenankan berkaitan dengan tingkat tekanan bunyi dari lingkungan kerja yang terpapar ke operator, yang diperlihatkan pada Tabel 3.3.
(61)
Tabel 3.3 Nilai Ambang Batas Kebisingan Waktu Paparan Per Hari Tingkat Kebisingan (dB(A)) Waktu Paparan Per Hari Tingkat Kebisingan (dB(A))
8 Jam 85 3,52 Detik 124
4 Jam 88 1,76 Detik 127
2 Jam 91 1,88 Menit 109
1 Jam 94 0,94 Menit 112
30 Menit 97 28,12 Detik 115
15 Menit 100 14,06 Detik 118
7,5 Menit 103 7,03 Detik 121
3,75 Menit 106 3,52 Detik 124
1,88 Menit 109 1,76 Detik 127
0,94 Menit 112 0,88 Detik 130
28,12 Detik 115 0,44 Detik 133
14,06 Detik 118 0,22 Detik 136
7,03 Detik 121 0,11 Detik 139
Catatan: Tidak boleh terpapar lebih dari 140
Sumber: Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011
Selain itu, Occupational Safety and Health Administration (OSHA) juga menetapkan nilai ambang batas (permissible noise exposure) kebisingan bagi orang yang bekerja di industri. Tingkat yang diizinkan tergantung pada lamanya bekerja. Nilai ambang batas yang diizinkan OSHA dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Nilai Ambang Batas Kebisingan Menurut OSHA
Sound Level
(dB(A))
Waktu Paparan (Jam)
80 32
85 16
90 8
95 4
100 2
105 1
110 0,5
115 0,25
120 0,125
125 0,063
130 0,031
(62)
3.8 Pengendalian Kebisingan
3.8.1 Program Pencegahan/Program Konservasi Pendengaran 12
1. Monitoring paparan bising.
Program pencegahan yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi tingkat kebisingan di tempat kerja meliputi hal-hal sebagai berikut :
2. Kontrol engineering dan administrasif. 3. Evaluasi audiometer.
4. Penggunaan alat pelindung diri. 5. Pendidikan dan motivasi. 6. Evaluasi program.
7. Audit program.
Manfaat utama dari adanya program konservasi pendengaran ini adalah mencegah kehilangan pendengaran pekerja akibat kerja, karena kehilangan pendengaran akan mengurangi kualitas hidup seseorang dalam pekerjaannya. Selain itu, hubungan antara tenaga kerja dengan pengusaha akan lebih baik. Manfaat lainnya adalah:
1. Bagi Pengusaha
Taat hukum, hubungan baik dengan karyawan, menunjukkan niat baik, meningkatkan produktivitas, mengurangi angka kecelakaan, mengurangi angka kesakitan, mengurangi lost day, dan menaikkan kepuasan kerja karyawan.
12
(63)
2. Bagi Karyawan
Mencegah ketulian, karena ketulian akibat bising tidak terasa (tanpa sakit) dan bersifat menetap (irreversible). Selain itu dapat mengurangi stres kerja.
Dalam menyusun program konservasi pendengaran perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain:
1. Berpedoman bahwa pekerja tetap sehat dalam lingkungan bising.
2. Dilaksanakan oleh semua jajaran, dari pimpinan tertinggi sampai pekerja pelaksana.
3. Mengurangi dosis paparan kebisingan dengan memperhatikan tiga unsur: a. Sumber: mengurangi tingkat kebisingan (desain akustik, menggunakan
mesin/alat yang kurang bising, dan mengubah metode proses).
b. Media: mengurangi transmisi kebisingan (menjauhkan sumber bising dari pekerja, mengurangi pantulan kebisingan secara akustik pada dinding, langit-langit, dan lantai, serta dapat dengan menutup sumber kebisingan dengan barrier).
c. Tenaga kerja: mengurangi penerimaan bising (ruang isolasi, rotasi kerja, jadwal kerja, penggunaan alat pelindung diri, dan lain-lain).
4. Mempertimbangkan kelayakan teknis dan ekonomis.
5. Utamakan pencegahan bukan pengobatan, pro-aktif bukan reaktif, serta kesejahteraan bukan santunan.
NAB (nilai ambang batas) bukanlah garis pemisah antara sakit dan sehat, namun merupakan pedoman penilaian yang dilakukan dengan memantau kebisingan lingkungan dan kesehatan pendengaran tenaga kerja.
(64)
3.8.2 Noise Reduction Oleh Penghalang Exterior 13
13
Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. Andi: Yogyakarta. Hal. 292.
Pengendalian kebisingan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pada instalasi. Pengendalian kebisingan dilakukan bertujuan untuk mereduksi tingkat kebisingan itu sendiri. Noise reduction (NR) didefinisikan sebagai pengurangan kekuatan bunyi, diukur dalam dB.
Adapun pengurangan kebisingan (NR) oleh penghalang atau barrier dapat dilihat pada persamaan berikut.
NR = 20 log [(2πN)0.5/tan(2πN)0.5
] + 5 dB………..……..(9) Dengan NR : Pengurangan kebisingan (dB)
N : 0,006f (A+B-d) (dB)
A+B : Jarak terdekat melewati penghalang (m)
D : Jarak lurus antara sumber bunyi dan penerima bunyi (m)
3.9 Noise Mapping
Noise mapping adalah pemetaan kebisingan yang menggambarkan distribusi tingkat kebisingan pada suatu lingkungan kerja. Cara pembuatan noise mapping adalah dengan melakukan pengukuran tingkat kebisingan pada beberapa titik pengukuran di sekitar sumber bising dimana terdapat pekerja yang terpapar bising. Titik-titik yang mempunyai tingkat kebisingan yang sama tersebut dihubungkan sehingga terbentuk suatu garis pada peta yang menunjukkan tempat dengan tingkat tekanan bunyi yang sama.
(65)
1. Sebagai pedoman dalam mengambil langkah-langkah SMK3 (sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja) berdasarkan peta yang dibuat. Contohnya adalah membuat peraturan mengenai keharusan menggunakan alat pelindung diri berupa earplug maupun earmuff pada daerah tertentu, membuat batas berupa pengumuman dilarang masuk ke area kerja atau jika masuk ke area kerja yang tingkat kebisingannya tinggi wajib menggunakan alat pelindung diri, serta memberikan sanksi kepada operator yang melanggar ketentuan tersebut.
2. Untuk mengetahui dimana lokasi yang tepat dalam pemakaian alat pelindung diri berdasarkan sound intensity.
3. Mengetahui jumlah tenaga kerja yang terpapar kebisingan di area kerja sehingga manajemen dapat mengetahui operator yang berisiko tinggi menderita gangguan pendengaran, untuk keperluan treatment berupa pengadaan program konservasi pendengaran, asuransi kesehatan, maupun pemberian santunan kepada operator yang mengalami penyakit pendengaran akibat kerja.
4. Kepentingan terhadap uji audiometri untuk mengetahui gangguan pendengaran yang dialami operator.
3.10 Pengenalan Software Surfer14
Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan peta kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada grid. Perangkat
14
(66)
lunak ini melakukan plotting data tabular XYZ tak beraturan menjadi lembar titik-titik segi empat (grid) yang beraturan. Grid adalah serangkaian garis vertikal dan horisontal yang dalam Surfer berbentuk segi empat dan digunakan sebagai dasar pembentuk kontur dan surface tiga dimensi. Garis vertikal dan horisontal ini memiliki titik-titik perpotongan. Pada titik perpotongan ini disimpan nilai Z yang berupa titik ketinggian atau kedalaman. Gridding merupakan proses pembentukan rangkaian nilai Z yang teratur dari sebuah data XYZ. Hasil dari proses gridding
ini adalah file grid yang tersimpan pada file.grd.
3.10.1 Lembar Kerja Surfer
Lembar kerja Surferterdiri dari tiga bagian, yaitu Surfaceplot, Worksheet,
Editor.
a. Surface Plot 3.
Surface plot adalah lembar kerja yang digunakan untuk membuat peta atau file grid. Pada saat awal dibuka, lembar kerja ini berada pada kondisi yang masih kosong. Pada lembar plot ini peta dibentuk dan diolah untuk selanjutnya disajikan. Lembar plot digunakan untuk mengolah dan membentuk peta dalam dua dimensional, seperti peta kontur, dan peta tiga dimensional seperti bentukan muka tiga dimensi.
Lembar plot ini menyerupai lembar layout di mana operator melakukan pengaturan ukuran, teks, posisi obyek, garis, dan berbagai properti lain. Pada lembar ini pula diatur ukuran kertas kerja yang nanti akan digunakan sebagai media pencetakan peta.
(67)
Gambar 3.2 Peta Tiga Dimensi Gambar 3.3 Peta Dua Dimensi
b. Worksheet
Worksheet merupakan lembar kerja yang digunakan untuk melakukan input
data XYZ. Data XYZ adalah modal utama dalam pembuatan peta pada surfer. Dari data XYZ ini dibentuk file grid yang selanjutnya diinterpolasikan menjadi peta-peta kontur atau peta tiga dimensi. Lembar worksheet memiliki antarmuka yang hampir mirip dengan lembar kerja MS Excel. Worksheet pada
Surfer terdiri dari sel-sel yang merupakan perpotongan baris dan kolom. Data yang dimasukkan dari worksheet ini akan disimpan dalam file.dat.
Gambar 3.4 Data XYZ pada Lembar Worksheet
c. Editor
Jendela editor adalah tempat yang digunakan untuk membuat atau mengolah file teks ASCII. Teks yang dibuat dalam jendela editor dapat dikopi
(68)
dan ditempel dalam jendela plot. Kemampuan ini memungkinkan penggunaan sebuah kelompok teks yang sama untuk dipasangkan pada berbagai peta.
Jendela editor juga digunakan untuk menangkap hasil perhitungan volume. Sekelompok teks hasil perhitungan volume file grid akan ditampilkan dalam sebuah jendela editor. Jendela tersebut dapat disimpan menjadi sebuah
file ASCII dengan ekstensi .txt.
3.10.2 Grid Surfer Scripter
GS Scripter adalah makro yang dapat digunakan untuk membuat sistem otomasi dalam surfer. Dengan menggunakan GS Scripter ini tugas-tugas yang dilakukan secara manual dapatdiringkas menjadi sebuah makro. Makro dari GS Scripter ini mirip dengan interpreter bahasa BASIC. Makro disimpan dalam ekstensi .bas.
3.10.3 Simbolisasi Peta
Simbolisasi digunakan untuk memberikan keterangan pada peta yang dibentuk pada lembar plot. Simbolisasi yang digunakan berupa simbol point, garis, ataupun area, serta teks. Simbolisasi yang ada pada peta ini memungkinkan peta yang dihasilkan surfer dapat dengan mudah dibaca dan lebih komunikatif.
(69)
Gambar 3.5 Simbolisasi pada Peta Kontur
3.10.4 Editing Peta Kontur
Editing peta kontur dimaksudkan untuk mendapatkan bentuk peta kontur yang sesuai dengan syarat-syarat pemetaan tertentu ataupun sesuai dengan keinginan pembuat peta. Beberapa hal yang berkaitan dengan hal ini misalnya adalah penetapan nilai kontur interval (Interval Contour), labelling garis indeks, kerapatan label, pengubahan warna garis indeks, pengaturan blok warna kelas ketinggian lahan, dan lain-lain.
Gambar berikut adalah contoh penggunaan kontur interval yang berbeda dari sebuah peta kontur yang sama.
Gambar 3.6 Simbolisasi pada Editing Peta Kontur
Secara umum, pengaturan kontur interval mengikuti aturan berikut: Kontur Interval = 1/2000 x skala peta dasar Jadi jika menggunakan dasar dengan skala 1 :
(70)
50.000 maka seharusnya kontur interval peta adalah 25 meter. Beda tinggi antar garis kontur tersebut terpaut 25 meter. Seandai peta dasar tersebut diperbesar menjadi skala 1: 25.000, maka kontur intervalnya pun juga harus diubah menjadi 12,5 meter.
3.10.5 Overlay Peta Kontur
Overlay peta kontur dimaksudkan adalah menampakkan sebuah peta kontur dengan sebuah data raster, atau sebuah peta kontur dengan model tiga dimensi. Overlay ini memudahkan analisis sebuah wilayah dalam kaitannya dengan kontur atau bentuk morfologi lahan setempat.
Gambar 3.7 Peta Kontur dan Model 3D Gambar 3.8 Overlay Peta Kontur dengan Model 3 D
3.11 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan cara-cara yang dilakukan dengan mengambil data yang mewakili dari populasi. Sampel merupakan bagian dari populasi.
(71)
Sampel digunakan untuk mendapatkan informasi tentang populasi dengan tujuan sebagai berikut :
1. Menghemat waktu dan dana.
2. Memungkinkan untuk mendapatkan informasi karena tidak mungkin dilakukan pengambilan data untuk seluruh populasi
3. Tingkat ketelitian lebih besar.
Teknik sampling secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :
1. Probability Sampling15
Probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel
2. Non-probabilty sampling
Non-probablity sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel.
15
(72)
3.12 Ukuran Sampel
Dalam menetukan ukuran suatu sampel digunakan metode-metode yang jumlahnya cukup banyak. Menurut Slovin bahwa pemakaian metode Slovin hanya dapat dipakai untuk populasi yang berdistribusi normal atau dianggap berdistribusi normal. Adpun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
...(10) Dimana :
η = ukuran sampel N = jumlah populasi
E = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir, misalnya 1% atau 5%
Perkiraan16 ukuran sampel dalam perencanaan penelitian merupakan keputusan yang sangat penting. Sehingga rumus yang digunakan untuk penentuan ukuran sampel dalam praktisnya adalah sebagai berikut :
...(11)
Dimana :
t : nilai konstanta dari ketelitian P : Proporsi yang diharapkan (%) Q : Proporsi yang tidak diharapkan (%) d : Batas kesalahan (%)
N : Jumlah Populasi
16
Cohran William. 2005
(1)
(2)
(3)
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tingkat kebisingan Ekuivalen di departemen moulding pada siang hari, malam hari dan siang-malam pada area kerja moulding telah melebihi standar Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13/MEN/X/2011 yaitu 85dB dan Occupational Safety and Health (OSHA) yaitu 90 dB untuk 8 jam kerja/hari.
2. Pemetaan kebisingan berdasarkan area departemen moulding dengan mengunakan software surfer 11.0. Hasil perhitungan grid data dan kontur
mapping menunjukkan area kerja departemen moulding berada pada zona
tidak aman yaitu warna merah keseluruhan pada kontur mapping. Setelah dilakukan penanggulangan kebisingan maka area kerja departemen moulding berada pada zona aman yaitu didominasi warna hijau pada kontur mapping. 3. Penanggulangan kebisingan secara administratif control dalam teori dapat
dilakukan namun pada aplikasi dan penerapannya di PT.Permata Hijau Palm Oleo sulit dilakukan karena minimnya jumlah operator. Sedangkan secara engineering control dengan pemasangan barrier pada sumber bising mampu mereduksi 34,8dB maka dihasilkan area kerja dalam kondisi aman.
(4)
7.2. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah:
1. Pembahasan mendalam mengenai penanggulangan paparan kebisingan, sehingga dapat diberikan tindakan perbaikan melalui eliminasi, subtitusi, atau engineering control terhadap mesin dalam upaya menurunkan tingkat kebisingan dB (A).
2. Bagi perusahaan, apabila hendak menerapkan pemasangan barrier pada mesin blow molding maka perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai barrier yang dipasang berbentuk lembaran-lembaran.
3. Bagi karyawan PT. Permata Hijau Palm Oleo Khususnya pada bagian departemen moulding agar lebih disiplin dalam alat penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) yang telah disediakan perusahaan guna meminimalkan kesehatan dan keselamatan kerja.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
David Abbey E. 1972. Some Estimator of Sub-Universe Means For Use Wih Lattice Sampling. University California : Los Angeles
Cohran William G. 2005. Teknik Penarikan Sampel. Edisi Ketiga. Jakarta : UI-Press.
Currie, R. M., Joseph E. F. 1983. Work Study. London : Pitman Publishing Limited.
Guide Q.S. 2012. Surfer 11 counturing &3D Surface Mapping For Scientist and Enginers. Colorado : USA
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Repbulik Indonesia No.Per.13/MEN/X/2011 Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Jakarta.
Mediastika, Christina E. 2005. Akustika Bangunan: Prinsip-prinsip dan Penerapannya di Indonesia. Erlangga: Jakarta.
Mediastika, Christina E. 2009. Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi pada Bangunan. ANDI: Yogyakarta.
Ogobiri G.E dkk. Analysis of noise level from different sawmills and its evironmental effects in yenagoa metropolis. Jurnal Vol 2 No 6 .Wilberforce Island, Amassoma, Bayelsa State, Nigeria August 2014
(6)
DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)
P.K., Suma’mur. 1967. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung: Jakarta.
Radicevic, Branko dkk. 2012. Design Of Noise Protection Of Industrial Plants-Case Study Of A Plywood Factory. University Of Kragujevag : Serbia. Saenz, A. Lara, dkk. 1986. Noise Pollution (Editing). Paris: ICSU&SCOPE Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. ANDI: Yogyakarta.
Sembiring, R.K. dkk. 2002. Analisis Regresi. Edisi Kedua. Bandung:Penerbit ITB Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Medan : USU Press