xiii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya administrasi kependudukan merupakan sub sistem dari administrasi negara, yang mempunyai peranan penting dalam pemerintahan dan
pembangunan penyelenggaraan administrasi kependudukan. Sejalan dengan arah penyelanggaraan administrasi kependudukan, maka pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil sebagai sub-sub sistem pilar administrasi kependudukan harus ditata dengan baik agar memberikan manfaat dalam perbaikan pemerintahan dan
pembangunan. Berlakunya otonomi daerah yang tertuang dalam Undang-Undang No. 32
Tahun 2004 dimana otonomi daerah didefinisikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, pemerintah daerah dalam hal ini adalah
pemerintah daerah kabupatenkota mempunyai hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri.
Kependudukan dan catatan sipil merupakan salah satu urusan wajib pemerintahan daerah yang harus dilaksanakan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah. Pelayanan administrasi kependudukan yang terdiri dari pendaftaran penduduk dan pelayanan pencatatan sipil merupakan sub bagian dari
pelayanan publik yang harus dilaksanakan dengan baik kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Universitas Sumatera Utara
xiv
Kependudukan dijelaskan bahwa instansi pelaksana administrasi kependudukan untuk wilayah kabupatenkota adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
yang berwenang memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada setiap penduduk atas pelaporan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting.
Dalam menjalankan penyelenggaraan administrai kependudukan, maka peristiwa penting kependudukan yang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati,
perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak dan lain-lain yang harus di catat ke dalam pencatatan sipil harus ditata dengan sebaik-baiknya dalam
bentuk pelayanan publik kepada masyarakat. Kelahiran dan kematian merupakan peristiwa penting kependudukan yang harus di lakukan pendataan dan menjadi
bagian penting dalam administrasi demi terselenggaranya administrasi kependudukan yang baik.
Pendaftaran kelahiran dalam pendaftaran penduduk di buktikan dengan adanya akta kelahiran. Akta kelahiran adalah akta catatan sipil hasil pencatatan
terhadap peristiwa kelahiran seseorang. Jika seorang anak belum punya akta kelahiran maka secara de jure keberadaannya dianggap tidak ada oleh negara. Hal
ini mengakibatkan anak yang lahir tersebut tidak tercatat namanya, silsilah dan kewarganegaraannya serta tidak terlindungi keberadaanya.
Menurut Hatmadji dalam buku Lembaga Demografi FEUI 2007: 56, masalah pendaftaran kelahiran di negara berkembang seperti Indonesia adalah
masalah kelengkapan completeness registrasi. Hal ini disebabkan karena penduduk baik yang mempunyai anak maupun petugas registrasi tidak
menyadari pentingnya registrasi kelahiran dan penduduk tidak mengerti
Universitas Sumatera Utara
xv
bagaimana menjawab pertanyaan seperi tanggal kelahiran anaknya, umur ibunya, dan sebagainya.
Berikut adalah kutipan artikel mengenai masalah administrasi kependudukan dalam pendaftaran kelahiran di Indonesia:
“Enam dari sepuluh anak di bawah usia lima tahun di Indonesia tidak diakui keberadaannya secara sah oleh Pemerintah Indonesia. Anak-
anak ini tidak memiliki identitas secara sah yang dituangkan dalam akta kelahiran. Padahal, akta kelahiran memiliki arti penting bagi
eksistensi anak sebagai warga negara di muka hukum. Ironisnya, menurut data SUSENAS 2007, hanya 42 persen anak di bawah usia
lima tahun 0-4 tahun yang memiliki akta, sisanya 58 persen belum memiliki akta kelahiran. Dari 219 juta jumlah penduduk Indonesia
Supas 2005, 77,8 juta diantaranya adalah anak-anak 0-18 tahun.” Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak RI: 2009
Berdasarkan kutipan artikel di atas dapat kita lihat bahwa peristiwa kelahiran masih belum terdaftar secara baik dan seharusnya menjadi masalah
penting yang harus diatasi demi terselenggaranya administrasi kependudukan yang lebih baik. Selain itu, hasil SUPAS 2005 Data Statistik Indonesia: 2010
untuk penduduk yang berusia 0-4 tahun yang memiliki akta kelahiran di wilayah Sumatera Utara sebagai berikut, Kota Medan 31.47, berarti ada sekitar 68.53
anak yang belum memiliki akta kelahiran. Kabupaten Deli Serdang 20.37, berarti ada sekitar 70.63 anak berusia 0-4 tahun belum mempunyai akta
kelahiran. Tidak adanya akta kelahiran berarti menunjukkan bahwa anak-anak tersebut belum terdaftar kedalam administrasi kependudukan dalam bentuk
pencatatan sipil.
Pendaftaran peristiwa kematian penduduk di buktikan dengan pengurusan akta kematian. Kesadaran warga urus akta kematian masih rendah. Hal ini terkait
Universitas Sumatera Utara
xvi
dengan minimnya pemahaman masyarakat mengenai fungsi akta kematian itu. Padahal akta tersebut berhubungan erat dengan status hukum seseorang, baik
hukum privat maupun publik. Bahkan, beberapa tahun ke depan akta kematian akan menjadi salah satu prasyarat penting bagi kepengurusan dokumen lain.
Manfaat dari akta kematian bagi ahli waris diantaranya untuk mengurus penetapan ahli waris, pensiunan, klaim asuransi, maupun persyaratan perkawinan bagi duda
atau janda. Pentingnya membuat akte kematian sebagai database perencanaan pembangunan dan untuk melindungi hak-hak sipil warga. Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kab. Banjar: 2010
Berdasarkan Publikasi Komisi Pemberantasan Korupsi KPK melalui Direktur Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara LHKPN dan
Ombudsman RI dengan kesimpulan Indeks Pelayanan Publik di Sumatera Utara Sumut, terus mengalami penurunan sejak dua tahun terakhir. Saat ini 2011
indeks yang mencerminkan integritas layanan publik di Kota Medan hanya 3,66. Posisi ini bahkan lebih rendah jika dibandingkan dengan Kota Bandar Lampung
dan Jayapura dengan masing-masing indeks lima dan empat. Paparan KPK menunjukkan temuan terbanyak masalah pelayanan publik tersebut ada di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Analisa. 2011.
Nomor urut Kota Medan di bawah kelas Kota Bandar Lampung dan Jayapura tentu cukup memalukan atau bahkan memilukan. Konteks reformasi
birokrasi Medan sebagai Kota Metropolitan urutan itu jelas tamparan keras. Medan harus segera berbenah dan tak tidak perlu membuat beragam apologi.
Universitas Sumatera Utara
xvii
Upaya meningkatkan pelayanan publik, seperti membangun ruang tunggu yang bagus dan memasang kamera pengintai CCTV cuma alat bantu belaka. Memang
pengadaan sarana prasarana yang memadai dapat mengurangi potensi penyelewengan pelayanan publik, seperti pungutan liar dan pencaloan. Tetapi itu
saja tidak cukup. Karena lebih jauh dari itu adalah soal reformasi mental penyelenggara pelayanan.
Berdasarkan masalah-masalah yang telah dikemukakan mulai dari masalahakta kelahiran, dan kematian serta masalah pelayanan publik di Kota
Medan maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Peranan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Dalam Pelayanan Administrasi Kependudukan Pada Pengurusan Akta Kelahiran dan Akta
Kematian Di Kota Medan .”
I.2 Fokus Masalah