Identifikasi Masalah Hasil Penelitian yang Relevan

7

BAB II PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN

PEMBELAJARAN PUISI

A. Deskripsi Teori tentang Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Puisi 1. Hakikat Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan Pendidikan karakter berasal dari dua kata yaitu Pendidikan dan Karakter. Untuk lebih jelasnya penulis akan mendefinisikan pendidikan yang bersumber dari para ahli. Pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan pe dan akhiran kan mengandung arti perbuatan hal, cara dan sebagainya. Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogos, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan. 1 Menurut Ahmad D.Marimba yang dikutip oleh Ramayulis, mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 2 John Dewey tokoh pendidikan terkemuka yang dikutip oleh Azyumardi Azra , menyatakan bahwa pendidikan adalah “Proses pembentukan kecakapan fundamental serta intelektual dan emosional kearah alam sesama ma nusia”. 3 1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2012, Cet. Ke-9 h. 30 2 Ibid, h. 31 3 Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998, Cet. Ke-1, h. 4 Sedangkan Hasan Langgulung memandang pendidikan sebagai upaya merubah dan memindahkan nilai budaya kepada setiap individu dalam masyarakat yang dilakukan melalui proses tertentu. 4 Pandangan di atas memberi pengertian bahwa, tema al-tarbiyah mencakup semua aspek pendidikan, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, baik yang mencakup aspek jasmaniah maupun rohaniah, secara harmonis dan integral. Dari batasan ini, memberikan makna bahwa tugas pendidikan dalam Islam adalah merupakan upaya menyampaikan sesuatu nilai ilmu pengetahuan kepada peserta didik, agar memahami dan melaksanakan nilai yang diberikan. Artinya: “Al-tarbiyah pendidikan merupakan proses aktualisasi sesuatu yang dilakukan secara bertahap dan terencana sampai pada batas kesempurnaan kedewasaan”. 5 Rujukan di atas, memberikan nuansa bahwa penekanan pendidikan Islam al-tarbiyah merupakan upaya aktualisasi al- insya’. Asumsi ini melihat bahwa manusia lahir telah membawa seperangkat potensinya yang hanif. Potensi tersebut meliputi potensi beragama, intelektual, sosial, merasa, ekonomi, keluarga, dan lain sebagainya. Untuk itu, tugas pendidikan dalam Islam adalah mengembangkan dan menginternalisasi sesuatu hal nilai yang telah ada pada diri peserta didik, sehingga potensi tersebut bersifat aktif dan dinamis. 6 Secara istilah al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa pendidikan, khususnya dalam pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya akhlaknya, teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan. 7 4 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000, h. 86 5 Ibid., h. 88-89 6 Ibid, h. 89 7 M. Athiyah, Al-Abrasyi, Al-Tarbiyah al-Islamiyah, Dar al-Fikr al-Arabi, tt, Cet Ke-3., h. 100 Zakiah Daradjat, dkk, merumuskan pengertian pendidikan Islam sebagai berikut: a. Pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup way of life. b. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam c. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. 8 Ali Asraf dalam bukunya Horison Baru Pendidikan Islam mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah; “Pendidikan yang melatih siswa sedemikian rupa sehingga dalam prilaku mereka terhadap kehidupan, langkah-langkah dan keputusan mereka diatur oleh nilai-nilai etika Islam yang sangat dalam dirasakan”. 9 Dengan memperhatikan beberapa definisi di atas berarti pendidikan adalah suatu proses edukatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau kepribadian. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik utuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati 8 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, Cet. Ke-3, h. 86 9 Ali Asraf, Horison Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996, Cet. Ke-3, h. 23 penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. 10 Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1 yang dikutip oleh Anas Salahudin bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilanyang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 11 Dari uraian di atas menunjukan bahwa, tujuan pendidikan ialah agar manusia dapat mengetahui dan menetapkan batasan antara yang baik dengan yang buruk dan dengan menetapkan sesuatu pada proporsinya yang sebenar-benarnya, sehingga kita diharapkan dapat melakukan perbuatan-perbuatan baik, indah, mulia dan terpuji serta dapat menghindari atau meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk, hina, jelek dan tercela. Menurut rumusan dari Kementerian Pendidikan Nasional, khususnya Direktorat Pendidikan Tinggi menjelaskan bahwa secara umum, arti karakter adalah karakter mendemonstrasikan etika atau sistem nilai personal yang ideal baik dan penting untuk eksistensi diri dan berhubungan dengan orang lain. 12 Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas baik tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik terhadap lingkungan yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku. Sebenarnya, amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional bertujuan membentuk insan Indonesia yang cerdas dan berkepribadian atau berkarakter sehingga melahirkan generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang bernapaskan nilai-nilai luhur bangsa dan agama. 10 Ibid., h. 23 11 Anas Salahudin, Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakater Bandung: Pustaka Setia, , Cet. Ke-1, hal. 41 12 Ibid., h. 42 Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

2. Pengertian Karakter

Menurut Muchlas Samani, bahwa karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. 13 Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun bertindak. 14 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dikutip oleh Muchlas Samani, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. 15 Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani dan Latin, Charakter berasal darai kata Charassein yang artinya mengukir corak yang tetap dan tidak 13 Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, Cet. Ke-3, hal. 41 14 Ibid., hal. 42 15 Ibid., hal. 42 terhapuskan. 16 Watak atau karakter merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. Sebagaimana pendapat Yaumi yang dikutip oleh Daryanto, bahwa karakter menggambarkan kualitas moral seseorang yang tercermin dari segala tingkah lakunya yang mengandung unsur keberanian, ketabahan, kejujuran, dan kesetiaan, atau perilaku dan kebiasaan yang baik. 17 Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter tersebut di atas maka karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pengertian Pendidikan Karakter

Dari uraian di atas tentang pengertian pendidikan dan pengertian karakter, maka pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia good charakter dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhannya. 18 Pendidikan karakter dapat pula dimaknai sebagai upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai- nilai sehingga peserta didik berprilaku sebagai insan kamil.

4. Tujuan, Fungsi, dan Ruang Lingkup Pendidikan Karakter

Adapun tujuan dari pendidikan karakter yang sesungguhnya jika dihubungkan dengan falsafah Negara Republik Indonesia adalah mengembangkan karakter peserta didik agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila. Sesuai dengan fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban 16 Daryanto, Suryatri darmiatun, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Yogyakarta: Gava Media, 2013, Cet. Ke-1, hal. 9 17 Ibid., hal. 9 18 Ibid., hal. 44 bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidkan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. 19 Adapun fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut: a. Pengembangan potensi dasar, agar “berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik”. b. Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik. c. Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Kemudian, ruang lingkup atau sasaran dari pendidikan karakter adalah: a. Satuan Pendidikan b. Keluarga

c. Masyarakat

20 Dalam pendidikan Islam, Pendidikan karakter siswa tidak terlepas dari pendidikan akhlak peserta didik yang dapat dilakukan dengan cara dan pendekatan yang tepat. Diantara cara yang ditempuh untuk mendidik karakter ini, menurut beberapa ahli ilmu adalah, b. Al-Ghazali yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, dalam buku alam Pikiran al-Ghazali mengenai pendidik dan ilmu, menyebutkan: 1 Melalui pembiasaan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Karena pada dasarnya manusia dapat menerima segala pembentukan 19 Ibid., hal. 44 20 Ibid., hal. 45 melalui pembiasaan yaitu dengan cara melatih jiwa tingkah laku yang mulia. 2 Melalui keteladanan. Untuk menanamkan sopan santun maka diperlukan pembinaan contoh teladan yang baik dan nyata agar dapat diterima anak didik. 3 Melalui paksaan yang kelama-lamaan tidak lagi terasa dipaksa. 21 c. Mahmud Yunus dalam bukunya “Sejarah Pendidikan Islam”, menyebutkan bahwa pendidikan akhlak dapat dilakukan dengan dua jalan, yaitu: 1 Jalan-jalan pendorong dan penarik a Contoh , teladan dan ikutan yang baik bagi anak. b Lingkungan dan pergaulan anak c Memberi penghargaan bagi anak yang berakhlak baik. d Memberi nasehat dengan lemah lembut. e Menarik hati anak-anak untuk berbuat baik dan berakhlak baik. 2 Jalan-jalan pencegahan. a Mengambil pelajaran dari orang lain yang disebut dalam sejarah, cerita dalam kejadian sehari-hari. b Bermacam-macam hukuman bila terpaksa oleh keadaan, serta berhati-hati dalam melaksanakan hukuman itu. 22 Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidik berupaya membiasakan anak didik untuk melakukan perbuatan atau tingkah laku yang terpuji. Di samping itu pendidik dapat mengarahkan mereka untuk bersedia mengikuti tingkah laku positif baik dari contoh teladan dari pendidik maupun contoh sejarah serta hukuman bagi yang melanggar aturan. 21 Fathiyah Hasan Sulaiman, Alam Pikiran al-Ghazali Mengenai Pendidikan Dan Ilmu, alih Bahasa Herry Nor Ali, Bandung: VC. Diponegoro, 1986, Cet. Ke-1, h. 70-79 22 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Hidakarya Agung, 1989, Cet. Ke-5, h. 149-150

5. Pengaruh Pendidikan Karakter Siswa

Secara umum, menurut Hadari Nawawi, yang bertanggung jawab atas maju mundurnya pendidikan, termasuk pendidikan karakter adalah keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiganya merupakan suatu kesatuan yang utuh saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.

a. Keluarga

Pengaruh keluarga dalam hal ini adalah orang tua yang memiliki tugas utama memberikan pendidikan, terutama pendidikan agama kepada anak, yaitu sejak anak masih dalam kandungan sampai mereka dewasa. Sebagaimana dalam Hadits Nabi SAW. 23 Artinya: “ Dari “alai’ dari bapaknya dari abu Hurairah Ra, bahwasanya Rasulullah SAW., bersabda:” setiap orang dilahirkan ibunya atas dasar fitrah potensi dasar untuk beragama, maka setelah itu orang tuanya yang membawa dia beragama nasrani dan majusi , maka apabila orang tuanya beragama Islam, anaknya menjadi muslim pula”. Hadits Riwayat Muslim. 24 Oleh karena itu, orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar atas terselengganya pendidikan, karena pengaruh orang tualah pendidikan anak dapat terselenggara. 25 Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang paling awal dan sangat mempengaruhi perkembangan anak. 26 Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat, tiada masyarakat jika tiada keluarga. Keluarga adalah suatu tempat 23 Nur Uhbiyati, Op. Cit., h. 220 24 Abu Husein bin al-Hajaj al-Qusyairi, Shahih Muslim, Singapura Penang: Sulaiman Marai, tt Juz II, h. 489. 25 Ibid., h. 220 dimana anak-anak itu di didik, diarahkan agar menjadi anak yang mempunyai arti dalam hidupnya. 27 Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang yang berkembang secara sempurna. Mereka menginginkan anak yang dilahirkan itu kelak menjadi orang yang sehat, kuat, berketrampilan, cerdas, pandai dan beriman. Dalam taraf yang sederhana, orang tua tidak menginginkan anaknya lemah, sakit-sakitan, penganggur, bodoh dan nakal. 28 Untuk mencapai tujuan itu, orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama. Kaidah ini ditetapkan secara kodrati: artinya orang tua tidak dapat berbuat lain, mereka harus menempati posisi itu dalam keadaan bagaimanapun juga. Mengapa? Karena mereka ditakdirkan menjadi orang tua bagi anak yang mereka lahirkan. Oleh sebab itu, mau tidak mau mereka harus menjadi penanggung jawab pertama dan utama. 29 Orang tua adalah pendidik pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, artinya pendidikan tersebut yang dengan sendirinya akan masuk kedalam pribadi anak yang sedang tumbuh itu. 30 Hal lain, yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah dengan bercerita kepada anak-anak mereka, sebab ini merupakan salah satu faktor pendidikan yang bersifat intelektual dan amat berpengaruh dalam menanamkan nilai-nilai akidah dan moralitas serta sifat humanisme yang benar. 31 Dari hal tersebut di atas, mungkin bermanfaat bagi orang tua dalam menjalankan peranannya sebagai pendidik yang pertama dan utama, demi pembentukan kepribadian anak pada masa yang akan datang. 26 Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji RI, Pegangan Orang Tua, Jakarta, 2002, h. 1 27 BP-4 Pusat, Modul Keluarga Bahagia Sejahtera, Jakarta, 1998, h. 146 28 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, Cet. 3., h. 155 29 Ibid., h. 155 30 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2003, h. 67. 31 Widodo Supriyono, Ilmu Pendidikan Islam Teoritis dan Praktis, Semarang: Pustaka Pelajar, 2001, h. 48

b. Sekolah

Secara sederhana, sekolah merupakan lembaga pendidikan tempat peserta didik melakukan interaksi proses belajar mengajar menurut tingkatan jurusan tertentu secara formal. Batasan ini memberikan suatu nilai-nilai dari suatu kebudayaan kepada peserta didik secara terarah dan memiliki tujuan. 32 Sekolah merupakan sarana transformasi kebudayaan suatu kebudayaan suatu masyarakat yang eksistensinya hanya merupakan sub kultur dari totalitas kebudayaan manusia. Kondisi ini menjadikan sekolah lembaga yang paling besar pengaruhnya dalam proses dinamika budaya manusia. Hal ini setidaknya disebabkan tiga faktor, yaitu: 1 Sekolah merupakan tempat berkumpulnya peserta didik, yang berasal dari berbagai latar belakang kebudayaan yang berbeda. Dalam hal ini, sekolah berfungsi untuk mengakumulasi berbagai bentuk latar belakang kebudayaan peserta didik, dalam suatu sistem kebudayaan. 2 Eksistensi sekolah merupakan miniature untuk melihat sejauh mana maju mundurnya peradaban suatu Negara. 3 Sekolah juga merupakan tempat dimana peserta didik menerima berbagai macam bentuk keterampilan yang secara pragmatis dapat dipergunakan dalam kehidupannya. Dilain pihak, sekolah juga merupakan tempat penumbuhan nilai moralitas religius. Dengan nilai tersebut, diharapkan akan mampu menjadi alat kontrol dalam setiap aktivitas yang dilakukannya. 33 Di samping itu telah diakui oleh berbagai pihak tentang peran sekolah bagi pembentukan kepribadian anak sangat besar. Sekolah telah mendidik anak tentang kecerdasan, sikap, minat dan sebagainya dengan gaya dan caranya sendiri sehingga anak menaatinya. Karena itu dapatlah dikatakan sekolah berpengaruh besar bagi jiwa dan keberagamaan anak. Lingkungan sekolah yang positif 32 Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001, Cet. 1, h. 127. 33 Ibid., h. 128-129. terhadap pendidikan Islam yaitu lingkungan sekolah yang memberikan fasilitas dan motivasi untuk berlangsungnya pendidikan agama ini. 34 Melihat wacana di atas, terlihat bahwa eksistensi sekolah merupakan sarana paling vital dalam proses pemunculan kepribadian manusia seutuhnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang dialogis, adaptik dan kondusif bagi optimalisasi pencapaian tugas dan fungsinya, baik secara makro maupun mikro. 35 Baik tujuan institusional, kurikuler maupun instruksional, kesemuanya harus diarahkan kepada pembentukan corak pribadi dan kemampuan warga masyarakat sebagaimana yang menjadi target atau sasaran pendidikan di masyarakat yang bersangkutan. Ini merupakan konsekuensi logis dari kedudukan sekolah sebagai lembaga sosial yang terorganisir secara formal. 36

c. Masyarakat

Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan. Secara sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. 37 Masyarakat besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin masyarakat muslim tentu saja menghendaki agar setiap anak di didik menjadi anggota yang taat dan patuh menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan keluarganya, anggota dari teman-temanya, kelompok kelasnya dan sekolahnya. Bila anak telah dewasa diharapkan menjadi anggota yang baik pula sebagai warga desa, warga kota dan warga Negara. Dengan demikian, pengaruh masyarakat dalam pendidikan terutama pendidikan Islam pada anak didik sangatlah penting dalam keikut sertaan dan tanggung jawab membimbing dan mendidik pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebab tanggung jawab pendidikan pada hakikatnya merupakan tanggung 34 Nur Uhbiyati, OP. Cit., h. 214 35 Samsul Nizar, Op. Cit., h. 130 36 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1988, Cet. Ke-3, h. 148 37 Zakiah Daradjat, Op. Cit, h. 44 jawab moral dari setiap orang dewasa baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok sosial. Tanggung jawab ini ditinjau dari segi ajaran Islam, secara implisit mengandung pula tanggung jawab pendidikan.

6. Pembelajaran Puisi

Dalam kaitannya dengan pendidikan, peserta didik juga mendapatkan pembelajaran dari pendidik atau guru. Proses tersebut berlangsung secara bersamaan dengan pendidikan, dimana di dalam pembelajaran pendidik atau guru harus dapat memberikan pendidikan terutama kaitannya dengan pendidikan karakter peserta didik. Pembelajaran memiliki arti yang berbeda dengan pendidikan, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Yudhi Munadi dalam bukunya mengatakan bahwa pendidikan dapat dirumuskan dari sudut normatif, karena pendidikan menurut hakikatnya memang sebagai suatu peristiwa yang memiliki norma. Artinya, bahwa dalam peristiwa pendidikan, pendidik dan anak didik berpegang pada ukuran, norma hidup, pandangan terhadap individu dan masyarakat, nilai-nilai moral, kesusilaan yang semuanya merupakan sumber norma dalam pendidikan. Sedangkan peristiwa atau proses interaksi pendidikannya adalah suatu proses teknis. Di dalam proses teknis inilah secara spesifik disebut proses pembelajaran. Lebih spesifik Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber- sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik atau siswa. 38 Puisi adalah bentuk kesusastraan yang paling tua. Karya-karya besar dunia yang bersifat monumental ditulis dalam bentuk puisi. Karya-karya pujangga besar seperti: Oedipus, Antigone, Hamlet, Macbeth, Mahabharata, Ramayana, Bharata Yudha, dan sebagainya ditulis dalam bentuk puisi. Puisi tidak hanya dipergunakan untuk penulisan karya-karya besar, namun ternyata puisi sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dunia diperindah dengan adanya puisi. 38 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2012, Cet. Ke-4, hal. 4 Definisi puisi sulit diberikan , untuk memahami puisi biasanya diberikan ciri-ciri karakteristik puisi dan unsur-unsur yang membedakan puisi dari karya sastra lainnya. Dari segi bentuk fisik yang terlihat dalam karya tulis, puisi sudah menunjukan perbedaan dari prosa dan drama. Puisi adalah bentuk karya satra yang paling tua. Sejak kelahirannya, puisi memang sudah menunjukan ciri-ciri khas seperti yang kita kenal sekarang, meskipun puisi telah mengalami perkembangan dan perubahan tahun demi tahun. Bentuk karya sastra puisi memang dikonsep oleh penulis atau penciptanya sebagai puisi dan bukan bentuk prosa yang kemudian di puisikan. Sejak di dalam konsepnya, seorang penyair telah mengkonsentrasikan segala kekuatan bahasa dan gagasannya untuk melahirkan puisi. Penyair bukan memulai karyanya dengan konsep prosa. Perencanaan konsep dasar penciptaan puisi sudah sejak dalam pikirannya. Hal ini juga berakibat bahwa seorang penyair belum tentu mampu menjadi pengarang prosa, dan sebaliknya seorang pengarang prosa belum tentu mampu menjadi penyair. Perbedaan pokok antara puisi dan prosa adalah dalam hal tipografik dan struktur tematiknya. Tipografik puisi sejak kelahirannya menunjukan baris-baris putus yang tidak membentuk kesatuan sintaksis seperti dalam prosa. Setelah menelaah puisi dengan perkembangan dan struktur yang membentuknya, maka batasan tentang puisi itu akan dapat diberikan. Banyak pendapat yang memberikan batasan tentang puisi. Puisi merupakan karya sastra yang bersifat imajinatif, bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang majas. Menurut Slamet Mulyana yang dikutip oleh Herman J. Waluyo, menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. 39 Menurut Herbert Spencer bahwa puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan. Sedangkan Samuel Johnson menyatakan 39 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 1995, Cet. Ke 3, hal. 23 bahwa puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan yang penuh daya yang berpangkal pada emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian. 40 Untuk memberikan pengertian puisi secara memuaskan cukup sulit. Namun beberapa pengertian yang tidak dapat dirangkum dalam satu kalimat dapat dipaparkan sebagai berikut: a. Dalam puisi terjadi pengkonsentrasian atau pemadatan segala unsur kekuatan bahasa. b. Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperbagus, diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi. c. Puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan mood atau pengalaman jiwa dan bersifat imajinatif d. Bahasa yang dipergunakan bersifat konotatif. e. Bentuk fisik dan bentuk batin puisi merupakan kesatuan bulat dan utuh menyaturaga tidak dapat dipisahkan dan merupakan kesatuan yang padu. 41

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Parlina Susi Siswanti Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Muhammmadiyah Prof. DR. Hamka dalam Skripsinya yang berjudul Pengaruh Karya Sastra Puisi Anak Terhadap Perkembangan Karakter Siswa Kelas 3A di SDN Babakan 04. Penelitian tersebut bertujuan untuk 1. Mendapatkan data secara empiris dengan melihat apakah benar karya sastra puisi anak dapat mengembangkan karakter siswa kelas 3A SDN Babakan 04, 2. Mengetahui apakah ada pengaruh karya sastra puisi anak terhadap perkembangan karakter siswa kelas 3A SDN Babakan 04. Penelitian tersebut memiliki hipotesa terdapat pengaruh karya sastra puisi anak terhadap perkembangan karakter siswa kelas 3A di SDN Babakan 04. 40 Ibid., hal. 23 41 Ibid., hal. 25 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian yang meliputi, tempat dan waktu penelitian, latar penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan dan pengolahan data teknik analisis data, dan hipotesis statistik. Langkah selanjutnya yang ditempuh penulis adalah menentukan waktu dan tempat penelitian, adalah sebagai berikut : Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan, terhitung sejak tanggal 2 April 2014 sampai tanggal 2 Juni 2014. Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SMP Islam Anugerah Hidayat Putra AYATRA Rajeg, Tangerang, dengan alasan : a. Penulis cukup mengenal kondisi sekolah tersebut, karena menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut. b. Lokasi penelitian mudah dijangkau sehingga mempermudah kegiatan penelitian.

B. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam membahas skripsi ini adalah metode deskriptif analitis kuantitatif. Deskriptif digunakan agar mampu memahami dan memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang terkait dengan isi skripsi ini. Analitis kuantitatif digunakan agar penulis dapat menyusun skripsi ini dalam bentuk yang sistematis sehingga mengena pada inti permasalahan dan memperoleh hasil penelitian yang benar dengan mengunakan statistik sederhana.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek yang terdiri dari manusia benda, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang mempunyai karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian. 1 Populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII SMP ISLAM AYATRA Rajeg - Tangerang tahun pelajaran 20132014 yang berjumlah 305 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dimiliki sifat karakteristik yang sama sehingga betul-betul mewakili populasi. 2 Adapun sampel yang di ambil dari penelitian ini sebanyak 30 siswa kelas VII yang diambil dari tiap-tiap kelas 5 orang siswa.

D. Teknik Penarikan Sampel

Karena jumlahnya lebih dari 100, maka penulis mengambil sampel sebanyak 10 , yaitu sejumlah 30 siswa dengan cara atau teknik “ Random Sampling “ yaitu siswa-siswi kelas VII.1 sebanyak 5 orang, kelas VII.2 sebanyak 5 orang, kelas VII.3 sebanyak 5 orang, kelas VII.4 sebanyak 5, kelas VII.5 sebanyak 5 orang, kelas VII.6 sebanyak 5 orang. “ 3

E. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Penelitian ini dilakukan di lapangan lokasi penelitian, pengumpulan datanya adalah sebagai berikut : 1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka Cipta, 2010 Cet Ke-14, h. 173 2 Ibid., h. 174 3 Ibid., h. 134

1. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data melalui teknik atau pengamatan langsung ke lokasi penelitian. Untuk mempermudah pengambilan data, maka penulis terlebih dahulu menetapkan data-data yang diobservasi, yaitu : a. Kondisi obyektif SMP ISLAM Anugerah Hidayat Putra AYATRA Rajeg – Tangerang. b. Kegiatan belajar mengajar. c. Pemanfaatan fasilitas belajar.

2. Wawancara

Dalam kegiatan observasi, tidak selamanya data-data dikumpulkan secara tuntas, untuk melengkapinya penulis melakukan wawancara dengan sumber data. Dalam hal ini kepada Kepala Sekolah dan Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Angket

Dengan metode angket ini penulis mempersiapkan pertanyaan tertentu, kemudian disebarkan kepada responden, untuk memperoleh data yang kongkrit yang diperlukan secara langsung. Angket disebarkan kepada siswa-siswi yang ditetapkan sebagai sampel penelitian. Angket yang digunakan penulis adalah angket tertutup yang berisi pertanyaan yang disertai jawaban terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan. Jawaban yang peneliti tawarkan adalah berbentuk rentangan menggunakan skala likert, yang menyediakan 5 alternatif pilihan jawaban yaitu : selalu SL, sering S, kadang-kadang KK, tidak pernah TP. Dalam hal ini peneliti memberikan alternatif jawaban yang sama untuk kedua variabel, hanya saja untuk Variabel X menggunakan pertanyaan negatif dengan skor penilaian berikut : a. Selalu SL diberi skor : 5 b. Sering S diberi skor : 4 c. Kadang-kadang KK diberi skor : 3 d. Tidak pernah TP diberi skor : 2 e. Jarang J diberi skor : 1

4. Dokumentasi

Untuk memperoleh data, maka penulis mengambil arsipdokumentasi nilai, buku-buku, dan data lainnya yang berkenaan dengan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang berikutnya adalah mengolah data untuk membuktikan hipotesis itu diterima atau tidak, maka data dianalisis. Sebagai langkah selanjutnya dalam penelitian ini, data-data yang didapat dilakukan proses editing, loading dan tabulasi. Untuk menentukan besarnya ukuran sampel maka perlu dibuat ukuran sampel. Selain itu karena data diperoleh melalui metode angket maka penulis melakukan analisis pengukuran atas hasil angket melalui analisis kuantitatif dengan menggunakan rumus statistik Spearman Corelation yaitu Dan untuk menentukan korelasinya dapat digunakan rumus : 4                2 2 2 2            Y Y N X X N Y X XY N r Keterangan : n = Jumlah sampel X = Variabel bebas Y =Variabel terikat r = Koefisien korelasi Setelah itu dilakukan Uji hitung digunakan adalah “ t “ tes dengan rumus : 5 2 1 1 r n r t    4 Ibid., h. 317 5 Ibid., h. 337

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe match mine terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa (quasi eksperimen di SMP Islam al-azhar)

11 106 89

Pengaruh strategi pembelajaran aktif card sort terhadap hasil belajar Matematika siswa (studi eksperimen di kelas VII SMPN 05 kota Tangerang Selatan)

0 6 143

Pengaruh kualitas pembelajaran guru PAI terhadap prestasi siswa bidang studi Agama Islam kelas VIII SMP Islam Parung

0 7 11

Pengaruh Penggunaan Media Audio terhadap Pembelajaran Menyimak Puisi di Kelas X SMA Negeri 6 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

0 4 175

Pengaruh penggunaan media gambar terhadap keterampilan menulis puisi pada siswa kelas V di SDIT Az-Zahra Pondok Petir Sawangan Depok Tahun pelajaran 2013/2014

1 10 132

Pengaruh Metode Index Card Match dalam pembelajaran PAI terhadap prestasi belajar siswa SMP Dharma Karya UT Tangerang Selatan

2 10 189

Pengaruh strategi pembelajaran aktif teknik question student have terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 11 Tangerang Selatan

0 4 240

Pengaruh Metode Menulis Berantai terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV SD Islam Annajah Petukangan Selatan Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2013/2014

4 14 159

Pengaruh pembelajaran puisi terhadap karakter siswa Kelas VII di SMP Islam Anugerah Hidayat Putra (AYATRA) Sukatani Rajeg, Tangerang Tahun Ajaran 2013/2014

0 4 84

Pengaruh reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa SMP Islam Plus Baitul Maal-Pondok Aren, Tangerang Selatan

11 92 154