UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada tabel 4.6 diketahui bahwa dari 400 lembar resep yang dianalisis, resep yang tidak berpotensi mengalami interaksi obat lebih besar dibandingkan
dengan resep yang berpotensi mengalami interaksi obat. Hal ini diketahui dari hasil analisis yaitu sebanyak 50,8 203 lembar resep tidak berpotensi
mengalami interaksi obat, sedangkan sebanyak 49,2 197 lembar resep berpotensi mengalami interaksi obat.
Untuk distribusi data kejelasan penulisan terkait obat selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
4.1.3 Analisis Terkait Interaksi Obat
Pada penelitian ini, selanjutnya dilakukan analisis terhadap gambaran jumlah obat yang berpotensi mengalami interaksi obat. Dimana resep
dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok resep yang mempunyai jumlah obat dua hingga kurang dari lima macam obat dan resep yang mempunyai
jumlah obat lebih atau sama dengan lima. Dari kelompok-kelompok resep tersebut didapat gambaran jumlah obat yang berpotensi mengakibatkan interaksi obat yang
terdapat pada tabel 4.7 Tabel 4.7
Gambaran Jumlah Obat Berdasarkan Ada Tidaknya Potensi Interaksi Obat Berdasarkan Literatur
Kategori Potensi Interaksi Obat
Total Ada Interaksi
Tidak Ada Interaksi
Jenis obat 5 obat N
132 39,8
200 60,2
332 100
≥5 obat N 65
95,6 3
4,4 68
100 Total
N 197
49,2 203
50,8 400
100
Berdasarkan hasil analisis lembar resep tersebut, sebanyak 197 lembar resep 49,2 berpotensi mengalami interaksi obat dan sebanyak 203 lembar
resep 50,8 tidak berpotensi mengalami interaksi obat. Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa potensi interaksi obat lebih banyak terjadi pada lembar resep
dengan jumlah obat lebih atau sama dengan lima, yaitu sebanyak 65 lembar resep
95,6 dari total resep 68 lembar. Sedangkan yang potensi interaksi obat lebih
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sedikit terjadi pada lembar resep dengan jenis obat kurang dari lima, yaitu
sebanyak 132 lembar resep 39,8 dari total resep 332 lembar.
Dalam penelitian ini, selanjutnya potensi interaksi obat diamati dari tingkat keparahan dan tipe mekanisme interaksi obat. Dari analisis menggunakan
literatur, potensi interaksi obat berdasarkan tingkat keparahan dan mekanisme interaksi obat dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8 Data Distribusi Potensi Interaksi Obat Berdasarkan Tingkat Keparahan
dan Tipe Mekanisme Interaksi Obat
Potensi Interaksi Kategori
Jumlah Presentase
Mekanisme Interaksi Farmakokinetik
71 18,5
Farmakodinamik 195
50,8 Tidak diketahui
118 30,7
Total 384
100 Tingkat Keparahan
Ringan 123
32 Sedang
46 12
Berat 215
56 Total
384 100
Hasil analisis terhadap 197 lembar resep yang berpotensi mengalami interaksi obat, diperoleh hasil bahwa terdapat total potensi kejadian interaksi obat
adalah sebanyak 384 kasus yang terdiri dari interaksi farmakodinamik dengan 195 kasus 50,8 sebagai tipe mekanisme interaksi obat terbanyak, kemudian
interaksi farmakokinetik dengan 71 kasus 18,5 dan interaksi lainnya dengan 118 kasus 30,7. Hasil analisis tingkat keparahan potensi interaksi obat pada
lembar resep yang diperoleh dari tingkat keparahan ringan sebanyak 123 32, tingkat keparahan sedang 46 12 dan tingkat keparahan berat 215 56. Untuk
distribusi data potensi dari tiap resep selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.
Tabel 4.9 Gambaran Distribusi Jumlah Jenis Obat yang Di Resepkan dalam Lembar
Resep dengan Kejadian Potensi Interaksi Obat
Kriteria Kategori
Ada Potensi Interaksi
Tidak Berpotensi Interaksi
Total P
Value
N N
N Jenis Obat
2-5 Obat 132
39,8 200
60,2 332
100 0,000
≥5 Obat 65
95,6 3
4,4 68
100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan tabel 4.9, hasil analisis hubungan antara jumlah jenis obat dalam satu resep dengan kejadian potensi interaksi obat menggunakan uji chi-
square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah jenis obat dalam satu resep dengan kejadian potensi interaksi obat. Hal ini
ditunjukkan dari nilai probabilitas sebesar 0,000 P value 0,05.
4.2 PEMBAHASAN PENELITIAN
4.2.1 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1.1 Analisis Kelengkapan Resep
Penelitian tentang analisis resep ini dilakukan di apotek rawat jalan RUMKITAL Dr. Mintohardjo menggunakan lembar resep periode bulan Januari
2015, hasil inklusi didapatkan sebanyak 9.237 dan sampel yang diambil menggunakan teknik random sampling sebanyak 400 lembar resep. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa masih banyak ketidaklengkapan pada resep. Pada tabel 4.1 diketahui hasil dari analisis kelengkapan resep. Untuk
ketidaklengkapan data pasien pada resep didapatkan hasil sebanyak 88 352 lembar resep yang mencakup; nama 0, alamat 88, tanggal lahir 83 dan no
rekam medis 13. Hasil ketidaklengkapan data pasien tersebut cukup tinggi yaitu lebih dari 50. Hasil ketidaklengkapan data pasien ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Prawitosari 2009 yang mendapatkan hasil ketidaklengkapan penulisan data pasien sebanyak 39 umur pasien, 36,4 alamat pasien dan 2,6
nama pasien. Data pasien dalam penulisan resep cukup penting, hal ini sangat diperlukan dalam proses pelayanan peresepan sebagai pembeda ketika ada nama
pasien yang sama agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat pada pasien. Seperti contohnya umur dan no rekam medis pasien sangatlah penting dan harus
dicantumkan dalam resep. Bentuk ketidaklengkapan data pasien dalam resep yang diamati ini beragam, yaitu karena tidak dituliskannya tanggal lahir atau umur
pasien, alamat, no rekam medis pasien, atau bahkan tidak dicantumkan ketiganya. Selanjutnya hasil ketidakjelasanan penulisan nama obat pada resep
sebanyak 4,8 19 lembar resep. Penulisan nama obat sangat penting dalam resep agar ketika dalam proses pelayanan tidak terjadi kesalahan pemberian obat,
karena banyak obat yang tulisannya hampir sama atau penyebutannya sama.