41
e. Apabila batas waktu peminjaman uang habis
barang yang digadaikan boleh dijual atau dilelang
berlaku pada seluruh benda, baik harus yang bergerak maupun yang tidak bergerak
c. Dalam rahn tidak ada istilah bunga d. Gadai
menurut hukum
perdata dilaksanakan melalui suatu lembaga yang
di Indonesia disebut Perum Pegadaian, rahn
menurut hukum
Islam dapat
dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga.
6. Mekanisme Pegadaian Syariah
Operasi pegadaian syariah menggambarkan hubungan di antara nasabah dan pegadaian. Adapun teknis pegadaian syariah adalah sebagai
berikut: a. Nasabah menjaminkan barang kepada pegadaian syariah untuk
mendapatkan pembiayaan. Kemudian pegadaian menaksirkan barang jaminan untuk dijadikan dasar dalam memberikan pembiayaan.
b. Pegadaian syariah dan nasabah menyetujui akad gadai; akad ini mengenai berbagai hal, seperti kesepakatan biaya administrasi, tarif jasa simpanan,
pelunasan dan sebagainya. c. Pegadaian syariah menerima biaya-biaya administrasi dibayar diawal
transaksi, sedangkan menurut jasa simpan disaat pelunasan utang. d. Nasabah melunasi barang yang digadaikan menurut akad; pelunasan
penuh, uang gadai, angsuran, atau tebus sebagian.
42
7. Mekanisme Perjanjian Gadai
Mekanisme perjanjian gadai sangat ditentukan oleh banyak hal. Diantaranya adalah subjek dan objek perjanjian gadai. Subjek perjanjian gadai
adalah rahin, sedangkan objeknya adalah marhun, serta murtahin adalah yang menahan barang gadai tersebut. Mekanisme paerjanjian gadai ini dapat
dirumuskan apabila telah diketahui beberapa hal, diantaranya: a. Syarat rahin dan murtahin
b. Syarat marhun dan utang c. Kedudukan marhun
d. Risiko atau kerusakan marhun pemindahan milik marhun e. Perlakukan bunga dan riba dalam perjanjian gadai
f. Pungutan hasil marhun g. Biaya pemeliharaan marhun
h. Pembayaran utang dari marhun i. Hak murtahin atas harga peninggalan
8. Hak dan Kewajiban Penerima dan Pemberi Gadai
36
a. Hak dan Kewajiban Penerima Gadai 1 Penerima gadai berhak menjual marhun apabila rahin tidak dapat
memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Hasil penjualan harta benda gadai marhun dapat dihgunakan untuk melunasi pinjaman
marhun bih dan sisanya dikembalikan kepada rahin.
36
Zainudin Ali, Hukum Gadai Syariah, h.40.
43
2 Penerima gadai berhak mendapatkan penggantia biaya yang telah dikeluarkan untuk menjaga keselamatan harta benda gadai marhun
3 Selama pinjaman belum dilunasi maka pihak pemegang gadai berhak menahan harta benda gadai yang diserahkan oleh pemberi gadai
nasabahrahin. Berdasarkan hak penerima gadai diatas, muncul kewajiban yang
harus dilaksanakannya, yaitu sebagai berikut: 1 Penerima gadai bertanggung jawab atas hilang atau merosotnya harta
benda gadai bila hal itu disebabkan oleh kelalaiannya. 2 Penerima gadai tidak boleh menggunakan barang gadai untuk
kepentingan pribadinya. 3 Penerima gadai berkewajiban memberitahukan kepada pemberi gadai
sebelum diadakan pelelangan harta benda gadai. b. Hak dan Kewajiban Pemberi Gadai Rahin
Hak pemberi gadai rahin sebagai berikut: 1 Pemberi gadai rahin berhak mendapatkan pengembalian harta benda
yang digadaikan sesudah ia melunasi pinjaman hutangnya. 2 Pemberi gadai berhak menuntut ganti rugi atau kerusakan dan atau
hilangnya harta benda yang digadaikan, bila hal itu disebabkan kelalaian penerima gadai.
3 Pemberi gadai berhak menerima sisa hasil penjualan harta benda gadai sesudah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya lainnya.
44
4 Pemberi gadai berhak meminta kembali harta benda gadai bila penerima gadai diketahui menyalahgunakan harta benda gadainya.
Berdasarkan hak-hak pemberi gadai diatas maka kewajiban yang harus dipenuhinya, yaitu:
1 Pemberi gadai berkewajiban melunasi pinjaman yang telah diterimanya dalam tenggang waktu yang telah ditentukan, termasuk
biaya-biaya yang ditentukan oleh penerima gadai. 2 Pemberi gadai berkeajiban merelakan penjualan harta benda gadainya,
bila dalam jangka waktu yang telah ditentukan pemberi gadai tidak dapat melunasi uang pinjamannya.
45
BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE
A. Sejarah Beririnya Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Terbentuknya gadai syariah pada perum perusahaan umum pegadaian merupakan proses panjang selama kurang lebih lima tahun, dari tahun 1998
sampai akhirnya terbentuk pada awal tahun 2003. Awalnya pada tahun 1998 dengan perkembangan bank syariah yang cukup
baik dan kemunculan lembaga perekonomiaan lainnya yang berdasarkan syariah. Bagian penelitian dan pengembangan perum pegadaian mengadakan penelitian
tentang gadai syariah dan kemungkinan dibukannya pegadaian syariah dengan melakukan studi banding ke Malaysia dengan menjajaki sistem pegadaian yang
sudah berkembangan di Malaysia
1
, yang selanjutnya diadakan penggodokan rencana pendirian pegadaian syariah. Hanya saja dalam proses selanjutnya, hasil
studi banding yang didapatkan hanya ditumpuk dan dibiarkan, karena terhambat oleh permasalahan internal perusahaan.
2
Usaha lembaga keuangaan syariah dimaksud, dimulai oleh PT Bank Muamalat Indonesia BMI, yang merupakan salah satu lembaga perbankan
syariah pertama di Indonesia, beraliansi dengan Perum Pegadaian. Bentuk kerja
1
Pegadaian Syariah, Company Profile, http:www.pegadaianonline.com
diakses pada tanggal 25 April 2011.
2
Zainuddin Ali , Hukum Gadai Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h. 16