Penerjemahan al-Quran metode granada

(1)

ABSTRAK Penyusun : Febrianto

Nim : 103024027541

Judul : Penerjemahan Al Quran Metode Granada

Perhatian umat Islam dalam menghayati dan mempelajari Al-Qur’an sangat besar, dikarenakan Al-Qur’an merupakan pedoman hidup di dunia dan akhirat. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya cara yang digunakan untuk menghayati dan mempelajari Al-Qur’an, seperti metode penerjemahan al Quran sistem 40 jam, metode penerjemahan al Quran sistem 100 kali pandai, dan metode penerjemahan al Quran Granada sistem empat langkah.

Metode Granada merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menerjemahkan Al-Qur’an. Metode ini menggunakan empat langkah dalam menerjemahkan al Quran, yaitu; menguasai komponen kalimat dalam bahasa Arab; menguasai kata-kata tak berubah; menguasai rumus-rumus Granada; dan latihan yang istiqamah.

Penelitian mengenai penerjemahan al Quran metode Granada ini sangat penting dilakukan, karena dengan adanya penelitian ini pembaca dapat mengetahui bagaimana cara menerjemahkan al Quran yang efektif dan cepat, mungkin selama ini masyarakat hanya menggunakan terjemahan al Quran terbitan depag, tanpa memiliki keinginan untuk mengetahui bagaimana cara mereka menerjemahkan al Quran.

Dalam metode ini, para pemula diberikan pelajaran untuk mengelompokkan semua perubahan kata sehingga mereka mengetahui pola-pola kalimat dalam Al-Qur’an dan mampu menerjemahkannya. Bagi para pemula, metode ini sangat membantu dalam mempelajari bahasa arab khususnya al Quran dalam waktu yang relatif singkat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi metode Granada dalam menerjemahkan al Quran dan untuk mengetahui apa kelebihan dan kekurangan yang dimiliki metode Granada, sehingga dapat memicu ketertarikan pembaca dalam mengkaji al Quran, khususnya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Penulis, sehingga skripsi yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana sastra Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini dapat Penulis selesaikan.

Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarganya, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di hari akhir. Amin!

Penulis sangat menyadari dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak sekali hambatan dan rintangan yang menghadang, mulai dari persoalan teknis pengumpulan data sampai perasaan malas yang kerap kali menghinggapi diri penulis. Namun pada akhirnya penulis dapat mengatasi semua persoalan tersebut.

Selain karena rahmat-Nya, penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak yang dengan tulus memberikan bimbingan dan motivasi. Tanpa semua itu, upaya penulis tak akan pernah berarti apa-apa. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Abd. Chair, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora. 2. Bapak Drs. Abdullah, M.Ag, Pembantu Dekan III Fakultas Adab dan

Humaniora yang telah berjuang dengan gigih membangun Jurusan Tarjamah untuk menjadi yang terbaik.


(3)

4. Bapak Drs. Ikhwan Azizi, MA. Ketua Jurusan Tarjamah yang tak kenal lelah bekerja demi kemajuan Jurusan Tarjamah.

5. Bapak H. Ahmad Saekhuddin, M.Ag. Sekretaris Jurusan Tarjamah merangkap sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya serta kesabarannya dalam membimbing penulis. 6. Ibu Karlina Helmanita M.Ag. selaku dosen seminar skripsi yang telah

merekomendasikan skripsi penulis hingga diterima oleh Fakultas Adab dan Humaniora dan atas semua arahannya mengenai prinsip-prinsip dalam penulisan skripsi.

7. Seluruh dosen Jurusan Tarjamah yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan bahasa, budaya, dan terjemahan khususnya bapak Moch. Syarif Hidyatullah, Lc., M.Hum, yang mengajarkan seluk beluk dunia terjemah.

8. Bapak Solihin Bunyamin Ahmad Lc., selaku penulis dan penemu Metode Penerjemahan al Quran Granada, terima kasih banyak atas bantuannya yang telah meluangkan waktu untuk wawancara dan memberikan informasi seputar Metode Penerjemahan al Quran Granada selama penulisan skripsi ini berjalan.

9. Kedua orang tua penulis tercinta, Ayahanda (H. Gito Abdullah) dan Mama (Hj. Jelita Seniwati) yang dalam setiap nafasnya selalu mengalir doa untuk kebahagiaan dan keberhasilan penulis dan mencurahkan kasih sayangnya tidak hanya sebagai orang tua, tapi juga dapat menjadi sahabat tempat berbagi rasa dan keluh kesah. Untuk kakak penulis, bang Agus Salim,


(4)

terima kasih untuk dukungan moril dan motivasinya, Untuk adik penulis, Nasrullah, Ivadatul Anam, dan Hauliah Arifiani, perjuangan kalian masih panjang. Jangan pernah lelah menggapai mimpi!

10. Keluarga penulis, Nenek tercinta, Abah Eman, Uncle Rawan, Uncle Syahrul, Om Thamrin, Aunt Burdah, Aunt Merni, Aunt Elis, Aunt Siti, Aunt Maida. Terimakasih untuk dukungan moril, materil dan motivasinya. 11. Perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora yang

menyediakan beragam buku referensi sebagai bahan pustaka dalam skripsi ini.

12. Teman-teman di Jurusan Tarjamah Angkatan 2003 dan semua teman-teman seperjuangan di kampus. Terima kasih atas semua bantuan dan sumbangsih kalian yang tak terhitung.

Terima kasih banyak penulis haturkan untuk pihak-pihak yang tidak penulis sebutkan satu per satu. Pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi dan pendidikan S1. Penulis merasa skripsi ini masih banyak sekali kekurangan. Namun, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya, baik sebagai rujukan penulisan skripsi, penulisan makalah, atau barometer untuk penelitian selanjutnya. Semoga kita yang selalu berusaha untuk menambah pengetahuan, diberi kemudahan oleh Allah swt.

Mei 2008 Febrianto


(5)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... ... i Abstrak...

... iv Daftar Isi...

... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah... ... 1 B. Perumusan dan pembatasan masalah ...

... 3 C. Tujuan penelitian ...

... 4 D. Metodologi penelitian ...

... 4 E. Sistematika penulisan...

... 5

BAB II TEORI TERJEMAH DAN METODE

PENERJEMAHAN AL QURAN

A. Teori Terjemah... ... 6


(6)

1. Pengertian Terjemah... ... 6 2. Jenis - Jenis Terjemahan ...

... 11 3. Proses Penerjemahan ...

... 17 B. Metode Penerjemahan Al Quran...

... 19 1. Metode Penerjemahan Al Quran Sistem 100 kali

pandai... 19 2. Metode penerjemahan Al Quran Sistem 40 jam ... 20 3. Metode Penerjemahan Granada Sistem 4 langkah ... 21 BAB III PROFIL PENERJEMAHAN AL QURAN METODE

GRANADA DAN BIOGRAFI SOLIHIN BUNYAMIN AHMAD

A. Profil Penerjemahan al Quran Metode Granada... 23

1. Sejarah Penemuan Metode Granada ... 23

2. Dasar Penyusunan Metode Granada ... 24

3. Tujuan Granada ... 25


(7)

B. Biografi Solihin Bunyamin Ahmad ... 26

BAB IV APLIKASI METODE GRANADA DALAM

MENERJEMAHKAN AL QURAN

A. Proses Belajar Mengajar... 28

1. Pra Menerjemah ... 28

2. Proses Menerjemah ... 28

a. Langkah pertama... 28

b. Langkah kedua... 36

c. Langkah ketiga... 39

d. Langkah keempat... 45

B. Aplikasi Metode Granada dalam Menerjemahkan Al

Quran... 46 C. Faktor Pendukung dan Penghambat...


(8)

1. Pendukung ... 50

2. Penghambat... 51

D. Kelebihan dan Kekurangan Metode Granada Dalam

Proses Penerjemahan... 51 1. Kelebihan... 51

2. Kekurangan... 52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 53

B. Rekomendasi... 54

Daftar Pustaka ... 56

Daftar Lampiran ... 57


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beberapa orang beranggapan bahwa menerjemahkan merupakan suatu pekerjaan yang mudah, padahal orang yang mengerti bahasa sumber dan bahasa sasaran (yang merupakan komponen utama dalam menerjemahkan) belum tentu menjadi jaminan bahwa dia dapat menerjemahkan dengan baik dan benar. Hal inilah yang banyak tidak disadari, sehingga tidak aneh jika terdapat seseorang yang baru memiliki sedikit penguasaan Bsu sudah berani menjadi seorang penerjemah. Hal tersebut dapat menjadi penyebab banyak bermunculan biro penerjemahan.

Seorang penerjemah bukan mesin terjemah. Dia harus bisa mempertahankan teks sebagai teks, bukan teks yang kemudian berubah menjadi “sampah”. Seorang penerjemah juga tidak mungkin hanya mengandalkan pemaknaan teks pada kamus, karena pada kasus-kasus tertentu kamus tidak menyediakan makna yang tepat untuk teks tertentu. Wawasan mengenai konteks menjadi sesuatu yang niscaya dimiliki oleh seorang penerjemah. Wawasan ini tidak mungkin begitu saja dapat dimiliki tanpa adanya penyelaman yang mendalam dan kedekatan “emosional” antara dirinya dan teks tersebut. Perlu waktu yang lama untuk menjadi seorang penerjemah yang “disukai” banyak orang. Kesabaran dalam menyelami teks dan tidak terburu-buru memvonis satu


(10)

kata dengan makna tertentu merupakan prasyarat lain yang harus dimiliki seorang penerjemah.1

Selain memahami apa itu menerjemahkan dan apa yang harus dihasilkan dalam terjemahannya seorang penerjemah hendaknya mengetahui bahwa kegiatan menerjemahkan itu kompleks dan merupakan suatu proses yang terdiri dari serangkaian kegiatan sebagai unsur integralnya.2 Menguasai materi yang akan diterjemahkan, menguasai bahasa asing dalam buku yang akan diterjemahkan, menguasai bahasa Indonesia dengan baik, dan menguasai teknik menerjemah juga merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang penerjemah.

Penerjemahan yang benar bergantung pada dan siapa penerjemahan itu dilakukan, atau dengan kata lain siapa calon pembaca terjemahan tersebut. Jadi, reaksi pembaca pada teks terjemahan harus sama dengan dengan reaksi pembaca pada teks sumber. Oleh karena itu sebelum penerjemah melakukan proses terjemahan dia perlu melakukan apa yang disebut dengan audiens designe

(menimbang siapa calon pembaca terjemahan dan apa tujuan menerjemahkan teks tersebut). Disinilah pentingnya metode penerjemahan bagi seorang penerjemah. Disesuaikan dengan tujuan penerjemahan, penerjemah dapat menentukan satu atau beberapa metode dalam penerjemahan.

Dapat dikatakan hingga saat ini masih jarang metode yang dianggap “pas” demi untuk bisa diikuti oleh masyarakat yang beragam latar belakang pendidikan, profesi, kesempatan skaligus status sosialnya, apalagi yang berlatar belakang pendidikan Islam dan tidak pernah mendapatkan pengetahuan tentang bahasa

1

Syarif Hade Masyah Lc,. M. Hum, Teknik Menerjemah Teks Arab 1, (Jakarta: Transpustaka, 2005), cet. ke-I, h. 2

2


(11)

Arab. Kondisi seperti ini menambah kecenderungan semakin asingnya aktivitas yang berkorelasi dengan keislaman, misalnya mempelajari bahasa Al Quran atau bahasa Arab, ditambah dengan masih jarangnya lembaga-lembaga yang concern

dan fokus dalam kegiatan penerjemahan Al Quran.

Ketertarikan penulis dalam memilih judul Penerjemahan Al Quran Metode Granada ini adalah karena masih jarangnya metode yang dipakai dalam upaya penerjemahan Al Quran. Metode Granada ini merupakan salah satu metode yang saat ini digunakan dalam kegiatan penerjemahan di lembaga-lembaga yang mengajarkan program penerjemahan. Jika dilihat dari peserta program ini yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan dan tidak mengetahui dasar pengetahuan tentang bahasa Arab yang mendalam. Hal ini menjadikan daya tarik tersendiri bagi penulis untuk meneliti dan mengkritisi penerapan metode ini. Disamping itu, sejauh pengamatan penulis melalui studi kepustakaan belum ada sebuah karya tulis yang difokuskan untuk meneliti dan mengkritisi metode ini.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Sepanjang yang penulis ketahui, ada beberapa metode dalam memerjemahkan Al Quran. Seperti menerjemahkan Al Quran menggunakan metode 40 jam, Amtsilati, dan 100 kali pandai. Namun, dalam penulisan skripsi ini penulis memfokuskan pada penerjemahan metode Granada saja, demi menyelamatkan pembahasan agar tidak melebar kemana-mana.


(12)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dianalisis sebagai berikut:

1. Bagaimanakah mengaplikasikan metode penerjemahan Granada dalam menerjemahkan Al Quran?

2. Apa kelebihan dan kekurangan metode penerjemahan Granada ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui aplikasi metode penerjemahan Granada dalam menerjemahkan Al Quran.

2. Untuk mengetahui apa kelebihan dan kekurangan metode penerjemahan Granada.

D. Metode Penelitian

Dalam memperoleh data dan sumber-sumber sebagai bahan mentah untuk penelitian yang penulis lakukan ini, penulis menggunakan metode studi lapangan (Field research). Karena bentuk studi yang penulis lakukan lebih dominan di lapangan atau lokasi. Namun, penelitian ini masih membutuhkan dukungan data primer (Primary factum). Untuk itu, penulis akan melakukan wawancara (Interview) pada beberapa responden untuk melengkapi data-data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.


(13)

E. Sistematika Penulisan

Penulis membagi skripsi ini menjadi beberapa bab, guna mempermudah pemahaman terhadap hasil analisis yang disampaikan penulis. Skripsi ini terbagi menjadi lima bab, antara lain:

BABI : Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Teori Dan Metode Penerjemahan. Meliputi Pengertian Terjemah, Jenis Terjemah, Proses penerjemahan, Metode Penerjemahan Al Quran Sistem 100 kali pandai, Metode penerjemahan Al Quran Sistem 40 jam, dan Metode Penerjemahan Granada Sistem 4 langkah.

BAB III : Profil Penerjemahan Al Quran Metode Granada dan Biografi Solihin Bunyamin Ahmad. Meliputi Sejarah Penemuan Metode Granada, Dasar Penyusunan Metode Granada, dan Tujuan Granada, serta Biografi Solihin Bunyamin Ahmad.

BAB IV : Aplikasi Metode Granada dalam Menerjemahkan al Quran. Meliputi Proses belajar mengajar, Aplikasi Metode Granada dalam menerjemahkan Al Quran, faktor pendukung dan penghambat, serta kelebihan dan kekurangan metode Granada dalam proses penerjemahan.


(14)

BAB II

TEORI TERJEMAH DAN

METODE PENERJEMAHAN AL QURAN

A. Teori Terjemah 1. Pengertian Terjemah

Terjemahan didefinisikan secara beragam rupa dengan sepenuhnya bergantung pada pandangan yang diemban oleh sang pemberi definisi. Orang mungkin memberi definisi berdasarkan pada pengalihan bentuk-bentuk dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain, mungkin pula orang memberi definisi dengan menekankan terjemahan sebagai pengalihan arti dan pesan dari suatu bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa), atau bahkan berdasarkan pada pandangan yang mengusung terjemahan sebagai suatu proses transfer budaya. Berikut merupakan petikan beberapa pendapat ahli bahasa tentang definisi terjemahan yang kerap menjadi rujukan para pelaku dan pemerhati terjemahan.

Catford (1995:20), dalam bukunya A Linguistic Theory of Translation,

mendefinisikan terjemahan sebagai pengalihan wacana dalam bahasa sumber (BSu) dengan wacana padanannya dalam bahasa sasaran (BSa). Disini, Catford menekankan bahwa wacana alihan haruslah sepadan dengan wacana aslinya. Karena padanan merupakan kata kunci dalam proses terjemahan, dengan sendirinya pesan dalam wacana alihan akan sebanding dengan pesan pada wacana asli. Sebaliknya, jika wacana alihan dan wacan asli tidak sepadan, wacana alihan tidaklah dianggap sebagai suatu terjemahan.

Berbeda dari Catford, Levy menekankan bahwa terjemahan merupakan suatau keterampilan dimana identitas penerjemah dapat direfleksikan dalam


(15)

bentuk opininya. Levy dalam bukunya Translation as A Decision Process (dikutip dalam Holidaja, 1993:49) mengemukakan bahwa terjemahan adalah suatu proses kreatif yang selalu memberi kebebabasan atau pilihan pada penerjemah bertali beberapa kemungkinan kesepadanan terdekat dalam membuahkan makna situasional. Lebih lanjut Levy mengatakan sebagai suatu proses kreatif. Terjemahan memberi peluang kepada penerjemah dalam bentuk kebebasan atau otonomi untuk menemukan kesepadanan yang persis menurut konteks situasi. Dengan otonomi ini, seorang penerjemah memiliki peluang yang besar dan signifikan dalam mengembangkan keterampilan dan kebiasaannya. Dia bebas untuk berkreasi menginterpretasikan apa yang telah dituliskan oleh penulis asli selama tidak keluar dari konteks.

Sejalan dengan paparan Levy, Larson (1984:3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language Aquivalence, mendefinisikan terjemahan sebagai suatu perubahan dari bentuk BSu kedalam BSa dimana makna harus dijaga untuk tetap sama. Dia memaparkan bahwa terjemahan terdiri atas penelusuran leksikon, struktur gramatial, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari BSu, menganalisanya untuk menentukan makna dan kemudian merekonstruksi makna yang sama dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang wajar dalam BSa. Dengan kata lain, Larson mengisyaratkan bahwa terjemahan merupakan pengalihan makna dari BSu ke dalam BSa, makna


(16)

tersebut dialihkan ke dalam BSa melalui struktur semantik dan ia harus dipertahankan walaupun bentuknya berubah. 3

Dalam buku yang ditulis oleh J. C. Catford, terbit tahun 1965 pada Oxford University Press, berjudul A linguistic Theory of Translation. Catford mendefinisikan penerjemahan sebagai “the replacement of textual material in another langauage (the sourch language SL), yang diartikan sebagai ‘penggantian bahan kenaskahan dalam satu bahasa (bahasa sumber) dengan padanan bahan kenaskahan dalam satu bahasa lain (bahasa sasaran)’.”4

Newmark (1988:5) dalam bukunya A Teks Book of Translation

memandang terjemahan adalah mengungkapkan makna suatu wacana ke dalam bahasa lain seperti wacana yang dimaksudkan oleh penulisnya.

Bislin (1976) seperti dikutip suryawinata 1989 menunjuk bahwa terjemahan adalah pengalihan pikiran dan ide dari BSa ke dalam BSu, baik itu bahasa lisan maupun tulisan, baik bahasa itu sudah memiliki otobiografi (sistem tulis) ataupun belum, baik itu bahasa isyarat untuk orang-orang tuli ataupun bukan.5

Dalam buku Menjadi Penerjemah yang ditulis oleh Ibnu Burdah, dia mendefinisikan terjemahan sebagai suatu usaha memindahkan pesan dari teks barbahasa Arab (teks sumber) dengan padanannya ke dalam bahasa Indonesia

3

O. Setaiwan Djuharie, Teknik dan Panduan Menerjemahkan Bahasa Inggris – Bahasa Indonesia, Bandung: Yrama Widya, 2005, h. 20, cet 2.

4

A.Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, Yogyakarta: Kanisius, 1989

5


(17)

(bahasa sasaran). Definisi sederhana tersebut memuat unsur-unsur utama dalam penerjemahan, yaitu:6

a. Bahasa Sumber atau

Seorang penerjemah harus mampu bernalar dan memiliki (yang barangkali dapat diistilahkan dengan sebutan) wawasan teknik yang memungkinkannya mengikuti setiap penalaran yang terdapat dalam teks yang harus diterjemahkan, dan memungkinkannya bernalar bagi dirinya sendiri tentang berbagai masalah yang harus dijumpainya dalam menerjemahkan. Tanpa kemampuan itu ia akan tersesat karena tidak mungkin menerjemahkan sesuatu dengan layak tanpa memahaminya. Kekurangmampuan itu mungkin disebabkan oleh keseganan untuk berusaha berpikir sebagaimana yang dituntut kepadanya.

Kesalahan penerjemah merupakan kesalahan yang serius, jika hasil terjemahan melenceng dari apa yang ingin disampaikan teks aslinya. Hal ini bisa terjadi disebabkan oleh kecerobohan, kelalaian atau pemaksaan diri penerjemah untuk melakukan hal diluar kemampuannya. Kesalahan-kesalahan saperti ini sebenarnya masih dapat dihindari, jika penerjemah mengetahui betul apa yang dikehendaki oleh teks asli, ataupun ia menolak pekerjaan yang diluar kemampuannya.

b. Bahasa Sasaran atau

Bahasa Indonesia adalah salah satu tabi’ yang menyerap banyak sekali kosa kata dalam peristilahan bahasa Arab. Proses ini berjalan beriringan dengan proses Islamisasi dan hubungan yang intensif antara Indonesia dan Timur Tengah

6


(18)

(Arab). Perjumpaan keduanya bukan dalam posisi yang seimbang, tatapi sebaliknya, salah satu pihak (bahasa Arab) mendominasi atau mempengaruhi pihak lain (bahasa Indonesia).

Latar historis tersebut sesungguhnya merupakan iklim yang sangat menguntungkan bagi dunia penerjemahan Arab–Indonesia. Sebagai akibat dari melimpahnya kata-kata Arab yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia, banyak sekali ditemukan kesamaan kosa kata di antara kedua bahasa tersebut.

Di sisi lain kondisi ini kadang-kadang justru ‘menjebak’ penerjemah. Sebab adanya kesamaan istilah tidak otomatis menunjukan adanya kesamaan makna dan persepsi dari masing-masing penuntutnya.

Contoh : kata yang biasa diartikan sabar.

Apabila tidak jeli dan waspada terhadap bahasa serapan semacam ini, penerjemah akan mudah menggunakan kata tersebut dalam terjemahannya. Padahal, oleh penutur masing-masing bahasa pemaknaan kedua kata tersebut dipersepsikan sangat berbeda. Dalam bahasa Arab, makna dari kata sabar lebih dominan kepada ‘aktivitas’. Misalnya sabar dalam melakukan tugas berat, sabar dalam berjuang, dan sebagainya. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, makna dari kata sabar lebih bersifat ‘pasif’, seperti sabar menerima musibah, sabar menerima penderitraan, dan sebagainya. Kata Arab sabar dalam banyak kasus sesungguhnya akan lebih tepat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai “teguh, tegar, atau gigih”, ketimbang diterjemahkan sebagai kata ‘sabar’ itu sendiri.

Hal lain yang lebih menarik adalah adanya perkembangan terahir sejak peradaban Barat menggeser peradaban Islam, dan muncul sebagai peradaban


(19)

major dunia. Kekuatan Barat pun kemudian menjadi super power. Perubahan konteks peradaban ini membawa perubahan signifikan dalam peta relasi linguistik dunia. Barat menjadi ‘imam dan guru’, sementara yang lain (termasuk Arab dan Indonesia) menjadi tabi’ (pengikut). Bahasa Arab dan bahasa Indonesia berada pada posisi yang kurang lebih sama, sebagai tabi’ dari bahasa-bahasa lain, yaitu bahasa-bahasa Barat, terutama bahasa Inggris. Implikasi linguistik dari keadaaan ini adalah, bahasa Indonesia tidak secara dominan berkiblat dan menyerap bahasa Arab semata, akan tetapi beralih kepada bahasa Inggris. Bahkan bahasa Arab sendiri juga berkiblat dan menyerap banyak istilah dan pengaruh dari bahasa Inggris.

2. Jenis - Jenis Terjemahan

Istilah metode berasal dari bahasa Inggris yaitu method7. Dalam

Macquarie Dictionary (1982), metode didefinisikan sebagi:

“Way of doing something, especially in accordence with a definitc plan” atau metode adalah suatu cara untuk melakukan sesuatu, terutama yang berkaitan dengan rencana (tertentu).8

Ada beberapa metode dan jenis terjemahan yang diterapkan dalam praktik menerjemahkan. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor:

1. Adanya perbedaan beberapa sistem antara bahasa sumber dengan bahasa sasaran.

2. Adanya perbedaan jenis materi teks yang diterjemahkan.

7

Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo,2000), h.23

8


(20)

3. Adanya anggapan bahwa terjemahan adalah alat komunikasi. 4. Adanya perbedaan tujuan dalam menerjemahkan suatu teks.

Dalam proses menerjemahkan yang sesungguhnya, keempat faktor tersebut tidak selalu berdiri sendiri, dalam artian bahwa ada kemungkinan seorang penerjemah menetapkan dua atau tiga jenis penerjemahan sekaligus dalam proses penerjemahan sebuah teks.9

Pada umumnya terjemahan terbagi atas dua bagian besar: terjemahan harfiah (literal translation) dan terjemahan yang tidak harfiah atau bebas (non-literal translation dan free translation). Pembagian terjemahan juga dapat dibuat berdasarkan definisi yang digunakan Larson (1984), misalnya, membagi terjemahan menjadi terjemahan yang berdasarkan makna (maning-based translation) dan terjemahan yang berdasarkan bentuk (form-based translation). Yang harfiah adalah terjemahan yang berdasarkan atau mengutamakan bentuk menurut Larson dan yang bebas dapat disepadankan dengan terjemahan berdasarkan makna atau yang mementingkan makna. Nidan dan Taber (1969) membagi terjemahan ke dalam terjemahan yang harfiah dan yang dinamis.10

Kurang lebih ada delapan metode penerjemahan yang sering digunakan dalam proses penerjemahan, masing-masing metode memiliki kekurangan dan kelebihan, sehingga penggunaan metode tersebut harus disesuaikan dengan

9

M. Rudolf, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1949) cet. Ke-1, h. 29

10

Maurits D.S. Simatupang, Pengantar Teori Terjemah, (Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional: Universitas Indonesia 1999/2000) h.39


(21)

kepentingan dan praktik penerjemahan yang akan dilakukan. Kedelapan metode tersebut adalah:

1. Penerjemahan Kata demi Kata

Proses penerjemahan dalam metode ini biasanya kata-kata Teks Sasaran langsung diletakkan di bawah versi teks sumber. Secara umum metode ini dipergunakan sebagai tahapan pra-penerjemahan dalam menerjemahkan teks yang sukar dipahami mekanisme Bahasa Sumbernya. Dalam proses penerjemahan metode ini dapat terjadi pada tahap analisis atau tahap awal pengalihan. Namun metode penerjemahan semacam ini mempunyai kegunaan atau tujuan khusus, dan di Indonesia metode ini tidak lazim digunakan.

Contoh:

ﻡ ! " # $% & ' (ی

Artinya: Di mana kitab yang membelinya Ahmad kemarin?11

2. Penerjemahan Harfiah

Metode penerjemahan harfiah ini biasa disebut sebagai penerjemahan

Faithful Translation.12 Hal ini didasarkan pada konsepsi bahwa penerjemahan hendaknya berlaku setia atau sejalan dengan naskah aslinya. Metode ini dapat digunakan untuk membantu penerjemah melihat masalah yang harus diatasi.

11

Rofi’i, Dalil fi al-Tarjamah; Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia (Jakarta: Persada Kemala, tt), h. 2

12

Nurachman Hanafi, Teori Dan Seni Menerjemahkan, (Ende: Nusa Indah, 1986), h. 23 cet 1

13


(22)

Contoh:

*+ ,- .

$ /ی

Artinya: Membeli pedagang hasil pertanian13 3. Penerjemahan Setia

dalam metode ini penerjemahan dilakukan dengan mencoba memproduksi makna kontekstual Teks Sumber (Tsu) dengan masih dibatasi struktur gramatikalnya. Penerjemahan ini sangat berpegang teguh pada maksud dan tujuan Teks Sumber (Tsu), sehingga hasil terjemahan dengan menggunakan metode ini akan terlihat kaku dan seringkali terlihat asing. Metode ini dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk membantu penerjemah dalam proses awal pengalihan.

Contoh:

000

1'ﻥ ی 3' ﻡ (ی% 1'ﻥ%4 5

000

Artinya: Agar dia memohon izin kamu yang telah memiliki dia tangan-tangan kananmu.14

4. Penerjemahan Semantis

Berbeda dengan penerjemahan setia yang kaku dan tidak kenal kompromi dengan kaidah Teks Sasaran (Tsa), penerjemhan semantis lebih fleksibel dan harus mempertimbangkan unsur estetika teks

14


(23)

Bahasa Sumber (Bsu) dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Selain itu, kata yang hanya sedikit bermuatan budaya dapat diterjemahkan dengan kata yang netral atau istilah yang fungsional.

Contoh:

ی (ﻡ6

7 ی ﺏ 9' :

5 ;<=ﺱ ? @

Artinya: Barangsiapa mengambil kekufuran sebagai pengganti keimanan, ia tersesat dari jalan yang benar (QS. Al-Baqarah: 108).15

5. Adaptasi (termasuk saduran)

Adaptasi merupakan metode yang paling bebas dan paling dekat dengan Bsu. Istilah “saduran” dapat dimasukkan di sini asalkan penyadurannya tidak mengorbankan hal-hal penting dalam Bsu. Biasanya metode ini dipakai dalam penerjemahan drama atau puisi yang mempertahankan tema, karakter, atau alur. Tetapi dalam penerjemahan, terjadi peralihan budaya budaya Bsu ke budaya Bsa, dan teks asli ditulis kembali serta diadaptasikan ke dalam Bsa.

Contoh:

ﻥ* ﺏ ﻥ* ﻥ

!

Artinya: mumpung padhang rembulane16 6. Penerjemahan Bebas

15

Moh. Mansyur dan Kustiawan, Pedoman bagi Penerjemah Arab-Indonesia, Indonesia-Arab, (Jakarta: Moyo Segoro Agung, 2002), h. 112

16


(24)

Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk teks Bsu. Biasanya, metode ini berbentuk sebuah parafrase yang dapat lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya. Metode ini sering digunakan di kalangan media massa. Metode ini mempunyai kegunaan yang sangat khusus. Seorang penerjemah harus berhati-hati dalam memilih metode ini sebagai metode penerjemahannya serta memikirkan kapan dan apa tujuan penerjemahannya.

Contoh:

Aی 6 ﺏ B C * (

Aی D

E@ / ی ﻡ F

G*6 H ﺏ

D C * (

Artinya: Isi di luar tanggung jawab percetakan.17

7. Penerjemahan Idiomatik

Metode ini bertujuan memproduksi pesan dalam teks Bsu, tetapi sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian, banyak terjadi distorsi nuansa makna.

I6 ی I . :

Artinya: Harta haram tidak akan bertahan lama.18

8. Penerjemahan Komunikatif

17

Moh. Mansyur, Pedoman, h. 112

18


(25)

Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang demikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, versi TSa-nyapun langsung bisa diterima. Metode ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Contoh:

(

ﺱ J K @ L6M , ﻡ

Artinya: Suami Fatimah meninggal dunia dua jam yang lalu.19

3. Proses Penerjemahan

Proses terjemahan (das Ubersetzen, The translating), seperti yang dikatakan ilmuwan bahasa dari Jerman, G Jagger (11:1994) adalah transformasi teks dari satu bahasa ke teks bahasa lain tanpa mengubah isi teks asli. Jadi terjemahan adalah jenis transformasi antarbahasa yang berbeda dengan jenis transformasi intrabahasa, yakni transformasi yang terjadi di dalam bahasa itu sendiri.20

Secara skematis proses penerjemahan dapat digambarkan sebagai berikut:21

19

Moh. Mansyur, Pedoman, h. 47

20

Salihen Moentaha, Bahasa dan Terjemahan, (Bekasi: Kesaint Blanc, 2006), Cet I, h. 9

21

Zuchridin Suryawinata, Terjemahan: Pengantar Teori dan Praktek, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989), h. 14

Teks Bsu

evaluasi dan revisi proses batin

transfer padanan Pesan

dlm Bsu

Pesan dlm Bsa

Teks Bsa analisis

pemahaman


(26)

Dengan demikian, proses penerjemahan dapat diterangkan dengan lebih jelas yaitu melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap analisis dan pemahaman: struktur lahiriah dan pesan dalam Bsu dianalisis menurut hubungan gramatikal, makna atau kombinasi kata-kata, serta makna tekstual dan makna kontekstual. Ini merupakan proses transformasi balik (back transformation).

2. Tahap transfer: materi yang sudah dianalisis dan dipahami maknanya diolah oleh penerjemah dalam pikiran (batin) dari Bsu ke dalam Bsa. Hal ini masih merupakan proses batin.

3. Setelah diperoleh padanan makna dalam Bsa, maka penerjemah mencari padanan kata, ungkapan, atau kalimat yang tepat dalam Bsa. Pada tahap ini, penerjemah perlu menstrukturkan kembali yang sesuai dengan kaidah-kaidah Bsa.

4. Pada tahap terakhir, telah diperoleh padanan yang paling cocok. Di dalam penerjemahan teks yang sederhana proses seperti digambarkan di atas terjadi dengan sederhana dan cepat. Tetapi, di dalam penerjemahan teks yang kompleks ataupun penerjemahan ungkapan atau istilah yang sukar dicari padanannya, proses tersebut dapat berlangsung berkali-kali dengan disertai pertimbangan dan revisi, hingga diperoleh padanan yang paling tepat.


(27)

Dalam proses trasformasi terjemahan, kita selalu berhadapan dengan dua teks (teks bahasa asli dan teks bahasa terjemahan). Setiap satuan bahasa dalam setiap bahasa mengandung dua sisi/tingkat (level): tingkat pengungkapan (level of epression) dan tingkat isi (level of content).

B. Metode Penerjemahan Al Quran

Ada beberapa metode terjemahan Al Quran yang telah berkembang di tengah-tengah masyarakat, di antara metode-metode tersebut adalah:

1. Metode Penerjemahan Al Quran Sistem 100 kali pandai

Metode terjeman Al Quran ini mulai diterapkan dalam upaya penerjemahan Al Quran sejak tahun 1973. metode ini pertama kali ditemukan oleh Syeh. H. Datuk Tombak Alam. Menurut metode ini, ada empat tahapan dalam penerjemahan Al Quran, yaitu:

a. Menerjemahkan secara harfiah dan menurut langgam susunan bahasa Arabnya, yang tentunya berbeda dengan susunan bahasa Indonesia. b. Menerjemahkan Al Quran dengan susunan bahasa Indonesia yang baik

dengan menambah kata-kata yang tidak ada bahasa Arabnya.

c. Membuang beberapa kata yang ada dalam Al Quran dalam terjemahan. d. Menggeser atau menyusun kalimatnya dalam terjemah, untuk dapat

menghasilkan bahasa Indonesia yang baik dan benar.22

22

Datuk Tombak Alam, Metode Menerjemahkan Al-Qur’anul Hakim 100 kali Pandai,


(28)

2. Metode penerjemahan Al Quran Sistem 40 jam

Mengapa harus Sistem 40 Jam? Hal ini disebabkan karena sistem ini diharapkan masyarakat bisa menguasai suatu kajian materi tertentu dalam setiap jenjang yang dapat dijangkau dalam durasi waktu 40 jam. Sebagaimana materi-materi kajian yang lain. Kajian terjemah ini dapat pula diberikan dua kali dalam setiap minggu, dan durasi waktu masing-masing 90 menit, berarti setiap minggu 3 jam, dengan demikian setiap bulannya 12 jam. Jadi dalam waktu 3 (tiga) bulan 12 x 3 jam = 36 jam, kemudian ditambah 4 jam lain sebagai langkah untuk mengadakan evaluasi secara umum.23

Dengan demikian, satu paket yang bermuatan 1 (satu) juz Al Quran, misalkan juz I kurang lebih terdiri dari 3.624 kosa kata, setelah dibagi ayat per ayat dalam setiap kali tatap muka, akan dapat direalisasikan dalam waktu 40 jam itu, ditambah dengan diadakan evaluasi di akhir setiap tatap muka, yang bukan saja berfungsi untuk memantapkan materi kajian yang diterima, tetapi juga bisa menimbulkan motivasi untuk berkompetisi antar peserta itu sendiri.

3. Metode Penerjemahan Granada Sistem 4 langkah

Metode granada ditemukan oleh Solihin Bunyamin Ahmad, Lc melalui pengalaman mengajar yang cukup lama dan semangat untuk bisa mencetak peserta didiknya menjadi pandai lebih cepat dibanding waktu yang dihabiskan untuk belajar menggunakan metode lain. Ketika seorang santri mengeluh akan

23

Pendidikan dan Pelatihan Program Terjemahan al-Quran Sistem 40 Jam, (Jakarta: Tim Penyelenggara Pelatihan Terjemah Al Quran Sistem 40 Jam TPPTQ Masjid Istiqlal),2001, h.1


(29)

susahnya mempelajari Bahasa Arab, dia mengatakan bahwa itu merupakan hal yang mudah. Padahal saat itu dia masih merasa kesulitan mengenal perubahan kata dan kedudukan kata dalam Bahasa Arab. Dengan hidayah Allah dia memaparkan beberapa poin untuk meyakinkan santrinya bahwa Bahasa Arab merupakan satu-satunya bahasa yang paling mudah dipelajari24. Di antara poin itu adalah:

1. Komponen dalam Bahasa Arab hanya ada tiga, yaitu kata benda, kata kerja, dan huruf bermakna.

2. Ciri-ciri kata benda secara garis besar hanya ada tiga, yaitua: diawali

:

(al) ada tanwin dan diawali oleh huruf I (mim). Adapun kata yang menunjukkan nama orang, binatang, kota, alam lain, atau nama pekerjaan itu pasti kata benda.

3. Kata kerja terbagi menjadi tiga, yaitu: a. Kata Kerja Bentuk Lampau (KKBL)

b. Kata Kerja bentuk Sedang, Akan, atau Kebiasaan (KKBSAK) c. Kata Kerja Bentuk Perintah (KKBP)

4. Huruf bermakna adalah huruf yang memiliki makna, ciri-cirinya adalah jika ia bukan kata kerja dan juga bukan kata benda tetapi memiliki makna, maka ia adalah huruf, seperti artinya apakah. Dia juga mencoba meyakinkan santrinya bahwa dengan seizin Allah, dalam waktu singkat, mereka akan bisa menerjemah secara harfiyah. Mereka juga

24

Solihin Bunyamin Ahmad Lc, Panduan Belajar & Mengajar Metode Granada Sistem 4 Langkah, (Jakarta: Granada Investa Islami, 2003), cet ke-4. h.1


(30)

akan bisa menerjemah secara maknawiyah dengan latihan yang serius dan istiqamah. Selain itu, dia juga menganjurkan agar santrinya mendalami Bahasa Arab di lembaga-lembaga Bahasa Arab terdekat, karena metode Granada bukanlah metode yang sempurna. Metode Granada hanya bisa digunakan untuk menerjemah teks-teks Arab yang berharakat. Sedang dengan mempelajari Bahasa Arab di lembaga-lembaga Bahasa Arab mereka akan dididik untuk dapat bercakap-cakap bahkan membaca literatur dan menulis dengan Bahasa Arab yang tak berharakat.


(31)

BAB III

PROFIL PENERJEMAHAN AL QURAN METODE GRANADA

DAN BIOGRAFI SOLIHIN BUNYAMIN AHMAD

A. Profil Penerjemahan al Quran Metode Granada 1. Sejarah Penemuan Metode Granada

Metode Granada tentu bukan sebuah metode yang ditemukan Solihin dalam waktu yang singkat. Ada latar belakang yang tidak bisa ditepis Solihin sebagai sejarah panjang penemuan Metode Granada ini.

Awal ceritanya mungkin bisa diruntut sewaktu dia di kelas 4 SD, saat itu dia membaca sebuah buku berjudul Pandai Merangkum Pelajaran. Dari situlah dia mulai berlatih bagaimana buku pelajaran sekolah dapat dirangkum. Pada akhirnya, sembilan mata pelajaran untuk empat bulan berhasil dia rangkum dalam waktu dua bulan.

Dari ringkasan-ringkasan tersebut menjadi sumber inspirasi atau pola pikir bahwa segala sesuatu dapat diringkas. Bahkan dalam menghapal al Quran pun dia menggunakan cara meringkas, yaitu dengan cara menulis ayat pertama dari setiap halaman sehingga dia dapat mengingat setiap halaman.25

Tetapi pola pikir itu belum sepenuhnya menjadi cetusan awal kelahiran Metode Granada, justru pemicunya terjadi sekitar tahun 1998, setelah dia bertahun-tahun mengajar bahasa Arab di sejumlah instansi dan majlis taklim, namun peserta didiknya ada yang mengaluh akan susahnya mempelajari bahasa Arab.26

25

Solihin Bunyamin Ahmad Lc, Wawancara Pribadi, Jakarta 28 Februari 2008

26 Ibid.


(32)

Keluhan peserta didiknya kemudian membawanya untuk bekerja dan berpikir keras untuk mengelompokkan semua perubahan kata. Kerja kerasnya itu akhirnya mendapatkan jalan terang dari Allah sewaktu dia duduk di angkot (angkutan kota) 106 jurusan Lebak Bulus–Parung, dalam perjalanan pulang setelah mengajar penerjemahan al Quran dari sebuah instansi. Dalam otaknya terbayang dengan jelas bagaimana cara membuat awalan, akhiran dan sisipan, karena menurutnya perubahan itu berawal dari imbuhan; awalan, akhiran dan sisipan.27

Akhirnya hasil temuannya itu menjadi tabel sederhana berupa satu lembar rumus Granada. Tabel tersebut berisi semua awalan, akhiran dan sisipan dalam bahasa Arab yang kemudian menjadi kunci utama metode delapan jam bisa menerjemahkan al Quran yang diberi nama “Tabel Rumus Granada”.

2. Dasar Penyusunan Metode Granada

Ada beberapa alasan dasar dalam penyusunan metode ini,28 yaitu;

a. Adanya pemikiran bahwa Allah akan memudahkan al Quran untuk dipelajari, hal ini mengandung pesan bahwa ada cara khusus untuk mempermudah mempelajari al Quran, baik bacaan maupun menerjemahkan bahasa dan pesan-pesan-Nya. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas kita untuk menerjamahkan pesan-pesan suci al Quran sehingga cahayanya dapat menerangi umat Islam secara keseluruhan, karena dengan mengerti bahasa al Quran berarti akan

27

Solihin Bunyamin Ahmad Lc, Wawancara.. 28


(33)

mengerti pesan-pesan-Nya, dengan mengerti pesan-pesan-Nya berarti akan mendorong pada penghayatan dan pengalaman ruhani yang lebih dalam.

b. Adanya keyakinan bahwa bahasa Arab dapat dimodifikasi seperti bahasa Indonesia.

c. Umat Islam sangat membutuhkan cara mudah dan cepat untuk memahami al Quran. Hal itu disebabkan oleh keterbatasan waktu yang mereka miliki, sementara pesan-pesan Ilahi yang mereka butuhkan untuk acuan hidup sebagian besar tertulis dalam al Quran. d. Pengentasan buta bahasa al Quran kurang mendapatkan perhatian di kalangan Ulama, sementara kondisi umat sangat memerlukannya.

3. Tujuan Granada

Metode Granada memiliki tujuan Khusus dan Tujuan Umum, yaitu29: a. Tujuan Khusus

1. Menghilangkan pendapat bahwa bahasa al Quran sulit. Pendapat ini harus segera dihilangkan, sebab jika tidak, akan terjadi stagnasi (kemandegan) pemahaman tentang al Quran, jika tidak dikatakan sebagai bentuk pemasungan terhadap usaha untuk memahami pesan-pesan al Quran.

29


(34)

2. Peserta didik mengetahui perubahan kata dalam bahasa al Quran dengan baik.

3. Peserta didik mampu dan lihai membuka kamus untuk mengetahui makna dari lafadh-lafadh yang dicarinya.

4. Peserta didik mengetahui pola kalimat dalam bahasa al Quran dan mampu menerjemahkannya.

5. Peserta didik bisa mengungkap pesan-pesan al Quran dengan baik setelah mengetahui terjemahnya, baik secara harfiyah maupun maknawiyah.

6. Peserta didik lebih khusyu’ beribadah dan lebih santun dalam tingkah laku dengan mengetahui pesan-pesan Allah secara langsung dari al Quran.

b. Tujuan Umum

1. Memasyarakatkan bahasa al Quran dalam pesan-pesan-Nya.

2. Melaksanakan kewajiban menyebarkan ilmu-ilmu syariat yang antara lain adalah ilmu tafsir. Sebab terjemah al Quran merupakan bagian dari, dan proses menuju tafsir

B. Biografi Solihin Bunyamin Ahmad30

Solihin Bunyamin Ahmad, Lc, adalah penemu Metode Granada, lahir pada tanggal 15 Desember 1969 di Rajasinga Indramayu, Jawa Barat. Dia memulai pendidikan dasarnya di SD dan Madrasah Ibtidaiyah Hayatul U’lum (1976-1983),

30

Solihin Bunyamin Ahmad Lc, Metode Granada Sistem 8 Jam Bisa Menerjemah al Quran. (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), cet ke-1, h. 12


(35)

Indramayu, Jawa Barat. Setelah lulus, dia melanjutkan pendidikan menengahnya di Madrasah Tsanawiyah (MTs) GUPPI Cikedung Indramayu, Jawa Barat (1983-1986). Pada tahun 1986-1989, dia melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah An-Nashihah Palimanan Cirebon Jawa Barat. Pada tahun 1989, dia berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan studinya dan diterima di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) di kelas persiapan bahasa selama 2 tahun. Pada tahun 1991-1992, dia melanjutkan studinya di lembaga yang sama guna persiapan Universitas (LIPIA). Kemudian pada tahun 1994-1998, dia masuk pada Fakultas Syariah di lembaga yang sama (LIPIA).

Sejak lulus SD 1983, dia sudah diperkenankan mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Hayatul U’lum Terisi Rajasinga, Cikedung, Indramayu, Jawa Barat. Selain itu, dia juga mengisi seminar yang diadakan oleh lembaga, instansi, dan sebagainya. Dalam hal ini, dia mulai banyak menulis karya ilmiah seperti, Pokok-pokok Perbedaan Syi’ah dan Ahlus Sunnah Waljama’ah, Jampi-jampi Syar’iyyah dan Jawaban atas Penentang-penentangnya, dan Mukjizat Ilmiah Al-Qur’an Tentang Penciptaan Manusia.


(36)

BAB IV

APLIKASI METODE GRANADA

DALAM MENERJEMAHKAN AL QURAN

A. Proses Belajar Mengajar 1. Pra Menerjemah

Sebelum memasuki praktek menerjemah menggunakan metode Granada, ada beberapa hal yang harus dikuasai terlebih dahulu oleh seorang pelajar, yaitu:

a. Pelajar harus menguasai perubahan kata dalam dua bahasa, bahasa asal dan bahasa terjemah.

b. Pelajar harus menguasai pola kalimat pada dua bahasa tersebut. c. Pelajar harus menguasai kosa kata pada dua bahasa tersebut.

d. Pelajar harus memahami kata-kata idiom pada dua bahasa terebut, dan e. Pelajar harus memiliki emosional yang hidup ketika membaca sebuah

teks asli dan bisa mengungkapkan kembali dalam bahasa terjemah dengan baik.

2. Proses Menerjemah

Untuk dapat menerjemah dengan baik dengan menggunakan Metode Granada, peserta didik harus melalui empat langkah proses menerjemah metode Granada.

Langkah pertama yang harus ditempuh oleh peserta didik adalah “menguasai komponen kalimat dalam bahasa Arab”.31

31

Solihin Bunyamin Ahmad Lc, Panduan.. h.9


(37)

Jika kita perhatikan, komponen dalam bahasa Arab hanya ada 3, kata benda, kata kerja dan huruf.

1. Kata benda

1ﺱ

B

Ciri-ciri kata benda adalah sebagai berikut: - Diawali : seperti kata E.NH

- Bertanwin ( O

Q

P

Q

R

) seperti kata

O !*

Q

P !*

Q

R !*

- Diawali oleh

Sﻡ

Q

STﻡ

Q

Sﻡ

(dengan catatan setelah huruf I terdapat tiga huruf atau lebih) seperti kata

R(TﻡVﻡ

Q

RU 9Tﻡ

Q

R TD5ﻡ

- Menunjukkan sebuah nama; nama manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, tempat, dsb. Seperti kata

R 'ﻡ

Q

RW T

Q

R .ﻡ

Q

R .ﻥ

(lebah, Muhammad, anggur dan makkah).

- Kemasukan huruf yang mengkasrahkan (huruf jar), seperti kata

1

kata

1X

adalah kata benda yang kemasukan huruf jar, yaitu

E

.

- Idlafat (kata majemuk) seperti kata Y :=ﺱ* terdiri dari dua kata tetapi artinya satu benda yaitu seorang utusan Allah.

- Menunjukkan arti dengan sendirinya dan tak terikat oleh waktu. 2. Kata Kerja

A@

B

Kata kerja terbagi menjadi tiga, yaitu:


(38)

Kata Kerja bentuk Lampau memiliki 11 pola. (Lihat tabel 4.1). Ciri-cirinya diakhiri oleh salah satu huruf dibawah ini:

Q

6

Q

,

Q

Q

7

Q

,

Q

Q

1ﺕ

Q

T,

Q

(ﺕ

Q

,

Q

.

Tabel 4.132 Pola dan Contoh KKBL

1

A@

:

A@

A@

A9 ﺱ

:

A9ﻥ

:

A @

9ﺕ

@

A9ﺕ

A@

A@

2 Akar

kata

-

\

[

3ﺱ

7

,

[

[

,

-

\

[

,

-

\

Akar kata

3

ﻡ]

I

]=ﺱ

^ @

@

D9ﻥ

*

J

&

ﺏ /ﺕ

X

7_`ﺕ

a

*

b. Kata Kerja Bentuk Sedang Akan atau Kebiasaan (KKBSAK)

Kata Kerja Bentuk Sedang Akan atau Kebiasaan (KKBSAK) dapat dilihat dari ciri awalannya, yaitu:

1. Diawali oleh salah satu huruf ( (aku),

(dia),

Sﺕ

(engkau),

Sﻥ

[kami]) dan huruf akhir berharakat dlammah.

2. Kemasukan huruf memfathahkan (

cB

Q

7_b

Q

(

Q

7

) dan huruf mematikan ( Q

(ﻡ

Q Q

T:

Q

7b

Q

S1

).

Tabel 4.2

Pola dan Contoh KKSAK

1

TA9ی

N A9ی

TA9ی

TA9 5ی

TA9 ی

TA 9ی

9 ی

T 9ی

A9

ی

dA9ی

A9ی

2

$

-

\

[

$

$

3ﺱ

[

$

7

[

$

,

[

$

[

,

[

$

[

$

-

\

[

,

[

$

-

\

[

$

$

3

IT ﻡ ی

N]=5ی

^T9ی

T9 5ی

TD9 ی

&T ی

ﺏ / ی

TX Dی

7_` ی

ad ی

^ 9ی

32


(39)

c. Kata Kerja Bentuk Perintah (KKBP)

KKBP memiliki pola dan rasa bahasa yang khas. Untuk lebih bisa menghayati apa yang kita baca dari ayat-ayat suci al Quran, maka KKBP ini harus dikuasai lebih baik dengan cara sering membaca secara berulang-ulang pola KKBP beserta artinya.

Metode Granada menyusun KKBP menjadi dua cara penulisan, yaitu: 1. KKBP horisontal, dimaksudkan untuk mengetahui pola-pola KKBP

secara garis besar. Lihat tabel 4.3.

2. KKBP vertikal, dimaksudkan untuk mengetahui siapa subjek dari KKBP tersebut. Lihat tabel 4.4.

Tabel 4.3

Proses KKBSAK menjadi KKBP horisontal

TA9ی

TA9ی

TA9 5ی

TA9 ی

TA 9ی

T 9 ی

T 9ی

A9 ی

\A9ی

A9ی

TA@

TA@

TA9 ﺱ

A9ﻥ

TA @

9ﺕ

T @

A9ﺕ

\A@

A@

TA@

TA9 ﺱ

A9ﻥ

TA @

A@

Tabel 4.4 KKBP vertikal

Contoh Pola Jenis Akhiran Pola

'9ﺕ

&%B

^ @

Engkau Tunggal -

A@

'9ﺕ

ﺏ%B

. @

berduaKalian Ganda

-A@

6 '9ﺕ

=ﺏ%B

=

.

@

Laki-laki

Kalian Jamak

6

= A@

$T '9ﺕ

cTﺏ%B

c

T. @

Engkau Tunggal C

ETA@

'9ﺕ

ﺏ%B

. @

berduaKalian Ganda

-A@

7 '9ﺕ

(ﺏ%B

(. @

Orang ke II

Perem-puan

Kalian Jamak 7

( A@


(40)

Huruf terbagi menjadi dua, yaitu: a. Huruf Pembentuk Kata

Huruf pembentuk kata adalah huruf yang jika digabungkan dapat membentuk kata, seperti kata ! yang terbentuk dari empat huruf, yaitu

U I

dan

]

. Huruf pembentuk kata juga terbagi menjadi dua, yaitu huruf hijaiyah dan

huruf abjadiyah. Dari segi jumlah dan macam hurufnya, keduanya sama saja, yang membedakan hanya urutan dan nilai bilangan yang dimiliki oleh huruf abjadiyah. Huruf abjadiyah sering digunakan untuk menulis nilai angka tertentu atau tanggal, bulan dan tahun. Misal Imam Syafii lahir di Gaza Pelestina pada tahun R1 T yang artinya tahun 150 H, karena jika dijumlahkan maka kata tersebut nilainya 150.

b. Huruf Bermakna

Huruf bermakna adalah setiap kata yang bermakna, bukan kata kerja dan bukan kata benda. Huruf bermakna tidak mengalami perubahan bentuk, sifatnya ststis, tetapi maknanya selalu dinamis. Seperti yang sering kita temukan dalam satu kalimat, satu huruf memiliki berbagai pengertian, tergantung posisi huruf tersebut dalam struktur kaimat. Jika kita lihat dari segi jumlah hurufnya, huruf bermakna terbagi mejadi lima bagian, yaitu:

1. Satu huruf bermakna; lihat tabel 4.5 2. Dua huruf bermakna; lihat tabel 4.6 3. Tiga huruf bermakna; lihat tabel 4.7 4. Empat huruf bermakna; lihat tabel 4.8 dan


(41)

5. Lima huruf bermakna; lihat tabel 4.9 Tabel 4.533

Satu Huruf Arti

Apakah

T&

Sungguh, dalam/pada, karena, dengan, demi

,

Demi, engkau

Sﺱ

Akan

e

Maka/lalu/kemudian

f

Sebagaimana/seperti, kamu

:

Benar-benar, pasti/percaya, sungguh, untuk/bagi

T:

Untuk, milik/bagi, pada, karena, supaya

:

Hendaklah

7

Kami

P

g

7

Pasti/niscaya

"

(untuk mengahkiri bacaan)

"

Nya(dia)

6

Orang-orang, mereka

6

Sedang, padahal, bersama, dan, demi, tetapi Tabel 4.634

Dua Huruf Arti

_Tb

Ketika, karena, (ingatlah) ketika

:

Segala, semua, yang, ini, itu

7

Bahwasanya

7b

Jika, tidak lain, sungguh

6

Atau

Cb

Ya

I

Atau

(

Tentang, dari, karena, mejadi ganti

g

(

Dalam

1

g

ﻡ (

h

Tentang apakah

33

Solihin Bunyamin Ahmad Lc, Metode Granada.., h. 29

34


(42)

cT@

Karena, dalam/pada

J

Sungguh

cB

Supaya

1S

Tidak

(

Tidak akan

=

Jikalau, kalau kiranya, walaupun

Tidak, tidak (sebagai jawaban), tidak ada, janganlah

(Tﻡ

Di antara/antara lain, sebab/karena, dari

Mengapa, tidak, alangkah, apa yang, selama/selagi, (sebagai pelengkap)

\7

Sungguh/benar-benar/sekali-kali

X

Apakah/adakah

X

Ambillah

Tabel 4.735

Tiga Huruf Arti

P_Tb

g

7_Tb

Kalau demikian adanya

_Tb

Apabila, jika, tiba-tiba

Mengapakah tidak, ingatlah, apakah tidak

E Tb

Ke, kepada

7Tb

Sungguh

E ﺏ

Ya

1i

Kemudian

&*

Seringkali/banyak

e=ﺱ

Kelak

E

Atas, dalam, untuk mengalahkan, terhadap

j

A

Agar

,

Bukanlah

3

Andaikata/kiranya

1Aﻥ

Ya/betul

35


(43)

Tabel 4.836

Empat Huruf Arti

Bahwa, janganlah

Tb

Kecuali, jikalau tidak, tetapi

Adapun

ﻡTb

00

ﻡTb6

(pilihan) apakah…atau…

E !

Sehingga, sampai

7`B

Seakan-akan, seolah-olah

B

Sekali kali jangan/tidak

(T'

Tetapi

Ketika, belum

=

Seandainya tidak, hendaklah, mengapa tidak

ﻡ=

Mengapa tidak

Tabel 4.937

Lima Huruf Arti

(T'

Bahwa, janganlah

Langkah kedua yang harus ditempuh peserta didik adalah “Menguasai kata-kata tak berubah”38

Ada empat kata tak berubah yang sangat penting untuk dipelajari, yaitu;

huruf bermakna, kata ganti, kata penghubung bermakna “yang”, dan kata tunjuk.

1. Huruf Bermakna

Huruf bermakna adalah setiap kata yang bermakna, bukan kata kerja dan bukan kata benda. Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya.

36

Ibid, h. 32

37

Solihin Bunyamin Ahmad Lc, Metode Granada.., h. 32

38


(44)

2. Kata Ganti

Dalam bahasa Arab, kata ganti disebut isim dlamir yang artinya nama yang tersimpan di hati.39 Disebut isim dlamir karena pelakunya tidak disebutkan namanya, tetapi tersembunyi di balik kata ganti itu atau di dalam hati orang yang menyebutkannya, atau tersembunyi pada kata kerja. Kata ganti terbagi menjadi dua bagian, yaitu kata ganti terpisah dan kata ganti melekat. Rinciannya dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.1040 Kata Ganti

Melekat (subjek) Terpisah

K K B P (A k h ir an ) KKBSAK (awl+akhir) KKBL (akhiran) Melekat (objek/ ket/ pemilik) Tak melekat (subjek/ diterangkan/ menerangkan)

-

T"

=X

Dia

-7

j

X

X

Mereka berdua

-76

j

6

6

1X

1X

Mereka le

la

k

i

Sﺕ

-

,

X

cTX

Dia

Sﺕ

-7

j

X

X

Mereka berdua

-7

7

(X

(X

Mereka per

em

p

u

an

-

Sﺕ

,

f

3ﻥ

Kamu

Sﺕ

-7

j

B

Kalian berdua

6

6

j

76

-

Sﺕ

1ﺕ

1B

1 ﻥ

Kalian le

la

k

i

C

C

j

-

Sﺕ

T,

Tf

T3ﻥ

Kamu

Sﺕ

-7

j

B

Kalian berdua

7

7

-

Sﺕ

(ﺕ

(B

( ﻥ

Kalian per

em

p

u

a

n

,

ETﻥ

j

CT

j

$

Aku

Sﻥ

(.ﻥ

kami Lk

/P r

39

Solihin Bunyamin Ahmad Lc, Metode Granada.., h. 84

40


(45)

3. Kata Penghubung Bermakna “yang”

Kata penghubung bermakna “yang” dalam bahasa Arab disebut isim maushul.41 Kata ini sering sekali dijumpai dalam bahasa al Quran. Disebut isim maushul karena isim ini tidak sempurna, artinya jika tidak dihubungkan dengan kata lainnya. lihat tabel 4.11.

Tabel 4.1142

Kata Penghubung Bermakna “yang”

Lafadz Arti Jenis

C%

Yang / orang yang Tunggal

7 %

j

(ی%

Mereka berdua yang Ganda

(ی%

Orang-orang yang

Laki-laki

Jamak

E

Yang/ orang yang Tunggal

7

j

(

Mereka berdua yang Ganda

Eﺕ-j

k

Mereka yang

Perempuan

Jamak

(ﻡ

Orang yang

Apa yang

_ (ﻡ

Siapa yang

$

Mana yang

Laki-laki/ Perempuan

Tunggal/ Ganda/Jamak

4. Kata Tunjuk

Kata tunjuk adalah kata yang berfungsi untuk menunjukkan seseorang atau hewan tertentu atau sesuatu yang telah diketahui43. Rinciannya dapat dilihat pada tabel 4.12

Tabel 4.1244 Kata Tunjuk

Lafadz Arti Lafadz Arti Lafadz Arti

lT_

Itu/ ini/ yang demikian itu

%X

Ini

1i

Di sana/ saat itu

41

Solihin Bunyamin Ahmad Lc, Metode Granada.., h.88

42

Solihin Bunyamin Ahmad Lc, Panduan.., h.32

43

Solihin Bunyamin Ahmad Lc, Metode Granada.., h.92

44


(46)

'T_

Itu/ yang demikian itu

T7 %X

berdua ini Mereka

lT X

Di sini

1'T_

Itu/ yang demikian itu

T; VX

Mereka ini

X

l Tﺕ

Itu/ ini/ yang

demikian itu

T"T%X

Ini

' Tﺕ

Itu/ yang demikian

itu

T7 X

Mereka berdua ini

1' Tﺕ

j

lT4 6

Itu/ mereka itu

T; VX

Mereka ini

Langkah ketiga yang harus ditempuh peserta didik adalah “Menguasai Rumus-rumus Granada beserta Aplikasinya”.45

1. Mencari Akar Kata

a. Akar kata dalam bahasa Arab adalah KKBL orang ke III tunggal laki-laki dan tidak berbubuhan.

b. Kata kerja dalam bahasa Arab sudah mengandung subjek.

c. Hampir seratus persen kata dalam al Quran akar katanya terdiri dari tiga huruf asal dan sedikit sekali yang menggunakan kata dengan empat huruf asal.

d. Rumus mencari akar kata adalah: … - … = 3 atau 4 Contoh:

Kata

mn 6

terdiri dari delapan huruf. Berarti harus dikurangi lima huruf. Cara meenguranginya dengan melihat awalan, akhiran dan sisipan pada Tabel Rumus Granada (terlampir). Ternyata huruf pertama tersebut sebagai awalan dan tasydid sebagai sisipan, sehingga

45


(47)

akar katanya adalah

mn

cara menerjemahkannya harus mengetahui makna bubuhan tersebut, baru mencari makna turunan kata sesuai dengan yang diminta.

2. Pola Aktif dan Pasif

ada enam pola aktif dan pasif dalam rumus Granada46, yaitu:

a. Pola U-i (huruf awal dibaca dlammah dan huruf sebelum akhir dibaca kasrah). Seperti kata oTp, KKBL pasif bermakna di atau telah di… Contoh ayat:

P9 TA? 7 5ﻥq oTp6

b. Pola U-a (huruf awal huruf awal dibaca dlammah dan huruf sebelum

akhir dibaca fathah). Seperti kata

F ی

, KKBSAK pasif bermakna

akan di/ sedang di atau di… Contoh ayat:

7=A ﺕ T b6

c. Pola Mu-i (Huruf awal mim dibaca dlammah dan huruf sebelum ahir

dibaca kasrah). Seperti kata

R1T5ﻡ, Kata Benda Pelaku Aktif (KBPA)

bermakna yang, me, ber, yang me, yang ber

Contoh ayat:

7=.T9 1X lT4 6 6

46


(48)

Jika kita menemukan pola kata DSK (dhammah, sukun, kasrah), maka cara mencari maknanya yaitu dengan cara mencari akar kata yang di dahului alif dibawah akar kata tersebut, makna inilah yang dimaksud dalam kata yang berpola DSK. Contoh:lihat tabel 4.13

Tabel 4.1347 Pola

DSK

Akar

Kata Arti

Akar

kata + Arti

Pola

DSK Arti

R^T9ﻡ

^ @

bertani

^ @

sukses

R^T9ﻡ

yang

sukses

RIT .ﻡ

I ! memotong,

berusaha I !

durhaka,

berbuat dosa RIT .ﻡ

yang durhaka

Semua KBPA berpola “mu-i” kecuali pola

R T @ seperti kata

R1T

. Pola

R T @ bukan termasuk dalam pola “mu-i” tetapi memiliki makna

yang sama dengan pola “mu-i” seperti kata

RFTﻡ ﺱ

. jika contoh dalam tabel di atas, pola (mu-i)nya yang menjadikan kata-kata tersebut memiliki makna yang me/ yang ber.., maka dalam pola

R T @

, alif yang diikuti kasrahlah yang menjadikan kata tersebut bermakna yang me/ yang ber.., sehingga kata

RFTﻡ ﺱ

bermakna yang mendengar. d. Pola Mu-a (Huruf awal mim dibaca dlammah dan huruf sebelum akhir

dibaca kasrah). Seperti kata

R1 5ﻡ, Kata Kerja Pelaku Pasif (KKPP)

bermakna yang di../ ket. tempat/ waktu/ ide kata kerja (mashdar).

47


(49)

Semua KKPP berpola “Mu-a” kecuali pola

R:=A9ﻡ

. Pola

R:=A9ﻡ

bukan termasuk dalam pola “mu-a” tetapi memiliki makna yang sama dengan pola “mu-i” seperti kata

R&6 Hﻡ

. Jika dalam kata

R1 5ﻡ

, pola mu-a-nya yang menjadikan kata tersebut memiliki makna yang di.., maka dalam kata

R&6 Hﻡ, mim dan wawu sebelum akhirlah yang

menjadikan pola tersebut bermakna yang di, sehingga kata

R&6 Hﻡ

bermakna yang dipukul.

3. Huruf Penyakit (Illat)

1. Huruf penyakit ada tiga yaitu:

C

Q

Q

6

2.

$ dan 6 di tengah, dalam akar kata berubah menjadi .

Contoh: kata : J dan * ﺱ asalnya :=Jdan

3.

6

di akhir berubah menjadi .

Contoh: kata

= p

berubah menjadi

-p

4.

$ di akhir berubah menjadi C.

Contoh: kata

cAﺱ

berubah menjadi

EAﺱ

5. Pola

@ (KKBP) asalnya :`@ atau

@6.

Contoh: kata

ﺱ asalnya :`ﺱ atau

ﺱ6

6. Pola

T@ (KKBP) asalnya

@ atau

@6


(50)

Contoh: kata

rT

asalnya

r 6

atau

r

7. Pola

@

(KKBP) asalnya :=@ atau

@

Contoh: kata

J

asalnya

:=J

atau

J

8. Pola

Aﺕ

dan keturunannya, ta dan huruf sebelunya dibuang, dan

tasydid = 6 j

j

$

j

,

Contoh: kata

%sﺕb ta dan huruf sebelumnya dibuang, sedang

tasydid

kemungkinan asalnya waw atau alif atau ya ataupun ta, sehingga asalnya bisa

%p6

j

%p

j

%sی

j

%sﺕ

.

9. Jika setelah hurufnya dikurangi dan huruf yang tersisa hanya dua, maka kita hanya cukup menambahkan huruf $ atau pada akhir kata tersebut.

Contoh: kata

= p

setelah dikurangi

6

dan sebagai akhiran, maka yang tersisa hanya dua huruf. Untuk menggenapkan kata tersebut menjadi tiga huruf maka pada akhir kata tersebut ditambahkan huruf $ atau , sehingga asal kata tersebut bisa

p

bisa juga

E p

.

10.Jika setelah hurufnya dikurangi dan huruf yang tersisa hanya satu, maka ada dua cara, yaitu:


(51)

a. Jika huruf tersebut berkasrah atau berdhammah, berarti yang hilang adalah

6

di awal dan

$

di akhir.

Contoh: kata

=J

setelah dikurangi akhiran

6

dan nya, maka yang tersisa hanya satu huruf, yaitu

a

saja, untuk mengetahui akar katanya, kita hanya cukup menambahkan 6 di awal dan $ di akhir, sehingga akar katanya adalah

cS

J6

. b. Jika huruf tersebut berharakat fathah, berarti yang hilang adalah

(hamzah maqshurah) dan $ secara berurutan.

Contoh: kata

76 ی setelah dikurangi yang tersisa hanya satu

huruf, yaitu

*

. Untuk mengetahui akar katanya, kita hanya cukup menambahkan (hamzah maqshurah) dan $

secara berurutan, sehingga akar katanya adalah

$ *

. Langkah keempat yang harus ditempuh peserta didik adalah “Latihan yang Istiqamah”.48

Berlatih menerjemahkan al Quran secara istiqamah bukan saja akan menambah kosa kata, pengalaman dan wawasan, tatapi juga akan mendekatkan pembacanya pada Allah swt. karena al Quran adalah firman-Nya dan setiap satu huruf bernilai sepuluh kebaikan jika dibaca. Apalagi jika dipelajari bahasa dan tafsirnya.

48


(52)

Tanpa berlatih menerjemah yang istiqamah, peserta didik tidak akan mendapatkan kemajuan di bidang terjemah. Oleh karena itu, Metode Granada menjadikan latihan yang istiqamah sebagai salah satu langkah atau proses yang harus dilewati peserta didiknya.

Granada menganjurkan peserta didiknya untuk membaca dan menerjemahkan al Quran secara leterlek (kata perkata) sesuai dengan kaidah-kaidah yang diperoleh selama belajar menggunakan metode Granada. Jika telah selesai menerjemahkan satu ayat secara leterlek, kemudian ubahlah menjadi terjemahan yang mudah dipahami. Dalam hal ini, Granada menganjurkan peserta didiknya untuk melihat pada al Quran terjemahan Depag atau yang lainnya. Setelah mendapatkan arti yang mudah dipahami, peserta didik dianjurkan untuk mengetahui tafsirnya, agar tidak terjadi penafsiran atau pemahaman yang keliru, Granada menunjuk tafsir ibnu katsir sebagai rujukan.

Latihan yang istiqamah harus dilakukan setiap hari, walaupun satu atau dua ayat. Hal yang sedikit tapi rutin itu lebih baik dari pada hal yang banyak tapi terputus-putus.

B. Aplikasi Metode Granada dalam Menerjemahkan Al Quran

1T STﺏ=ﻥ%T 6 9 ﺱ @ Y 6 B_ 1 59ﻥ = t6 P /Tp @ = A@ _b (یT% 6

Terjemah Ayat

Sedang, padahal, bersama, dan, demi, tetapi

6

Orang-orang yang

(ی%


(53)

= A@

A@

[

6

Bekerja

A@

Mereka

6

Perbuatan keji

/p @

atau

6

= t

1 t

[

6

Dzalim

1 t

Mereka

6

1 59ﻥ

9ﻥ

[

1X

Jiwa

9ﻥ

Mereka

1X

B_

6

B_

[

6

Ingat

B_

Mereka

6

Allah

Y

6 9 ﺱ @

e

[

[

u

[

,

[

9v

[

6

Lalu, maka, kemudian

e

Minta

,

[

u

[

ampun

9v

Mereka

6

1 Sﺏ=ﻥ%

:

[

Wﻥ_

[

1X

Bagi, atas, untuk, milik, pada, karena, supaya

:

dosa

Wﻥ_

Mereka

1X

Artinya: Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendir, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.(Q.s. al Imran: 135)


(54)

cTﻥ_TwTﺏ P K 7=' @

T@ x9 @ cTﻥ_TwTﺏ T n T 4 B T( dn (Tﻡ o sﺕ _b6

_TwTﺏ cﺕ= LT sﺕ _Tb6 cTﻥ_TwTﺏ y ﺏz 6 Bz kT ﺕ6

cTﻥ

Terjemah Ayat

Sedang, padahal, bersama, dan, demi, tetapi

6

Ketika, karena, (ingatlah) ketika

_b

o sﺕ

Kamu (laki-laki) / Engkau

,

Menjadikan, menciptakan, membuat

o p

Di antara/antara lain, sebab/karena, dari

(ﻡ

( n

Segala, semua, yang, ini, itu

:

Tanah liat

( K

4 B

Sebagaimana/seperti, kamu

f

Badan/ bentuk

4 X

n

:

[

K

Segala, semua, yang, ini, itu

:

burung

K

cﻥ_wﺏ

&

[

7_b

[

$

Sungguh, dalam/pada, karena, dengan, demi

&

Izin

7_b

Aku

$

x9 @

e

[

,

[

x9ﻥ

Maka/lalu/kemudian

e

Kamu (laki-laki) / Engkau

,


(55)

@

Karena, dalam/pada

c@

Dia (perempuan)

X

7=' @

e

[

,

[

7 B

Maka/lalu/kemudian

e

Dia (perempuan)

,

Ada, terdapat, terjadi

7 B

Burung

K

Sedang, padahal, bersama, dan, demi, tetapi

6

k ﺕ

,

[

k ﺏ

Kamu (laki-laki) / Engkau

,

Bebas, bersih, sembuh, selamat dari

k ﺏ

Orang buta sejak lahir

Bz

Orang berpenyakit sopak

y ﺏz

Sedang, padahal, bersama, dan, demi, tetapi

6

Ketika, karena, (ingatlah) ketika

_b

L sﺕ

,

[

L p

Kamu (laki-laki) / Engkau

,

Keluar, muncul, timbul

L p

Eﺕ=

Segala, semua, yang, ini, itu

:

Orang-orang mati

Eﺕ=ﻡ

Artinya: Dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, Kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. dan (Ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (Ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku. (Q.s. al Maidah: 110)


(56)

C. Faktor Pendukung dan Penghambat

Tidak seperti proses pengajaran baca tulis al Quran yang cukup ditangani oleh seorang instruktur yang memiliki kemampuan baca tulis al Quran dengan baik. Namun dalam proses pengajaran terjemah al Quran menggunakan metode Granada, tidak hanya itu yang harus dimiliki oleh seorang instruktur, tapi dia juga harus memiliki ketekunan, kesabaran, dan ketelitian dalam menghadapi perbedaan kemampuan masing-masing peserta didik. Ada beberapa hal yang berperan sebagai faktor pendukung dan penghambat.

1. Pendukung

- Peserta belajar lancar dan fasih membaca al Quran, dan pernah belajar bahasa Arab walaupun Cuma seminggu, jadi ada backgraound sedikit. - Layar yang cukup lebar, karena metode Granada menggunakan

multimedia dalam menyampaikan materi. - Papan tulis

- Infokus

2. Penghambat - Listrik padam.

- Peserta didik yang terlalu bersemangat (tidak sabar ingin langsung ke tahap selanjutnya)


(57)

- Peserta didik yang sombong, (menganggap dirinya sudah mampu) - Perbedaan kemampuan masing-masing peserta dalam menguasai

komponen kalimat dalam bahasa Arab, sehingga penerapan metode ini membutuhkan waktu yang lama untuk pemerataan pemahaman peserta terhadap komponen kalimat dalam bahasa Arab tersebut. - Kurangnya tanggapan dan dukungan dari publik, karena mansyarakat

menganggap bahwa dalam belajar membutuhkan waktu yang relatif lama.

D. Kelebihan dan Kekurangan Metode Granada Dalam Proses Penerjemahan.

1. Kelebihan

- Dapat diajarkan menggunakan standar pengajaran di Indonesia. - Training of trainernya cukup 3 jam, dan yang penting dia tidak buta

teknologi (gaptek)

- Dapat diajarkan dalam waktu singkat (8 jam) - Tidak membuat orang takut belajar.

2. Kekurangan

- Sulitnya menentukan padanan kata yang tepat, agar makna yang terkandung dalam bahasa sumber (al Quran) dapat disepadankan ke


(58)

dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia). Terlebih bahasa yang terkandung dalam al Quran memiliki makna kata yang tinggi.

- Metode ini hanya dapat digunakan untuk menerjemah al Quran (teks bahasa Arab yang berharakat).


(59)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan telaah mendalam melalui kajian pustaka (library research) dan penelitian lapangan (field research) terhadap penerjemahan al Quran metode Granada dalam proses penerjemahan, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk dapat menerjemah dengan baik dengan menggunakan Metode Granada, peserta didik harus melalui empat langkah proses menerjemah metode Granada. Yaitu:

1. Menguasai komponen kalimat dalam Bahasa Arab. 2. Menguasai kata-kata tak berubah.

3. Menguasai rumus Granada beserta aplikasinya. 4. Latihan yang istiqamah.

Segala sesuatu memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu pula yang terdapat pada objek penelitian yang penulis lakukan. Adapun kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan

- Dapat diajarkan menggunakan standar pengajaran di Indonesia. - Training of trainernya cukup 3 jam, dan yang penting dia tidak gaptek - Dapat diajarkan dalam waktu singkat (8 jam)

- Tidak membuat orang takut belajar. 2. Kekurangan

- Sulitnya menentukan padanan kata yang tepat, agar makna yang terkandung dalam bahasa sumber (al Quran) dapat disepadankan ke


(60)

dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia). Terlebih bahasa yang terkandung dalam al Quran memiliki makna kata yang tinggi.

- Metode ini hanya dapat digunakan untuk menerjemah al Quran (teks bahasa Arab yang berharakat).

B. Rekomendasi

Skripsi ini belum menjadi skripsi yang final. Masih banyak pembahasan yang dapat diurai kembali dan dikembangkan lebih mendalam. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada para pembaca terutama mahasiswa Jurusan Tarjamah agar mampu meneruskan serta melengkapi pembahasan pada skripsi ini. Sehingga akan semakin melengkapi penelitian yang sudah ada.

Ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan berkaitan dengan hasil penelitian ini, antara lain:

1. Dalam memepelajari al Quran, hendaknya pelajar tidak memiliki persepsi bahwa mempelajri al Quran itu merupakan hal yang sulit, dan memerlukan waktu yang relative lama.

2. Kepada para pengajar, hendaknya dalam memberikan materi tidak menggunakan kata-kata yang sulit dimengerti, karena tidak semua peserta didik memiliki backgraound pendidikan yang mengerti bahasa Arab. 3. Sebelum menyampaikan materi, hendaknya para pengajar memisahkan

antara peserta didik yang sudah pernah belajar bahasa Arab dan yang belum, sehingga dapat memudahkan dalam penyampaian materi.


(61)

Demikian kesimpulan dan saran dari penulis, semoga dapat bermanfaat bagi kemajuan penerjemahan di masa yang akan datang. Selain itu, walaupun skripsi ini masih sangat sederhana dan masih banyak kekurangan di sana-sini, namun diharapkan dapat berguna bagi para pembaca khususnya penulis.

Seperti yang dikatakan Rasulullah saw. bahwasanya manusia merupakan tempat salah dan lupa, oleh karena itu penulis mohon maaf jika terdapat penulisan yang tidak sesuai, dan juga penulis mohon koreksi serta saran-saran yang positif ke arah kesempurnaan penelitian ini.

Wassalam


(62)

Daftar Pustaka

Ahmad, Solihin Bunyamin, Metode Granada Sistem 8 Jam Bisa Menerjemah al Quran. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000, cet ke-1.

Ahmad, Solihin Bunyamin, Panduan Belajar dan Mengajar Terjemah Al Quran Metode Granada, Jakarta: Granada Nadia, 2001.

Ahmad, Solihin Bunyamin, Wawancara Pribadi, Jakarta 28 Februari 2008. Burdah, Ibnu, Menjadi Penerjemah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004 cet. 1. Djuharie, O. Setaiwan, Teknik dan Panduan Menerjemahkan Bahasa Inggris –

Bahasa Indonesia, Bandung: Yrama Widya, 2005, cet 2.

Hanafi, Nurachman, Teori Dan Seni Menerjemahkan, Ende: Nusa Indah, 1986, cet 1.

Hidayatullah, Moch Syarif, Diktat II Teori dan Permasalahan Penerjemahan.

Larson, Milderd L., Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman untuk Pemadanan Antar Bahasa, Jakarta: Arcam, 1991.

Machali, Rochayah, Pedoman Bagi Penerjemah, Jakarta: Grasindo,2000, h.23 Mansyur, Moh. dan Kustiawan, Pedoman bagi Penerjemah Arab-Indonesia,

Indonesia-Arab, Jakarta: Moyo Segoro Agung, 2002.

Masyah, Syarif Hade, Teknik Menerjemah Teks Arab 1, Jakarta: Transpustaka, 2005.

Moentaha, Salihen, Bahasa dan Terjemahan, Bekasi: Kesaint Blanc, 2006, Cet ke-I.


(63)

_________, Pendidikan dan Pelatihan Program Terjemahan al-Quran Sistem 40 Jam, Jakarta: Tim Penyelenggara Pelatihan Terjemah Al Quran Sistem 40 Jam TPPTQ Masjid Istiqlal, 2001, h.1

Rofi’i, Dalil fi al-Tarjamah; Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia Jakarta: Persada Kemala, tt.

Rudolf, M., Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1949 cet. Ke-1, h. 29

Simatupang, Maurits D.S., Pengantar Teori Terjemah, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional: Universitas Indonesia 1999/2000 h.39

Suryawinata, Zuchridin, Terjemahan: Pengantar Teori dan Praktek, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989.

Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2002, cet. ke-2

Alam, Datuk Tombak, Metode Menerjemahkan Al-Qur’anul Hakim 100 kali Pandai, Bandung: PT. Al Ma’arif, 1983, h.20-21.

Widyamartaya, A., Seni Menerjemahkan, Yogyakarta: Kanisius, 2006, cet. ke-15 Yusuf, Suhendra, Teori Terjemah: Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan


(1)

terus semangat yang kuat, kesabaran yang kuat, ada dana, jadi belajar metode granada ini bukannya sim salabim langsung bisa, tapi juga dengan susah payah, dan yang membedakan di sini adalah susah payahnya tidak memakan waktu yang lama. tapi seberapa lamanya? lamanya itu kalau peserta sudah latihan satu juz pertama, itu sudah meraih 70% bahasa dalam al quran.

P : Dalam mempelajari metode Granada, ada berapa tahap yang harus ditempuh seorang siswa? Bisa bapak jelaskan secara singkat?

SBA : Menguasai komponen kalimat dalam bahasa arab; menguasai kata-kata tidak berubah (kata-kata kata-kata yang tidak ada kata-kata dasarnya) termasuk huruf bermakna, kata ganti (isim domir), kata

penghubung bermakna "yang" (isim mausul), kata tunjuk (isim Isyaroh); menguasai rumus-rumus granada yang saya klaim sebagai nahwu sharaf dalam satu halaman; setelah itu praktek dan biasanya jam ke 6 peserta baru mulai bisa menerjemah.

P : Metode mengajar seperti apa yang bapak gunakan dalam mengajarakan metode Granada?

SBA : Kita pakai multimedia dengan metode Granada, misalnya buka kamusnya dengan multimedia, sekarangkan jamannya jaman teknologi, kita mau pesantren sudah punya action yang bagus tentang pengetahuan dan teknologi, sarungan tapi teknologi tak ketinggalan.

P : Dalam “mempelajari” dan “mengajarkan” metode ini, menurut bapak hal-hal apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat jalannya proses belajar-mengajar?

SBA : Yang palaing mendukung dari sisi peserta belajar itu baca alqurannya lancar dan fasih, dan pernah belajar bahasa arab


(2)

serlain itu kalau layarnya cukup lebar, papan tulis, dan kamera. penghambatnya kalau misalnya listrik mati, pelajar yang terlalu bersemangat sehingga dia ingin selalu cepat-cepat pada langkah selanjutnya,

P : Yang terakhir, menurut Bapak sendiri, apa kekurangan dan kelebihan metode Granada dalam proses penerjemahan? SBA : Kekurangannya jelas, hanya bisa menerjemah yang berharakat, dan

ini memang hanya dipersiapkan untuk al Quran. kelebihannya dalam penerjemahan itu bisa diajarkan dengan metode standar di indonesia, untuk training of trainernya cukup 3 jam, yang penting calon trainernya tidak gaptek, dalam waktu singkat orang bisa menerjemah (insya Allah), tidak bikin orang takut, kalau misalnya 6 tahun baru bisa menerjemah takutlah orang.


(3)

Lampiran II

TABEL RUMUS GRANADA

AKHIRAN SISIPAN AWALAN

T" TSX 1TSX X (TSX f B 1B Tf (B $ { ETﻥ ﻥ KT. Ganti T7 { T(ی { T( ی 76 { (ی { ( Tی G ﺕ T7 { T( ﺕ , ; ; C ,6 6 KB T7 { 76 { 6 { 6 7 (ی { $ 7 { 7 KKBSAK 6 { 6 , ﺕ 7 , ﺕ 1ﺕ T, (ﺕ , ﻥ KKB L T; 6 6 $ T, T| { T] \S KK/KB S Sﺕ S ﺱ KK/ KB Sی Sﺕ Sﻥ KKBSAK Sﻡ STﻡ Sﻡ KB KKBL/ J Tb IKK Sﺕ KKBL/IKK /KKBP Sﺱ S ST S S HRF. BERMAKN A 6 S@ STﺏ SB ST HRF. BERMAK NA Ket:

KB= Kata Benda, KK= Kata Kerja, IKK= Ide Kata Kerja, KKBL= Kata Kerja Bentuk Lampau, KKBSAK= Kata Kerja Bentuk Sedang/ Akan/ Kebiasaan, KKBP= Kata Kerja Bentuk Perintah, J = jamak


(4)

(5)

Ket:

1. Dl = dia laki-laki

2. Ml2 = mereka lelaki berdua 3. Ml = mereka lelaki

4. Dp = dia perempuan

5. Mp2 = mereka perempuan berdua 6. Mp = mereka perempuan

7. El = engkau lelaki

8. El2 = engkau lelaki berdua 9. Kl = kalian lelaki

10.Ep = engkau perempuan 11.Ep2 = engkau perempuan berdua 12.Kp = kalian perenpuan

13.A = aku 14.Ki = kita 15.T = telah 16.S = sedang

17.* = jika ada waw sebelum akhir 18.** Mu-I = yang me / yang ber

19.** Mu-a = yang di

} = tho menjadi sisipan jika jatuh setelah shad atau dlad, dan dal menjadi sisipan jika jatuh setelah zay


(6)