major dunia. Kekuatan Barat pun kemudian menjadi super power. Perubahan konteks peradaban ini membawa perubahan signifikan dalam peta relasi linguistik
dunia. Barat menjadi ‘imam dan guru’, sementara yang lain termasuk Arab dan Indonesia menjadi tabi’ pengikut. Bahasa Arab dan bahasa Indonesia berada
pada posisi yang kurang lebih sama, sebagai tabi’ dari bahasa-bahasa lain, yaitu bahasa-bahasa Barat, terutama bahasa Inggris. Implikasi linguistik dari keadaaan
ini adalah, bahasa Indonesia tidak secara dominan berkiblat dan menyerap bahasa Arab semata, akan tetapi beralih kepada bahasa Inggris. Bahkan bahasa Arab
sendiri juga berkiblat dan menyerap banyak istilah dan pengaruh dari bahasa Inggris.
2. Jenis - Jenis Terjemahan
Istilah metode berasal dari bahasa Inggris yaitu method
7
. Dalam
Macquarie Dictionary 1982, metode didefinisikan sebagi:
“Way of doing something, especially in accordence with a definitc plan” atau
metode adalah suatu cara untuk melakukan sesuatu, terutama yang berkaitan dengan rencana tertentu.
8
Ada beberapa metode dan jenis terjemahan yang diterapkan dalam praktik menerjemahkan. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor:
1. Adanya perbedaan beberapa sistem antara bahasa sumber dengan
bahasa sasaran. 2.
Adanya perbedaan jenis materi teks yang diterjemahkan.
7
Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, Jakarta: Grasindo,2000, h.23
8
Ibid. h.48
3. Adanya anggapan bahwa terjemahan adalah alat komunikasi.
4. Adanya perbedaan tujuan dalam menerjemahkan suatu teks.
Dalam proses menerjemahkan yang sesungguhnya, keempat faktor tersebut tidak selalu berdiri sendiri, dalam artian bahwa ada kemungkinan seorang
penerjemah menetapkan dua atau tiga jenis penerjemahan sekaligus dalam proses penerjemahan sebuah teks.
9
Pada umumnya terjemahan terbagi atas dua bagian besar: terjemahan harfiah literal translation dan terjemahan yang tidak harfiah atau bebas
non-literal translation dan free translation. Pembagian terjemahan juga dapat
dibuat berdasarkan definisi yang digunakan Larson 1984, misalnya, membagi
terjemahan menjadi terjemahan yang berdasarkan makna maning-based translation dan terjemahan yang berdasarkan bentuk form-based
translation. Yang harfiah adalah terjemahan yang berdasarkan atau mengutamakan bentuk menurut Larson dan yang bebas dapat disepadankan
dengan terjemahan berdasarkan makna atau yang mementingkan makna. Nidan
dan Taber 1969 membagi terjemahan ke dalam terjemahan yang harfiah dan yang dinamis.
10
Kurang lebih ada delapan metode penerjemahan yang sering digunakan dalam proses penerjemahan, masing-masing metode memiliki kekurangan dan
kelebihan, sehingga penggunaan metode tersebut harus disesuaikan dengan
9
M. Rudolf, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1949 cet. Ke-1, h. 29
10
Maurits D.S. Simatupang, Pengantar Teori Terjemah, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional: Universitas Indonesia 19992000 h.39
kepentingan dan praktik penerjemahan yang akan dilakukan. Kedelapan metode tersebut adalah:
1. Penerjemahan Kata demi Kata
Proses penerjemahan dalam metode ini biasanya kata-kata Teks Sasaran langsung diletakkan di bawah versi teks sumber. Secara umum
metode ini dipergunakan sebagai tahapan pra-penerjemahan dalam menerjemahkan teks yang sukar dipahami mekanisme Bahasa
Sumbernya. Dalam proses penerjemahan metode ini dapat terjadi pada tahap analisis atau tahap awal pengalihan. Namun metode
penerjemahan semacam ini mempunyai kegunaan atau tujuan khusus, dan di Indonesia metode ini tidak lazim digunakan.
Contoh:
ﻡ ی
Artinya: Di mana kitab yang membelinya Ahmad kemarin?
11
2. Penerjemahan Harfiah
Metode penerjemahan harfiah ini biasa disebut sebagai penerjemahan Faithful Translation.
12
Hal ini didasarkan pada konsepsi bahwa penerjemahan hendaknya berlaku setia atau sejalan dengan naskah
aslinya. Metode ini dapat digunakan untuk membantu penerjemah melihat masalah yang harus diatasi.
11
Rofi’i, Dalil fi al-Tarjamah; Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia Jakarta: Persada Kemala, tt, h. 2
12
Nurachman Hanafi, Teori Dan Seni Menerjemahkan, Ende: Nusa Indah, 1986, h. 23 cet 1
13
Rofi’i, Dalil fi al-Tarjamah; h. 1
Contoh:
+ ,- . ی
Artinya: Membeli pedagang hasil pertanian
13
3. Penerjemahan Setia
dalam metode ini penerjemahan dilakukan dengan mencoba memproduksi makna kontekstual Teks Sumber Tsu dengan masih
dibatasi struktur gramatikalnya. Penerjemahan ini sangat berpegang teguh pada maksud dan tujuan Teks Sumber Tsu, sehingga hasil
terjemahan dengan menggunakan metode ini akan terlihat kaku dan seringkali terlihat asing. Metode ini dapat digunakan dan dimanfaatkan
untuk membantu penerjemah dalam proses awal pengalihan. Contoh:
000 1ﻥ ی 3 ﻡ ی 1ﻥ4 5
000
Artinya: Agar dia memohon izin kamu yang telah memiliki dia tangan-tangan kananmu.
14
4. Penerjemahan Semantis
Berbeda dengan penerjemahan setia yang kaku dan tidak kenal kompromi dengan kaidah Teks Sasaran Tsa, penerjemhan semantis
lebih fleksibel dan harus mempertimbangkan unsur estetika teks
14
Moch Syarif Hidayatullah, Diktat II Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h. 15
Bahasa Sumber Bsu dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Selain itu, kata yang hanya sedikit bermuatan
budaya dapat diterjemahkan dengan kata yang netral atau istilah yang fungsional.
Contoh:
ی ﻡ6 7 ی ﺏ 9 :
5 ;=ﺱ ?
Artinya: Barangsiapa mengambil kekufuran sebagai pengganti keimanan, ia tersesat dari jalan yang benar QS. Al-
Baqarah: 108.
15
5. Adaptasi termasuk saduran
Adaptasi merupakan metode yang paling bebas dan paling dekat dengan Bsu. Istilah “saduran” dapat dimasukkan di sini asalkan
penyadurannya tidak mengorbankan hal-hal penting dalam Bsu. Biasanya metode ini dipakai dalam penerjemahan drama atau puisi
yang mempertahankan tema, karakter, atau alur. Tetapi dalam penerjemahan, terjadi peralihan budaya budaya Bsu ke budaya Bsa,
dan teks asli ditulis kembali serta diadaptasikan ke dalam Bsa. Contoh:
ﻥ ﺏ ﻥ ﻥ
Artinya: mumpung padhang rembulane
16
6. Penerjemahan Bebas
15
Moh. Mansyur dan Kustiawan, Pedoman bagi Penerjemah Arab-Indonesia, Indonesia- Arab
, Jakarta: Moyo Segoro Agung, 2002, h. 112
16
Moch Syarif Hidayatullah, Diktat II, h. 16
Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk teks Bsu. Biasanya, metode ini berbentuk
sebuah parafrase yang dapat lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya. Metode ini sering digunakan di kalangan media massa.
Metode ini mempunyai kegunaan yang sangat khusus. Seorang penerjemah harus berhati-hati dalam memilih metode ini sebagai
metode penerjemahannya serta memikirkan kapan dan apa tujuan penerjemahannya.
Contoh:
Aی 6 ﺏ B C Aی D
E ی ﻡ F G6 H ﺏ
D C
Artinya: Isi di luar tanggung jawab percetakan.
17
7. Penerjemahan Idiomatik
Metode ini bertujuan memproduksi pesan dalam teks Bsu, tetapi sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang
tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian, banyak terjadi distorsi nuansa makna.
I6 ی I . :
Artinya: Harta haram tidak akan bertahan lama.
18
8. Penerjemahan Komunikatif
17
Moh. Mansyur, Pedoman, h. 112
18
Moch Syarif Hidayatullah, Diktat II, h. 17
Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang demikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi
langsung dapat dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, versi TSa- nyapun langsung bisa diterima. Metode ini memperhatikan prinsip-
prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Contoh:
ﺱ J K L6M , ﻡ
Artinya: Suami Fatimah meninggal dunia dua jam yang lalu.
19
3. Proses Penerjemahan