mengutamakan pengaturan asuransi dari segi bisnis dan publik administratif yang jika dilanggar mengakibatkan sanksi pidana dan administratif.
24
Pengaturan dari segi bisnis artinya menjalankan usaha perasuransian harus sesuai dengan aturan hukum perasuransian dan perusahaan yang berlaku.
Dari segi publik administratif artinya kepentingan masyarakat dan negara tidak boleh dirugikan. Jika hal ini dilanggar, maka pelanggaran tersebut diancam
dengan sanksi pidana dan sanksi administratif menurut undang-undangn perasuransian. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 diatur
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian dalam Lembaran Negara Nomor 120 Tahun 1992.
25
B. Fungsi dan Tujuan Asuransi
Manusia di dalam hidupnya pasti akan menemui atau menghadapi risiko. Risiko tersebut bisa terjadi pada dirinya maupun benda yang dimilikinya. Risiko
yang terjadi terhadap suatu benda tentu akan berkurangnya atau hilangnya nilai benda tersebut. Oleh sebab itu banyak cara yang dilakukan manusia untuk
mengatasi risiko tersebut agar berkurangnya nilai dari benda yang dimilikinya dapat dicegah.
Menurut Sri Rejeki Hartono, asuransi atau pertanggungan adalah suatu guna menanggulangi adanya risiko.
26
24
Ibid, Hal 19.
25
Ibid.
26
Sri Rejeki Hartono, Op.Cit., Hal 13.
Dari pengertian tersebut berarti bahwa secara luas siapapun pasti mengandung dan mempunyai risiko. Pertanggungan
mempunyai tujuan yang utama yaitu mengalihkan risiko yang ditimbulkan
peristiwa-peristiwa yang tidak dapat diharapkan terjadinya itu kepada orang lain yang mengambil risiko untuk mengganti kerugian.
Menurut Gunanto “risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu kerugian atau batalnya seluruh atau sebahagian dari suatu keuntungan yang semula
diharapkan karena suatu kejadian di luar kuasa manusia, kesalahan sendiri atau perbuatan manusia lain”. Sedangkan risiko dalam industri perasuransian diartikan
sebagai ketidakpastian dari kerugian financial atau kemungkinan terjadinya kerugian.
27
Hidup tak ubahnya seperti permainan dari ketidakpastian. Secara awam, ketidakpastian itu diterjemahkan sebagai risiko. Sesuatu yang belum pasti terjadi,
akibatnya tentu tidak dikehendaki juga. Misal risiko kecelakaan, kematian, kerugian material dikarenakan gempa, banjir atau bencana alam lainnya acts of
Gods . Tak seoragpun mengetahui secara pasti kapan risiko itu akan terjadi.
28
1. Pengalihan Risiko
Menurut Abdulkadir Muhammad, bahwa tujuan asuransi adalah sebagai berikut :
Tertanggung menyadari bahwa ada ancaman bahaya terhadap harta kekayaan miliknya dan terhadap jiwanya. Jika bahaya tersebut menimpa harta
kekayaan atau jiwanya, dia akan menderita kerugian material atau korban jiwa atau cacat raganya. Secara ekonomi kerugian material atau korban jiwa
atau cacat raganya akan mempengaruhi perjalanan hidu seseorang atau ahli
27
Bagus Irawan, Hukum Kepailitan Perusahaan dan Asuransi, Bandung; Alumni, 2007 Hal 105.
28
Kun Wahyu Wardana, Op.Cit., Hal 15.
warisnya. Tertanggung sebagai pihak yang terancam bahaya merasa berat memikul beban risiko yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
Asuransi sebagai alat pengalihan risiko artinya asuransi dapat dipakai sebagai salah satu wahana unik mengadakan pengalihan risiko, dimana risiko
pihak yag satu tertanggung dialihkan kepada pihak lain penanggung yang peralihannya dilakukan dengan suatu perjanjian.
29
Untuk mengurangi atau menghilangkan beban risiko tersebut, pihak tertanggung berupaya mencari jalan kalau ada pihak lain yang bersedia
mengambil-alih beban risiko ancaman bahaya dan dia sanggup membayar kontra prestasi yang disebut premi. Dalam dunia bisnis perusahaan asuransi
selalu siap menerima tawaran dari pihak tertanggung untuk mengambil risiko dengan imbalan pembayaran premi. Tertanggung mengadakan asuransi
dengan tujuan mengalihkan risiko yang mengancam harta kekayaannya atau jiwanya. Dengan membayar sejumlah premi kepada perusahaan asuransi
penangguang sejak itu pula risiko beralih keada penanggung. Apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi tidak terjadi peristiwa yang
merugikan penanggung beruntung memiliki dan menikmati premi yang telah diterimanya dari tertanggung.
30
2. Pembayaran Ganti kerugian
Dalam hal tidak terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, maka tidak ada masalah terhadap risiko yang ditanggung oleh penanggung. Dalam
praktiknya tidak senantiasa bahaya yang mengancam itu sungguh-sungguh
29
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., Hal 12.
30
Ibid , Hal 12-13.
terjadi. Ini merupakan kesempatan baik bagi penanggung mengumpulkan premi yang dibayar oleh beberapa tertanggung yang mengikatkan diri
kepadanya. Jika pada suatu ketika sungguh-sungguh terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian risiko berubah menjadi kerugian, maka kepada
tertanggung yang bersangkutan akan dibayarkan ganti kerugian. 3.
Pembayaran Santunan Asuransi kerugian dan asuransi jiwa diadakan berdasarkan perjanjian
bebas sukarela antara penanggung dan tertanggung voluntary insurance, tetapi undang-undang mengatur asuransi yang bersifat wajib compulsory
insurance , artinya tertanggung terikat dengan penanggung karena perintah
undang-undang bukan karena perjanjian, asuransi ini disebut asuransi sosial social security insurance. Asuransi ini bertujuan melindu ngi masyarakat
dari ancaman bahaya kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau cacat tubuh, dengan membayar sejumlah kontribusi semacam premi, tertanggung
berhak memperoleh perlindungan dari ancaman bahaya. Tertanggung yang membayar kontribusi tersebut adalah mereka yang
terikat pada suatu hukum tertentu yang ditetapkan undang-undang, misalnya hubungan kerja, penumpang angkutan umum. apabila mereka mendapat
musibah kecelakaan dalam pekerjaannya atau selama angkutan berlangsung. Mereka ahli warisnya akan memperoleh pembayaran santunan dari
penanggung BUMN yang jumlahnya telah ditetapkan oleh undang-undang adalah untuk melindungi kepentingan masyarakat, dan mereka yang terkena
musibah diberi santunan sejumlah uang.
4. Kesejahteraan Anggota
Apabila beberapa orang berhimpun dalam suatu perkumpulan dan membayar kontribusi iuran kepada perkumpulan, maka perkumpulan itu
berkedudukan sebagai penanggung. Jika terjadi peristiwa yang mengakibatkan kerugian atau kematian bagi anggota tertanggung,
perkumpulan akan membayar sejumlah uang kepada anggota tertanggung yang bersangkutan.
Wirjono Projodikoro menyebut asuransi seperti ini mirip dengan perkumpulan koperasi. Asuransi ini merupakan asuransi saling menanggung
omderlinge verzekering atau asuransi usaha bernama mutual insurance yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan anggota.
31
Setelah ditelaah dengan seksama, asuransi saling menanggung tidak dapat digolongkan ke dalam asuransi murni, melainkan hanya mempunyai
unsur-unsur yang mirip dengan asuransi kerugian atau asuransi jumlah. Penyetoran uang iuranoleh anggota perkumpulan semacam premi oleh
tertanggung merupakan pengumpulan dana untuk kesejahteraan anggotanya atau untuk mengurus kepentingan anggotanya misalnya bantuan upacara bagi
anggotanya yang mengadakan selamatan, bantuan biaya penguburan bagi anggota yang meninggal dunia dan biaya perawatan bagi anggota yang
mengalami kecelakaan atau sakit, serta cacat tetap.
32
C. Jenis-Jenis Asuransi