BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan tolak ukur suatu pemerintahan yang berkembang, menyediakan bantuan keuangan melalui peningkatan mutu pendidikan dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu negara. Sehubungan dengan itu, pemerintah terus melakukan upaya peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan,
antara lain dengan mengeluarkan program Bantuan Operasional Sekolah BOS yang merupakan penggantian atas pengurangan subsidi bahan bakar minyak dan
sehubungan dengan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang ditujukan agar para siswa memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu.
Pemerintah memprogramkan pemberian BOS bagi SDMISDLBSMPMTsSMPLB negeri atau swasta dan Pesantren Salafiyah serta sekolah agama non Islam setara SD
dan SMP yang menyelenggarakan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Sekolah berperan dalam mendukung program tersebut dengan menggunakan dana tersebut
seefektif mungkin untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Dirjen
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada
1
jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut pemerintah pusat dan
pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar serta satuan pendidikan lain yang sederajat. Program
Bantuan Operasional Sekolah BOS merupakan wujud dari pelaksanaan Pasal 34 ayat 2 tentang wajib belajar.
Bantuan Operasional Sekolah adalah program pemerintah yang pada dasarnya untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan pendidikan
dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Menurut Peraturan Mendiknas nomor 69 Tahun 2009, standar biaya operasi non personalia adalah standar biaya yang
diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi non personalia selama 1 satu tahun sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat
melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan
personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS. Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan dan
keputusan bersama antara Tim Manajemen BOS Sekolah, dewan guru, dan komite sekolah yang harus didaftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam
RKASRKAPBS, disamping dana yang diperoleh dari Pemda atau sumber lain yang sah. Oleh karena keterbatasan dana BOS dari pemerintah pusat, maka biaya untuk
investasi sekolah dan kesejahteraan guru harus dibiayai dari sumber lainnya, dengan prioritas utama dari sumber pemerintah daerah
Program Bantuan Operasional Sekolah yang dimulai sejak bulan Juli 2005 sampai dengan sekarang tahun 2010, berperan besar dalam percepatan pencapaian
program wajar 9 tahun tersebut. Tahun 2009 pemerintah melakukan perubahan tujuan, pendekatan dan orientasi dari program BOS. Program tersebut ke depan bukan
hanya berperan untuk mempertahankan APK, namun harus juga berkontribusi besar untuk peningkatan mutu pendidikan dasar. Selain daripada itu, dengan kenaikan biaya
satuan BOS yang signifikan, program ini akan menjadi pilar utama untuk mewujudkan pendidikan gratis di pendidikan dasar.
Peningkatan biaya satuan BOS pada tahun 2009 cukup signifikan merupakan salah satu bukti komitmen pemerintah dalam menyelenggarakan amanat UUD perihal
20 anggaran untuk pendidikan. Komitmen pemerintah ini harus juga diikuti oleh peningkatan komitmen pemerintah daerah serta peran masyarakat dalam pengawasan
program dan pendanaan. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 semakin memperjelas jenis-jenis dana pendidikan, serta peran dan tanggung
jawab masing-masing pemangku kepentingan. Demikian juga kebijakan program buku murah Kementerian Pendidikan Nasional yang dimulai tahun 2008, akan
menjadi salah satu acuan utama program BOS tahun 2010. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Santoso 2007 mengenai
keefektivan penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah di Sekolah Dasar se- Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar sebagai berikut: 1 tingkat keefektivan
penggunaan dana BOS sudah berjalan baik, 2 tingkat pembelajaran sudah berjalan baik, 3 penerapan dana BOS dalam pembelajaran belum dapat bejalan dengan baik,
masih banyak kendala yang mungkin dihadapi oleh sekolah misalnya mengenai kegiatan siswa di luar pembelajaran, 4 tidak ada perbedaan yang signifikan atas
prestasi siswa sebelum menggunakan dana BOS dan prestasi siswa sesudah menggunakan dana BOS.
Kenyataan di lapangan berbeda dengan hasil penelitian tersebut, penggunaan dana BOS tidak sesuai dengan harapan pemerintah. Beberapa peristiwa
penyelewenangan, salah penggunaan dana, ketidak mampuan petugas sekolah memahami petunjuk dan prosedur yang benar dalam perencanaan, penggunaan, dan
pelaporan. Penggunaan dana BOS tersebut tidak sesuai prosedur. Bantuan block grand dari pemerintah pusat tersebut justru digunakan oleh kepala sekolah untuk
pembangunan fisik berupa rehab ruang kepala sekolah, dan beberapa pekerjaan fisik lainnya. Terungkapnya penyelewengan penggunaan dana BOS tersebut bermula dari
pengaduan Komite Sekolah Sekolah Dasar Golantepus ke DPRD. Selain itu, proses pembangunan tersebut dilakukan tanpa persetujuan komite sekolah dan orang tua
wali murid dan prosesnya juga tidak melibatkan komite dan orang tua wali murid www.wawasan
digital.com, diakses 10 April 2010. Penyimpangan dalam penggunaan dana bantuan operasional sekolah juga
terjadi pada Sekolah Dasar Negeri Lawe Serke. Kepala Sekolah SDN Lawe Serke dinilai sangat tertutup dalam pengelolaan dana itu, sehingga para dewan guru dan
komite sekolah setempat tidak mengetahui jumlah, penggunaan, dan realisasi dana
BOS di sekolah. Wakil kepala sekolah sekaligus bendahara dana BOS, Suhardi S.Pd mengakui tidak mengetahui pasti berapa jumlah dana yang sudah dialokasikan ke
sekolah. “Masalah kegunaan dana BOS tersebut kepala sekolah juga tidak pernah mendiskusikan kepada bendahara BOS maupun dewan guru lainnya. Dana BOS yang
sudah ditarik dipegang oleh kepala sekolah tanpa menyerahkan kepada bendahara” www.serambinews, diakses 10 April 2010.
Masih ada peristiwa dalam bentuk gagal menyusun laporan keuangan, tidak siknronnya akumulasi perhitungan yang dilakukan oleh kepala sekolah, dewan guru,
dan komite sekolah yang mengakibatkan pihak Dinas Pendidikan Sintang langsung mengambil tindakan tegas kepada kepala sekolah sehingga kepala sekolah tersebut
dimutasi artikel Endang Kusmiyati, 14 November 2009. Peristiwa-peristiwa diatas menunjukkan kinerja bendahara BOS belum efektif
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Kegagalan ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, kemampuan bendahara memahami prosedur penggunaan dana
BOS, kurangnya koordinasi antara bendahara BOS dengan kepala sekolah, dewan guru, dan komite sekolah, tidak jelasnya peran bendahara BOS dalam perencanaan,
penggunaan, dan pelaporan keuangan. Penyimpangan penggunaan dana BOS juga merupakan wujud ketidakpuasan kerja bendahara BOS.
Atas dasar ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis kepuasan kerja, kejelasan peran, dan kinerja bendahara bantuan operasional
sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kota Medan”.
1.2. Rumusan Masalah