Metode Penerjemahan Granada Sistem 4 langkah

2. Metode penerjemahan Al Quran Sistem 40 jam

Mengapa harus Sistem 40 Jam? Hal ini disebabkan karena sistem ini diharapkan masyarakat bisa menguasai suatu kajian materi tertentu dalam setiap jenjang yang dapat dijangkau dalam durasi waktu 40 jam. Sebagaimana materi- materi kajian yang lain. Kajian terjemah ini dapat pula diberikan dua kali dalam setiap minggu, dan durasi waktu masing-masing 90 menit, berarti setiap minggu 3 jam, dengan demikian setiap bulannya 12 jam. Jadi dalam waktu 3 tiga bulan 12 x 3 jam = 36 jam, kemudian ditambah 4 jam lain sebagai langkah untuk mengadakan evaluasi secara umum. 23 Dengan demikian, satu paket yang bermuatan 1 satu juz Al Quran, misalkan juz I kurang lebih terdiri dari 3.624 kosa kata, setelah dibagi ayat per ayat dalam setiap kali tatap muka, akan dapat direalisasikan dalam waktu 40 jam itu, ditambah dengan diadakan evaluasi di akhir setiap tatap muka, yang bukan saja berfungsi untuk memantapkan materi kajian yang diterima, tetapi juga bisa menimbulkan motivasi untuk berkompetisi antar peserta itu sendiri.

3. Metode Penerjemahan Granada Sistem 4 langkah

Metode granada ditemukan oleh Solihin Bunyamin Ahmad, Lc melalui pengalaman mengajar yang cukup lama dan semangat untuk bisa mencetak peserta didiknya menjadi pandai lebih cepat dibanding waktu yang dihabiskan untuk belajar menggunakan metode lain. Ketika seorang santri mengeluh akan 23 Pendidikan dan Pelatihan Program Terjemahan al-Quran Sistem 40 Jam, Jakarta: Tim Penyelenggara Pelatihan Terjemah Al Quran Sistem 40 Jam TPPTQ Masjid Istiqlal,2001, h.1 susahnya mempelajari Bahasa Arab, dia mengatakan bahwa itu merupakan hal yang mudah. Padahal saat itu dia masih merasa kesulitan mengenal perubahan kata dan kedudukan kata dalam Bahasa Arab. Dengan hidayah Allah dia memaparkan beberapa poin untuk meyakinkan santrinya bahwa Bahasa Arab merupakan satu-satunya bahasa yang paling mudah dipelajari 24 . Di antara poin itu adalah: 1. Komponen dalam Bahasa Arab hanya ada tiga, yaitu kata benda, kata kerja, dan huruf bermakna. 2. Ciri-ciri kata benda secara garis besar hanya ada tiga, yaitua: diawali : al ada tanwin dan diawali oleh huruf I mim. Adapun kata yang menunjukkan nama orang, binatang, kota, alam lain, atau nama pekerjaan itu pasti kata benda. 3. Kata kerja terbagi menjadi tiga, yaitu: a. Kata Kerja Bentuk Lampau KKBL b. Kata Kerja bentuk Sedang, Akan, atau Kebiasaan KKBSAK c. Kata Kerja Bentuk Perintah KKBP 4. Huruf bermakna adalah huruf yang memiliki makna, ciri-cirinya adalah jika ia bukan kata kerja dan juga bukan kata benda tetapi memiliki makna, maka ia adalah huruf, seperti artinya apakah. Dia juga mencoba meyakinkan santrinya bahwa dengan seizin Allah, dalam waktu singkat, mereka akan bisa menerjemah secara harfiyah. Mereka juga 24 Solihin Bunyamin Ahmad Lc, Panduan Belajar Mengajar Metode Granada Sistem 4 Langkah, Jakarta: Granada Investa Islami, 2003, cet ke-4. h.1 akan bisa menerjemah secara maknawiyah dengan latihan yang serius dan istiqamah. Selain itu, dia juga menganjurkan agar santrinya mendalami Bahasa Arab di lembaga-lembaga Bahasa Arab terdekat, karena metode Granada bukanlah metode yang sempurna. Metode Granada hanya bisa digunakan untuk menerjemah teks-teks Arab yang berharakat. Sedang dengan mempelajari Bahasa Arab di lembaga-lembaga Bahasa Arab mereka akan dididik untuk dapat bercakap-cakap bahkan membaca literatur dan menulis dengan Bahasa Arab yang tak berharakat.

BAB III PROFIL PENERJEMAHAN AL QURAN METODE GRANADA

DAN BIOGRAFI SOLIHIN BUNYAMIN AHMAD

A. Profil Penerjemahan al Quran Metode Granada 1.

Sejarah Penemuan Metode Granada Metode Granada tentu bukan sebuah metode yang ditemukan Solihin dalam waktu yang singkat. Ada latar belakang yang tidak bisa ditepis Solihin sebagai sejarah panjang penemuan Metode Granada ini. Awal ceritanya mungkin bisa diruntut sewaktu dia di kelas 4 SD, saat itu dia membaca sebuah buku berjudul Pandai Merangkum Pelajaran. Dari situlah dia mulai berlatih bagaimana buku pelajaran sekolah dapat dirangkum. Pada akhirnya, sembilan mata pelajaran untuk empat bulan berhasil dia rangkum dalam waktu dua bulan. Dari ringkasan-ringkasan tersebut menjadi sumber inspirasi atau pola pikir bahwa segala sesuatu dapat diringkas. Bahkan dalam menghapal al Quran pun dia menggunakan cara meringkas, yaitu dengan cara menulis ayat pertama dari setiap halaman sehingga dia dapat mengingat setiap halaman. 25 Tetapi pola pikir itu belum sepenuhnya menjadi cetusan awal kelahiran Metode Granada, justru pemicunya terjadi sekitar tahun 1998, setelah dia bertahun-tahun mengajar bahasa Arab di sejumlah instansi dan majlis taklim, namun peserta didiknya ada yang mengaluh akan susahnya mempelajari bahasa Arab. 26 25 Solihin Bunyamin Ahmad Lc, Wawancara Pribadi, Jakarta 28 Februari 2008 26 Ibid. 23