Polis dan Premi KESIMPULAN DAN SARAN A.

d Asuransi Kendaraan Berat Heavy Equipment Insurance e Asuransi Kecelakaan Diri Personal Accident Insurance f Asuransi Cash g Asuransi Kontruksi Construction’s All Risk Insurance h Asuransi Pemasangan Mesin Erection All Risks Insurance i Asuransi Kerusakan Mesin Machinery Breakdown Insurance j Asuransi Pembongkaran Burglary Insurance k Asuransi Penggelapan Fidelity Guarantee

D. Polis dan Premi

Pada dasarnya setiap perjanjian pasti membutuhkan adanya suatu dokumen. Setiap dokumen secara umum mempunyai arti yang sangat penting karena berfungsi sebagai alat bukti. Arti pentingnya dokumen sebagai alat bukti tidak hanya bagi para pihak saja, tetapi juga bagi pihak ketiga yang mempunyai hubungan langsung atau tidak langsung dengan perjanjian yang bersangkutan. Undang-undang menentukan bahwa perjanjian asuransi harus ditutup dengan suatu akta yang disebut pasal 255 KUHD. Menurut pasal 255 “Suatu tanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis”. Sesuai dengan uraian di atas bahwa perjanijian asuransi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis. Berdasarkan pasal 19 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 bahwa polis atau bentuk perjanjian asuransi dengan nama apapun, berikut lampiran yang merupakan satu kesatuan dengannya, tidak boleh mengandung kata atau kalimat yang dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai risiko yang ditutup asuransinya, kewajiban tertanggung, atau mempersulit tertanggung mengurus haknya. 45 Berdasarkan ketentuan 2 dua pasal tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa polis berfungsi sebagai alat bukti tertulis yang menyatakan bahwa telah terjadi perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung. Sebagai alat bukti tertulis, isi yang tercantum dalam polis harus jelas, tidak boleh mengandung kata- kata atau kalimat-kalimat yang memungkinkan perbedaan interpretasi, sehingga mempersulit tertanggung dan penanggung merealisasikan hak dan kewajiban mereka dalam pelaksanaan asuransi. Disamping itu, polis juga memuat kesepakatan mengenai syarat-syarat khusus dan janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban untuk mencapai tujuan asuransi. 46 Sedang syarat-syarat formal polis diatur lebih lanjut pada pasal 256 KUHD. Agar suatu akta dapat disebut sebagai suatu polis. Pasal 257, selanjutnya mengatur tentang saat kapan perjanjian asuransi itu mulai dianggap ada, yaitu sejak adanya kata sepakatsejak saat ditutup, bahkan sebelum polis ditandatangani. Pada umumnya syarat-syarat tambahankhusus itu dibagi dalam dua jenis, ialah : 47 1. Syarat-syarat yang bersifat larangan Yang dimaksud dengan syarat-syarat yang bersifat larangan ialah syarat-syarat dimana dinyatakan bahwa pihak tertanggung dilarang melakukan 45 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi IndonesiaOp.Cit., Hal 59. 46 Ibid 47 Sri Rejeki Hartono, OpCit., Hal 127-128. suatu perbuatan tertentu dengan ancaman bila mana larangan tersebut dilanggar oleh tertanggung, maka perjanjian pertanggungan menjadi batal. 2. Syarat-syarat lain Yang dimaksud dengan syarat-syarat lain ialah semua syarat-syarat yang tidak mengandung ancaman-ancaman batalnya perjanjian pertanggungan syarat untuk melanjutkan pertanggungan dan sebagainya. Misalnya ada ketentuan sebagai berikut : “Selesainya jangka waktu yang tersebut dalam polis ini, dan sehabisnya tiap-tiap jangka waktu yang berikut, maka perjanjian pertanggungan ini dianggap menurut hukum telah diperpanjang untuk jangka waktu yang sama, bilamana sekurang-kurangnya satu bulan di muka tidak menyatakan penghentian pertanggungan ini oleh salah satu pihak yang bersangkutan kepada pihak lain dengan surat tercatat”. Dengan syarat ini diberi kesempatan kepada pihak tertanggung atau penanggung untuk melanjutkan pertanggungan secara otomatis dengan memberi kelonggaran membatalkan pertanggungan itu pada tanggal tersebut dalam polis di mana harus diberitahukan maksud itu oleh pihak yang menghendaki kepada pihak yang lain. Pada dasarnya setiap polis terdiri dari 4 empat bagian, yaitu: 1. Deklarasi Deklarasi merupakan suatu pernyataan yang dibuat oleh calon tertanggung yang pada dasarnya memberikan keterangan mengenai beberapa hal baik mengenai jati dirinya maupun yang mengenai obyekbarang yang dipertanggungkan, atau mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penutupan perjanjian asuransipertanggungan. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 256 KUHD titik 3 tiga yo pasal 251 KUHD yaitu mengenai pemberian keterangan haruslah sesuai dengan asas itikad baik yang sempurna. Di dalam deklasrasi pada dasarnya memuat : a. Identitas, alamat, dan sebagainya. b. Nilai barang yang bersangkutan. c. Keterangan lengkap mengenai barang yang bersangkutan. d. Waktu yang diminta. e. Dan sebagainya 2. Klausula pertanggungan Klausula pertanggungan merupakan bagian yang utama dari suatu polis. Pada bagian klausula ini dengan jelas dianut ketentuan mengenai risiko apa saja dari polis yang bersangkutan, yang ditanggung oleh penanggung, syarat- syarat yang diminta dan ruang lingkup tanggung jawab penanggung.Pada setiap polis, bagian klausula ini antara lain mengatur menentukan tetang : a. Risiko yang termasuk di dalam pertanggungan. b. Kerusakankerugian yang disebabkan oleh......perluasan apabila ada sesuai dengan syarat tambahan. 3. Pengecualian-pengecualian Dalam setiap polis dengan kondisi dengan kondisi apapun juga selalu terdapat bagian yang mengandung pasal-pasal mengenai pengecualian. Dengan tegas polis ini menentukan terhadap hal-hal apa saja terdapat pengeculian; apakah bencana atau bahayanya, ataukah mengenai bendanya atau mengenai kerugian-kerugian tertentu yang dikecualikan dari perjanjian pertanggungan yang dimaksud. Untuk ini seorang tertanggung harus tahu persis apa saja yang dikecualikan dari penutupan polis termaksud. 4. Kondisi-kondisi Pada bagian polis ini dijelaskan tentang apa yang menjadi hak dan kewajiban para pihak baik penanggung atau tertanggung. Kondisi-kondisi termaksud, biasanya mengenai : a. Pembayaran premi b. Pertanggungan-pertanggungan lain c. Perubahan risiko d. Kewajiban tertanggung bila terjadi peristiwa e. Laporan kerugian f. Ganti rugi g. Kerugian atas barang h. Ganti rugi pertanggungan rangkap i. Pertanggungan di bawah harga j. Laporan palsu k. Taksiran harga dalam kerugian l. Biaya yang diganti m. Pembayaran ganti rugi n. Sisa barang o. Sisa jumlah pertanggungan p. Subrogasi q. Gugurnya hak ganti rugi r. Pennghentian pertanggungan s. Pengembalian premi t. Perselisihan u. Penutup. 48 Dalam praktik asuransi setiap perusahaan asuransi telah menyusun polis masing-masing dengan syarat-syarat khusus dan klausula-klausula tertentu pula. Berdasarkan syarat-syarat khusus dan klausula-klausula tertentu yang dicantumkan dalam polis timbullah bermacam jenis polis yang berbeda antara satu sama lain, bahkan menunjukan persaingan antara sesama penanggung. Demikian juga tertanggung, ada yang merasa sulit memilih perusahaan asuransi yang akan dijadikan penanggung karena masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. 49 Untuk mengatasi kesulitan dalam praktik dan untuk mencegah persaingan yang tidak sehat sesama perusahaan asuransi, maka diupayakan penyeragaman syarat-syarat khusus dalam polis dengan cara menciptakan polis standar, bak secara nasional maupun secara interasional sehingga dapat dicegah perbedaan yang mencolok antara polis perusahaan asuransi yang satu dengan perusahaan asuransi yang lain yang sejenis. Berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan 48 Ibid , Hal 129-131. 49 H.K. Martono dan Budi Thahjono, Op.Cit., Hal 74. dalam polis, terdapat 5 lima jenis polis yang terkenal, yaitu polis maskapai, polis bursa, polis Lloyd, polis perjalanan dan polis waktu sebagai berikut : 50 1. Polis maskapai Dinamakan polis maskapai karena polis ini dibuat dan diterbitkan oleh maskapai-maskapai asuransi. Selain syarat-syarat yang diharuskan oleh undang-undang, polis maskapai memuat beberapa ketentuan khusus yang berlaku bagi maskapai yang menciptakan syarat-syarat tersebut. Dalam operasi kerjanya perusahaan asuransi yang menggunakan polis maskapai ini banyak mengalami kesulitan, sehingga lambat laun polis maskapai ini ditinggalkan dan orang mulai mengarah pada pembuatan dan penggunaan polis seragam. 2. Polis bursa Polis bursa mempunyai syarat-syarat yang seragam dan digunakan pada bursa asuransi. Ada 2 dua macam polis bursa, yaitu polis bursa Amsterdam dan polis bursa Rotterdam. Kedua polis ini digunakan pada asuransi pengangkutan laut dan asuransi kebakaran. Kedua polis ini dinamakan demikian karena polis bursa Amsterdam digunakan di Bursa Asuransi Amsterdam, sedangkan polis bursa Rotterdam digunakan di Bursa Asuransi Rotterdam. Polis-polis ini masih terus dikembangkan dengan menambah syarat-syarat yang telah diseragamkan itu secara berurutan dengan diberi nomor urut dan dicetak. Apabila syarat tambahan itu belum tercetak dalam polis dan akan digunakan di polis bursa, maka syarat tersebut harus dilampiran pada polis bursa yang bersangkutan, atau dinyatakan secara khusus dalam polis 50 Ibid , Hal 75-77. yang bersangkutan bahwa syarat itu berlaku juga bagi asuransi yang diliput i polis tersebut. Polis standar sebagaiman diuraikan di atas digunakan oleh perusahaan asuransi di Indonesia. Di saming itu, Dewan Asuransi Indonesia DAI juga telah menetapkan polis standar untuk asuransi kebakaran dan asuransi kendaraan bermotor. 3. Polis Lloyd Polis Lloyd adalah polis yang digunakan di bursa Lloyd di London. Polis ini telah dikembangkan tersendiri di bawah merk Lloyd dan hanya digunakan oleh perusahaan asuransi yang menjadi anggota The Lloyds Corporation. Polis Lloyd digunakan untuk asuransi pengangkutan laut, asuransi kebakaran dan asuransi pengangkutan laut diakui Marine Insurance Act 1906. 4. Polis perjalanan Polis perjalanan dibuat untuk asuransi 1 satu perjalanan atau 1 satu pelayaran tertentu saja, misalnya Tanjung Priok ke Belawan. Berapa hari perjalanan itu dilakukan tidak menjadi persoalan, kecuali jika perjalanan atau pelayaran itu dihentikan atau diputuskan di tengah perjalanan dapat mengakibatkan batalnya asuransi. Tidak termasuk pengertian dihentikan atau diputuskan apabila penghentian perjalanan itu sebagai bagian dari perjalanan, misalanya pelayaran dari Tanjung Priok ke Ujung Pandang, singgahnya kapal di Tanjung Perak bukan termasuk penghentian atau pemutusan perjalanan. Demikian juga apabila kapal berhenti di suatu pelabuhan karena kerusakan atau keadaan darurat tidak dapat dikatakan sebagai penghentian atau pemutusan perjalanan. 5. Polis Waktu Polis waktu dibuat untuk asuransi yang berjangka waktu tertentu, misalnya 1 satu tahun. Penentuan jangka waktu asuransi harus tepat menurut tanggal dan jam dimulai dan diakhiri. Misalnya asuransi berjangka waktu 1 satu tahun, dimulai dari tanggal 1 Januari 2010 pukul 12.00 siang hari sampai 1 Januari 2011 pukul 12.00 siang hari. Polis berjangka waktu tertentu biasa digunakan pada asuransi kebakaran. Sesuai dengan pasal 255 KUHD, asuransi jiwa harus diadakan secara tertulis dengan bentuk akta yang disebut polis. Menurut ketentuan pasal 304 KUHD, polis asuransi jiwa memuat : 1. Hari diadakan asuransi Dalam polis harus dicantumkan hari dan tanggal diadakan asuransi. Hal ini penting untuk mengetahui kapan asuransi itu mulai berjalan dan dapat diketahui pula sejak hari dan tanggal risiko itu menjadi beban penanggung. 2. Nama tertanggung Dalam polis harus dicantumkan nama tertanggung sebagai pihak yang wajib membayar premi dan berhak menerima polis. Apabila terjadi evenement atau apabila jangka waktu berlakunya asuransi berakhir, tertanggung berhak menerima sejumlah uang santunan atau pengembalian dari penanggung. Selain tertanggung dalam praktik asuransi jiwa dikenal pula penikmat benefiaciary, yaitu orang yang berhak menerima sejumlah uang tertentu dari penanggung karena ditunjuk oleh tertanggung atau karena ahli warisnya, dan tercantum dalam polis. Penikmat berkedudukan sebagai pihak ketiga yang berkepentingan. 3. Nama orang yang jiwanya diasuransikan Objek asuransi jiwa adalah jiwa dan badan manusia sebagai satu kesatuan. Jiwa tanpa badan tidak ada, sebaliknya badan tanpa jiwa tidak ada arti apa-apa bagi asuransi jiwa. Jiwa seseorang merupakan objek badannya. Orang yang punya badan itu mempunyai nama yang jiwanya diasuransikan, baik sebagai pihak tertanggung ataupun sebagai pihak ketiga yang berkepentingan. Namanya itu harus dicantumkan dalam polis. Dalam hal ini, tertanggung dan orang yang jiwanya diasuransikan itu berlainan. 4. Saat mulai dan berakhirnya evenement Saat mulai dan berakhirnya evenement merupakan jangka waktu berlaku asuransi, artinya dalam jangka waktu itu risiko menjadi beban penanggung, misalnya mulai tanggal 1 Januari 1990 sampai tanggal 1 Januari 2000. Apabila dalam jangka waktu itu terjadi evenement, maka penanggung berkewajiban membayar santunan kepada tertanggung atau orang yang ditunjuk sebagai penikmat benficiary. 5. Jumlah asuransi Jumlah asuransi adalah sejumlah uang tertentu yang diperjanjikan pada saat diadakan asuransi sebagai jumlah santunan yang wajib dibayar oleh penanggung kepada penikmat dalam hal terjadi evenement, atau pengembalian kepada tertanggung sendiri dalam hal berakhirnya jangka waktu asuransi tanpa terjadi evenement. Menurut ketentuan Pasal 305 KUHD perkiraan jumlah dan syarat-syarat asuransi sama sekali ditentukan oleh perjanjian bebas antara tertanggung dan penanggung. Dengan adanya perjanjian bebas tersebut asas kepentingan dan asas keseimbangan dalam asuransi jiwa dikesampingkan. 6. Premi asuransi Premi asuransi adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh tertanggung kepada penanggung setiap jangka waktu tertentu, biasanya setiap bulan selama asuransi berlangsung. Besarnya jumlah premi asuransi bergantung pada jumlah asuransi yang disetujui oleh tertanggung pada saat diadakan asuransi. 51 Dalam pasal 246 terdapat rumusan “dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi”. Berdasarkan rumusan tersebut, dapat diketahui bahwa premi adalah salah satu unsur penting dalam asuransi karena merupakan kewajiban utama yang wajib dipenuhi oleh tertanggung kepada penanggung. Polis merupakan akta penting dalam perjanjian asuransi karena polis bertujuan untuk menjadi bukti terjadinya perjanjian asuransi. Namun untuk dapat membuat polis tetap berlaku maka diperlukan adanya premi. Premi merupakan obyek dari asuransi. Premi sangat penting dalam asuransi karena jika premi tidak dibayarkan dapat menyebabkan polis menjadi tidak berlaku sehingga perjanjian asuraansi menjadi batal. 52 51 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., Hal 196-198. 52 Ibid , Hal 103. Sebagai perjanjian timbal balik, asuransi bersifat konsensus artinya sejak terjadi kesepakatan timbullah kewajiban dan hak kedua belah pihak. Akan tetapi, asuransi baru berjalan jika kewajiban tertanggung membayar premi telah dipenuhi. Dengan kata lain, risiko atas benda beralih kepada penanggung sejak premi dibayar oleh tertanggung, karena itu ada tidaknya asuransi ditentukan oleh pembayaran premi. Premi merupakan kunci perjanjian asuransi. Pada asuransi yang diadakan untuk jangka waktu tertentu, premi dibayar lebih dahulu pada saat asuransi diadakan. Pada asuransi yang diadakan untuk 1 satu perjalanan, premi dapat dibayar pada saat bahaya sudah mulai berjalan, misalnya pada kapal yang sudah berangkat. Akan tetapi, ada asuransi yang diadakan untuk jangka waktu panjang, misalnya asuransi jiwa, pembayaran premi dapat dilakukan secara periodik, yaitu setiap awal bulan. Pada asuransi yang demikian ini, jika pada suatu tertentu premi belum dibayar, asuransi berhenti. Setelah premi periode yang tertunggak itu dibayar, asuransi berjalan lagi. Jika premi tidak dibayar mengakibatkan asuransi itu batal. 53 Dalam asuransi jiwa yang harus diperhatikan ialah, penentuan tarif rate making , karena hal tersebut akan menentukan besarnya premi yang akan diterima. Tarif atau premi yang ditetapkan harus bisa menutupi klaim risiko serta biaya-biaya asuransi dan sebagian dari jumlah. 54 53 H.K. Martono dan Eka Budi Tjahjono, Op.Cit., Hal 92. 54 Abbas Salim, Op.Cit., Hal 41-42. Dalam jumlah premi yang harus dibayar oleh tertanggung juga termasuk biaya yang berkenaan dengan pengadaan asuransi itu. Rincian yang dapat dikalkulasikan dalam jumlah premi adalah : 1. Jumlah presentase dari jumlah yang diasuransikan; 2. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh penanggung, misalnya biaya materai, biaya polis; 3. Jasa untuk pialang jika asuransi diadakan melalui pialang; dan 4. Keuntungan bagi penanggung dan jumlah cadangan. 55 Menurut ketentuan pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992, premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi tidak berlebihan, dan tidak diterapkan secara dskriminati. Tingkat premi dinilai tidak mencukupi apabila : 1. Sangat rendah shingga sangat tidak sebanding dengan manfaat yang diperjanjikan dalam polis asuransi yang bersangkutan; 2. Penerapan tingkat premi secara berkelanjutan akan membahayakan tingkat solvabilitas perusahaan; dan 3. Penerapan tingkat premi secara berkelanjutan akan dapat merusak iklim kompetisi yang sehat. 55 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi IndonesiaOp.Cit., Hal 106

BAB III HAL-HAL PENTING DALAM ASURANSI KECELAKAAN

A. Pejanjian Asuransi dan pengaturannya

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Pengadaan Jenis Ikan Nilai Ekonomi Tinggi Antara Dinas Pertanian Kota Tebing Tinggi Dengan CV. Avansa

0 51 113

Tinjauan Yuridis Perjanjian Program Kemitraan Bantuan Usaha Kepada Ekonomi Kecil di PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Medan

3 61 100

“Tinjauan Yuridis Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara PT. Bank Central Asia, Tbk dengan PT. Dana Purna Investama (Studi Penelitian pada PT. Bank Central Asia, Tbk Kanwil V Medan)

4 73 109

Tinjauan Yuridis Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Pembangunan Saluran Drainase Antara Dinas Bina Marga Kota Medan Dengan Cv.Teratai 26

8 122 120

Tinjauan Yuridis tentang Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak) Antara Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Utara Dengan CV. Rymandho Medan

0 40 102

MODEL PENYELESAIAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS Model Penyelesaian Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Dalam Kecelakaan Lalu Lintas.

0 2 15

MODEL PENYELESAIAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS Model Penyelesaian Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Dalam Kecelakaan Lalu Lintas.

0 2 24

ANALISIS YURIDIS PRAKTIK ASURANSI KECELAKAAN ATAS KECELAKAAN TUNGGAL AKIBAT KERUSAKAN JALAN.

0 0 2

A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi - Tinjauan Tentang Praktik Asuransi Kecelakaan Terhadap Tertanggung Sebagai Pelaku Kecelakaan

0 2 36

A. Latar Belakang - Tinjauan Tentang Praktik Asuransi Kecelakaan Terhadap Tertanggung Sebagai Pelaku Kecelakaan

0 0 15