Etika Pekerja Sosial. Pekerja Sosial

27 profesional didasarkan pada dan berasal dari pekerjaan yang mereka lakukan, untuk siapa dengan siapa mereka bekerja dan dalam setting apa pekerjaan itu dilakukan. Etika pekerja sosial didasarkan pada beberapa premis atau dasar pemikiran tertentu tentang pekerja sosial dan tentang klien, dan resiko-resiko bagi klien. Dari hasil kongres III Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia IPSPI pada tanggal 20 Februari 2010 menetapkan etika pekerja sosial sebagai berikut: a. Perilaku dan Integritas Pribadi Pekerja Sosial Profesional. 1 Prilaku pribadi: pekerja sosial professional wajib memelihara dan senantiasa meningkatkan standar perilaku pribadi selama menggunakan identitas dan bertindak dalam kapasitasnya sebagai pekerja sosial professional. 2 Integritas: Pekerja sosial professional harus senantiasa bertindak dengan setinggi-tingginya integritas professional. 3 Kemampuan Profesional: Pekerja sosial professional dalam menerima tanggung jawab atau pekerjaan harus semata-mata mendasarkan pada pemahaman bahwa ia memang memiliki kemampuan untuk melaksanakannya dengan sebaik-baiknya dan atau untuk meningkatkan kemampuan yang terkait dengan tanggung jawab atau pekerjaan tersebut. 4 Pelayanan: Pekerja sosial professional wajib memastikan mutu dan cakupan lingkup pelayanan. 28 5 Keilmuan dan Penelitian: Pekerja sosial professional yang terlibat dalam bidang keilmuan dan penelitian harus mengikuti dan mematuhi tradisi-tradisi keilmuan pekerja sosial. b. Kewajiban Pekerja Sosial Professional terhadap Klien. 1 Menghargai kepentingan Klien: Pekerja Sosial professional harus mengakui, menghargai dan berusaha sebaik mungkin melindungi kepentingan klien dalam konteks pelayanan. 2 Menghargai Hak-hak Klien: Pekerja sosial professional wajib mengakui, menghargai, berupaya mewujudkan dan melindungi hak-hak klien. c. Kewajiban Pekerja Sosial Profesional Terhadap Rekan Sejawat. 1 Penghargaan, keterbukaan, dan Penghormatan: Pekerja sosial professional harus memperlakukan setiap rekan sejawatnya sebaik- baiknya dengan penghormatan, kejujuran, dan keterbukaan demi perbaikan standar pelayanan, peningkatan kemampuan professional, dan pengembangan profesi pekerja sosial. 2 Klien Rekan sejawat: Pekerja Sosial professional menghargai konteks pelayanan rekan sejawat dengan klienya. d. Kewajiban Pekerja Sosial Profesional terhadap Lembaga yang Mempekerjakanya. 1 Komitmen terhadap Lembaga yang memperkerjakanya: Pekerja sosial profesiional harus senantiasa berperanserta aktif dalam meningkatkan kinerja pelayanan lembaganya terhadap klien baik 29 melalui hubungan kerja yang kondusif maupun dalam bentuk pelayanan yang lebih bermutu kepada klien. 2 Ongkos Pelayanan: pekerja sosial professional wajib memastikan bahwa dalam kontes pelayanan terdapat unsur imbalan jeri payah yang patut dan memadai baik langsung dari klien atau pihak ketiga kepada lembaga sesuai standard an ketentuan. e. Kewajiban pekerja sosial professional terhdap profesi pekerjaan sosial. 1 Memelihara integritas Profesi: pekerja sosial professional harus memelihara dan mengembangkan unsur-unsur profesi pekerjaan sosial nilai-nilai etika, misi, ilmu pengetahuan, dan serta parktiknya. 2 Kemaslahatan masyarakat: pekerja sosial professional harus senantiasa berupaya untuk mewujudkan profesi pekerja sosial sebagai unsur pelayanan yang menjadi sumbangsih untuk kemaslahatan masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial. 3 Pengembangan Pengetahuan dan Keterampilan: pekerja sosial professional harus berperan aktif dalam mengidentifikasi, mengembangkan dan memanfaatkan unsur-unsur profesi pekerja sosial. f. Kewajiban Pekerja Sosial Profesional Terhadap Masyarakat. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial: Pekerja sosial professional wajib ikut serta memajukan kesejahteraan sosial dengan mendukung 30 perwujudan kondisi kehidupan yang kondusif bagi pemenuhan kebutuhan dasar dan hak asasi dan mendorong perwujudan nilai-nilai sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang selaras dengan cita-cita keadilan sosial. g. Kekuatan Kode Etik Profesi Pekerjaan Sosial Indonesia. Dianggap mengetahui dan kesediaan mematuhi: Pekerja sosial professional wajib mengetahui dan mematuhi ketentuan Kodepeksos dan juga menerima bahwa pengawasan terhadap pelaksanaan dan penetapan sanksi atas pelanggaran Kodepeksos etik adalah hak sepenuhnya IPSPI yang dilaksanakan oleh Dewan Pengawas Kode Etik Profesi IPSPI. 23

5. Etika Pekerja Sosial Islam.

Dalam perjalanan ilmu kesejahteraan sosial di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari budaya dan agama-agama yang berkembang di dalam Negara dan agama itu sendiri, dalam konteks Indonesia mayoritas agama yang dianut adalah Islam oleh karena itu dalam pergulatan dunia pekerja sosial di Indonesia haruslah berasimilasi dengan ajaran agama Islam yang berpegang teguh terhadap AL-Qur’an dan Hadist, berikut adalah beberapa etika pekerja sosial dalam ajaran atau menurut pandangan syariat al-maqasid al syari’ah Islam: a. Al-khifd al-din memelihara agama: yaitu seorang pekerja sosial haruslah mempunyai perlindungan agama dan keimanan. 23 Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia, Penerapan Kode Etik Profesi Pekerjaan Sosial Indonesia Jakarta: T.pn., 2010 31 b. Al-khifd al-nasl memelihara keluarga: yaitu seorang pekerja sosial harus atau wajib melindungi keluarga atau kerabat keturunanya dari kekafiran atau kesulitan hidup. c. Al-khifd al’aql memelihara qolbu: yaitu mengisyaratkan seorang pekerja sosial harus atau hendaknya memiliki kualitas pikiran dan qalbu yang baik agar bisa beramal saleh. d. Al-khifd al-maal memelihara harta: yaitu seorang pekerja sosial harus menjamin ekonomi bagi dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat, seorang pekerja sosial haruslah mampu menjaga diri, keluarga dan masyarakat agar tidak jatuh dalam jurang kemiskinan. e. Al-khifd al-nafs memelihara jiwa: yaitu seorang pekerja sosial harus menekankan urgensi setiap individu muslim memiliki kekuatan dan kemampuan untuk melindungi dan mengusahakan kesejahteraan secara mandiri serta masyarakat, dalam konteks ini pekerja sosial juga harus mampu mengaktifkan keberfungsi sosial individu masing-masing. 24 Prinsip-prinsip diatas sesunguhnya berisikan keharusan bagi setiap individu muslim ataupun pekerja sosial untuk mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan sosial bagi diri, keluarga, dan masyarakat. Dalam konteks lebih besar, hal ini merupakan akar dari gagasan”rahmatan lil’alamin” dan etika bahwa “sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bisa memberi manfaat bagi orang lain. 24 Faturahman Jamil, “ The Muhammadiyah and the Theory of Maqasid al-Shari’ah” dalam Prodica Islamica, Jakarta: Studia Islamika, 1995 Volume 2, h. 53.

Dokumen yang terkait

Minat belajar siswa pada pembelajaran sastra dengan metode demonstrasi di kelas X Madrasah Aliyah Negeri XI Jakarta

0 8 109

Peningkatan Minat Belajar Akuntansi Dengan Metode Peer Teaching Pada Konsep Jurnal Umum Dan Laporan Keuangan Siswa Kelas Xi Di Sma Darussalam Ciputat

0 6 170

Minat Membaca Karya Sastra pada Siswa Kelas XII SMK Budhi Warman II Pekayon Jakarta Timur

0 13 0

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XII SMKS PAB 2 HELVETIA T.P. 2015/2016.

1 6 28

MINAT BERWIRAUSAHA DITINJAU DARI LINGKUNGAN KELUARGA DAN PERSEPSI PELUANG KERJA PADA SISWA KELAS XI DAN Minat Berwirausaha Ditinjau Dari Lingkungan Keluarga Dan Persepsi Peluang Kerja Pada Siswa Kelas XI Dan Kelas XII Program Keahlian Akuntansi SMK Ta

0 2 15

PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESI GURU DAN LINGKUNGAN KELUARGA PENGARUHNYA TERHADAP MINAT MENJADI Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru Dan Lingkungan Keluarga Pengaruhnya Terhadap Minat Menjadi Guru Pada Siswa Kelas Xii Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Nal

0 3 14

PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESI GURU DAN LINGKUNGAN KELUARGA PENGARUHNYA TERHADAP MINAT MENJADI Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru Dan Lingkungan Keluarga Pengaruhnya Terhadap Minat Menjadi Guru Pada Siswa Kelas Xii Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Nal

0 2 16

Pengaruh prestasi belajar, dan status sosial ekonomi orang tua terhadap minat siswa kelas XII untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi : studi kasus siswa kelas XII SMA Pangudi Luhur Sedayu.

0 0 139

PERBEDAAN PERSEPSI TENTANG PROFESI KEPERAWATAN PADA SISWA SMA KELAS XII DI KABUPATEN KEBUMEN

0 0 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN - HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI DENGAN MINAT MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI SISWA KELAS XII SMKN 31 JAKARTA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 1 12