Teknik Pelaksanaan Supervisi Klinis

Kerangka acuan tersebut merupakan sebuah kesepakatan tertulis atau lisan, yang pada pertemuan akhir akan dibahas kembali. Tujuan pengajaran yang ditetapkan oleh guru mungkin perlu disempurnakan bersama sehingga menjadi lebih terukur. Komponen dari pembentukan kerangka acuan meliputi pembicaaan mengenai rencana pengajaran, membentuk kesepakatan mengenai fokus pengamatan yang akan dilaksanakan, dan memusatkan perhatian pada sasaran perekam apa yang ingin dipergunakan. Disamping itu, keterampilan selaku seorang konselor maupun seorang guru amat penting dikuasai oleh supervisor. Dalam kegiatan supervisi tersebut akan tertampilkan kemampuan supervisi dalam menjalin kemitraan kerja, memberikan respon terhadap situasi tertentu yang timbul, menyampaikan saran dan kemampuan menggunakan berbagai teknik bertanya. Dengan kata lain keterampilan membentuk kerangka adalah keterampilan menuangkan gagasan-gagasan baik tertulis maupun lisan dalam bentuk yang sederhana helas dan fleksibel dalam rangka menjaring berbagai masukan dan informasi yang bermanfaat bagi pelaksanaan tugas- tugas guru dan kepala sekolahmadrasah. b Keterampilan memusatkan perhatian kepada guru Keterampilan kedua yang perlu dimiliki oleh supervisor adalah mengamati perilaku guru yang sebenarnya sudah ada acuan bukunya mengenai kemampuan mengajar yang baik. Untuk keperluan pembahasan pada akhir pengamatan seyogyanya dipergunakan berbagai sarana perekam. Kamera video merupakan salah satu sarana perekam yang efektif. Guru dapat melihat kembali penampilannya di depan kelas dan episode tertentu dapat diulang untuk diamati bersama dan kemudiandibahas. Bahkan rekaman semacam ini dapat pula dimanfaatkan dalam sebuah lokakarya. Komponen keterampilan ini mencakup pengidentifikasian kegiatan pendahuluan, pencatat gerak tanggapan dari siswa maupun guru, dan membuat kategori pertanyaan yang diajukan oleh guru. Berapa banyak pertanyaan yang mendorong terjadinya proses belajar diajukan guru. Adakah pertanyaan-pertanyaan yang memojokan siswa, yang terlalu sulit dijawab dan seterusnya. Dengan demikian keterampilan dalam memuatkan perhatian kepada guru dimaksudkan agar supervisor betul-betul memahami berbagai hal yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajr dan mengetahui berbagai keluhan yang dirasakan dan membantu mencari cara terbaik sebagai jalan keluar c Keterampilan memusatkan perhatian kepada siswa Kemampuan mengamati perilaku siswa selama kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang supervisor pengawas. Hal-hal ini yang diamati antara lain adalah langkah- langkah guru dalam mendorong siswa untuk berpartisifasi aktif. Adapun komponen-komponen pengamatan ini meliputi mencatat mentabulasi beberapa kali terjadi partisipasi siswa, mencatat sisapa saja siswa yang berinisiatif untuk melakukan sesuatu yang menunjukan aktivitas belajar mereka, dan mencatat banyaknya waktu yang dapat dimanfaatkan siswa untuk melakukan tugas-tugas. Hal ini sangat bergantung pada perencanaan dan siasat pengajaran yang disusun dan diterapkan oleh guru. Untuk mengamati siswa, tidak ada jalan lain bagi supervisor kecuali masuk kelas melakukan observasi kegiatan belajar mengajar di kelas jika menghendaki data yang akurat dan objektif. Bila hal tersebut tidak dilakukan maka sudah dapat dipastikan supervisi klinis tidak akan berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang ditentukan. d Keterampilan memusatkan perhatian kepada interaksi Yaitu kemampuan untuk mengamati interaksi kelas yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Perilaku guru atau siswa lebih mudah diamati karena mengandung spesifikasi-spesifikasi terntentu. Sedangkan interaksi lebih sulit dirumuskan. Mengamati gerak psikologis yang terwujud interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa antara siswa dengan guru. Oleh karena itu mungkin peristiwa itu hanya terjadi selam interaksi berjalan. Untuk keperluan tersebut guru menggunakan bentuk-bentuk interaksi variabel yang selanjutnya sebagai berikut: 1 Guru menciptakan konteks atau suasana yang mengajak siswa siap memasuki pelajaran baru, sebelum guru memulai memperkenalkan topik baru. 2 Pada kesempatan ini siswa dipersiapkan untuk memasuki suasana belajar. Kegiatan ini seringkali disebut kegiatan appersepsi 3 Upaya seorang guru atau siswa untuk memancing respon verbal atau non verbal dengan tujuan memperolehinformasi. Dengan penugasan atau pertanyaan guru menjajagi apakah siswa sudah menguasai bahan atau pengertian konsep tertentu yang menjadi persyaratan memahami bahan pelajaran baru. 4 Memberikan respon atau tanggapan responding oleh guru maupun siswa mengenai sesuatu yang diperbincangkan atau didemonstrasikan. Biasanya guru mengajukan sebuah persoalan atau pertanyaan yang menuntut siswa untuk berfikir dan merespon. Dapat juga situasinya terbalik, justru siswa yang mengajukan persoalan kepada guru. Dalam hal ini guru yang bijaksana akan melempar kembali persoalan tersebut ke kelas, dan meminta siswa lain yang mau mencoba, guru memancing dengan pertanyaan yang mengarah kepada jawaban yang tidak langsung. Pada waktu tidak ada seorangpun siswa yang mampu menjawab, guru meyampaikan keterangan-keterangan untuk menjelaskan masalah yang dibahas. 5 Reaksi terhadap apa yang ditanyakan atau ditugaskan, dan mungkin juga terhadap respon siswa yang diberikan siswa atau guru yang perlu diamati atau observasi dengan seksama. Reaksi dapat juga terjadi terhadap respon guru atau respon siswa. Reaksi juga terjadi dengan cepat atau lambat tergantung permasalahan atau situasi tertentu yang tercipta di dalam kelas. e Mengkonsolidasikan analisis awal Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mendiskusikan informasi yang telah direkam. Dalam pembahasan ini ada baiknya supervisor atau pengamat meninjau ulang peristiwa belajar mengajar yang diamatinya. Cuplikan kegiatan dari belajar mengajar diangkat sebagai topik pembahasan. Unsur-unsur pengajaran dianalisis, dan diinterprestasikan dalam pembahasan tersebut. Acuan yang dipergunakan ialah kesepakatan yang disetujui bersama pada pertemuan awal menjelang pengamatan. Data akurat mengenai hasil pengamatan menjadi dasar pembahasan komponen. Komponen keterampilan ini meliputi kegiatan menilai perencanaan dan persiapan guru untuk mengajar, menimbang-nimbang pendekatan metode dan teknik pengajaan yang diterapkan guru, memperhitungkan faktor-faktor situasional yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pendidikan di dalam kelas, dan memberikan pengakuan atas unsur-unsur positif dan potensi yang dimiliki guru. f Keterampilan manajerial Perlu diperhatikan oleh para supervisor pengawas bahwa supervisi pada umumnya merupakan kegiatan bagian dari kegiatan manajemen. Jika diterapkan manajemen yang memusatkan perhatian pada upaya mencapai tujuan supervisi klinis dikaitkan dengan upaya pengembangan staf. Olehkarena itu, setelah dilaksanakan supervisi harus ada follow up tindak lanjut yaitu supervisor memberikan catatan kepada orang yang disupervisi apa-apa saja potensi yang dimiliki dan mungkin dapat dikembangkan, kesanggupan orang yang disupervisi untuk memperbaiki kekurangan dan memlihara unsur-unsur positif yang dimilikinya. Pada akhirnya pertemuan juga diberitahukan kepada orang yang disupervisi bahwa pada waktu lain supervisor akan berkunjung kembali. Guru yang disupervisi diminta untuk memperbaiki kekurangannya dalam pelaksanaan tugas-tugas mengajar selanjutnya. 24 24 Husni Rahim, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan…., h. 65-81

6. Peranan Supervisor Dalam Pelaksanaan Supervisi Klinis

Tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti kepala sekolah hendaknya pandai meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat mana yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan pendidikan disekolah itu tercapai dengan maksimal. Khususnya dalam bidang pembinaan kurikulum, tugas kepala sekolah sebagai supervisor sangat penting karena justru bidang ini adalah faktor “strategi” untuk menentukan keberhasilan sekolah itu. Beberapa langkah yang perlu dikerjakan antara lain: 25 1. Membimbing guru agar dapat memilih metode mengajar yang tepat. 2. Membimbing dan mengarahkan guru dalam pemilihan bahan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan kehidupan masyarakat. 3. Mengadakan kunjungan kelas yang teratur untuk observasi pada saat guru mengajar dan selanjutnya didiskusikan dengan guru. 4. Pada awal tahun pelajaran baru, mengarahkan penyusunan silabus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. 5. Menyelenggarakan rapat rutin untuk membahas kurikulum pelaksanaanya disekolah. 6. Setiap akhir pelajaran menyelenggarakan penilaian bersama terhadap program sekolah. Selanjutnya sebagai implikasi tugas supervisor tersebut beberapa hal yang perlu dilakukan kepala sekolah sebagai pimpinan adalah: 25 B. Suryo Subroto, Deimensi-dimensi Administrasi Pendidikan disekolah, Jakarta: Bina Aksara, 1988 h. 145-150 1. Mengetahui keadaankondisi guru dalam latar belakang kehidupan lingkungan dan sosial ekonominya, hal ini penting untuk tindakan kepemimpinannya. 2. Merangsang semangat kerja guru dengan berbagai cara 3. Mengusahakan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan guru. 4. Meningkatkan partisipasi guru dalam kehidupan sekolah. 5. Membina rasa kekurangan dilingkungan sekolah antar kepala sekolah, guru dan pegawai 6. Mempercepat hubungan sekolah dengan masyarakat, khususnya BP3 dan orang tua murid. Dalam kaitannya dengan peningkatan kerja tenaga kependidikan, dan kualitas sekolah, kepala sekolah profesional seperti disarankan Sellis harus memperhatikan hal-hal berikut: 26 1. Mempunyai visi atau daya pandang yang mendalam tentang mutu yang terpadu bagi lembaganya maupun bagi tenaga kependidikan dan peserta didik yang ada disekolah 2. Mempunyai komitmen yang jelas pada proses peningkatan kualitas 3. Mengkomunikasikan pesan yang berkaitan dengan kualitas 4. Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan kebijakan lembagasekolah 5. Menyakinkan terhadap para pelanggan peserta didik, orang tua, masyarakat bahwa terdapat “channel” cocok untuk menyampaikan harapan dan keinginannya 6. Pemimpin mendukung pengembangan tenaga kependidikan 7. Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul tanpa dilandasi bukti yang kuat 8. Pemimpin melakukan inovasi terhadap sekolah 9. Menjamin struktur organisasi yang menggambarkan tanggung jawab yang jelas 26 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006 Cet. Ke VIII h. 86