Kenapa Majalah Playboy saja yang dilaporkan oleh FPI, ustad?

bangsa Indonesia. Dan mereka itu teroris, mereka teroris moral, yang seharusnya hukumannya itu jelas, saya rasa itu. T: Kenapa Majalah Playboy saja yang dilaporkan oleh FPI, ustad? J: FPI sudah dari dulu melaporkan majalah-majalah tersebut, Matra, Poplar, Gatra, majalah-majalah yang berbau pornografi itu sudah, sudah semua ke Polda Metro Jaya, hanya tidak di ekspose, kasusnya selesai begitu saja, saya tidak mengerti seolah- olah aparat penegak hukum ini tidak mampu untuk menyelesaikan kasus ini dengan baik, karena itu entah apa yang menjadi alasan dan beberapa termasuk kalau saat ini, kan dulu, kalau sekarang ini dibilang ini kok masih begini-begini saja, saya katakan tidak bisa begitu Playboy adalah ibarat lokomotif, yang lain ada Popular ada ini dan segala macam, itu belum, kalau pun itu porno itu hanya kelas kecil, kita kalau bunuh ular, itu kepalanya dulu, kalau ekornya kita potong bisa kita yang terkena catek, bahaya, harus pongkolnya dulu, ini semua kan kena, kalau playboy dinyatakan porno semua majalah yang ada porno namanya. Kalau Playboy disebut kriminal, maka semua yang melakukan seperti itu kriminal, kalau Playboy disebut bukan produk pers, maka semua yang seperti dia bukan produk pers, kenapa Dewan Pers juga tidak bisa memberikan kekuatan hukum? Itu dulu Ini pongkornya ini kepala, lokomotif dia dulu kita lihat, badan dan kakinya belakangan. Dia satu paket, kemudin dia bilang akan ada Maxim, Maxim punya Inggris, Maxim majalah porno milik Inggris, sehingga tidak mungkin iklan, artis-artis modelnya itu yang ada di Maxim tidak masuk ke Playboy, model-model Playboy tidak akan bisa masuk ke Maxim, jadi ini adalah mereka sebut FPI melakukan tekanan kepada Playboy karena dibayar oleh Maxim, tidak ada urusan sama Maxim, kita tidak kenal dengan Maxim, itu urusan punya Inggris, punya Jerman, siapapun yang punya kita tidak kenal, kita tidak tahu yang kita tahu Playboy, sekalipun kita tidak pernah melihat majalahnya. Namun kita tahu Playboy pasti porno dan di dalamnya terbukti bukan tidak porno, porno kok, begitu, seperti itu. T: Dengan kasus bebasnya pimred majalah Playboy maka masalah Pornografi dan Pornoaksi tidak akan pernah tuntas, ustad? J: Tapi tidak juga, ga’ juga. Ini kan baru langkah pertama, ini baru keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, baru Jakarta Selatan keputusan vonis yang dibuat oleh Pengadilan Jakarta Selatan itu, belum tentu salah, itu baru seorang loh, kan dilaporkan oleh FPI itu 15 orang, baru seorang kasus hukum masih berjalan. Dan itu baru Pengadilan Jakarta Selatan, dan kita sudah banding, banding kita, dan jadi jaksa pun kasasi.kita berharap masih ada penegak hukum yang berani menyatakan yang haq kita masih berharap, ini baru satu, baru satu tahap masih ada kasasi, naik ketingkat tinggi, kita sudah laporkan 3 tiga hakim itu sudah dilaporkan ke Mahkamah Konstitusi sebagai hakim yang kita anggap tidak bermoral, dan apa namanya cukup kuat indikasi-indikasinya memiliki apa namanya keterkaitan dalam kolaborasi pelecehan hukum di negeri ini, jadi itu termasuk nama-nama hakim yang perlu untuk dipanggil, untuk diperiksa kredibilitas mereka sebagai hakim, dalam rangka pemberantasan mafia peradilan, itu sudah kita laporkan, kita sudah ketemu, kita sudah ke Mahkamah Konstitusi dan Alhamdulillah jaksa juga baik, sekarang dan kita sudah minta Jaksa Agung supaya mengambil bagian dalam masalah ini, karena ini pongkor itu tadi, sama kaya model Ahmadiyyah, ini adalah pongkor dari aliran sesat, yang lain itu kecil-kecil, yang besar, kalau yang besar dibiarkan, maka otomatis yang kecil-kecil tetap, begitu juga yang ini, jadi kita minta keterlibatan seluruh institusi dan ini proses masih terus berjalan sekalipun dikatakan sekarang Playboy sudah rugi besar, anjlok banget, sudah tidak laku, apapun alasan mereka buat ini masalah hukum bukan masalah hukum karma, kalau hukum karma kita tidak bicara mau rugi, mau untung ini masalah hukum, kriminal dulu ini masalahnya moral. T: Dengan maraknya majalah Playboy dan media porno lainnya bagaimana upaya untuk mengatasinya agar tidak ada pornografi, ustad ? J: Itu makanya yang paling penting adanya UU APP, dan adanya UU APP ini menjadi satu langkah memberanikan diri aparat hukum dalam menerapkan hukumnya, dan mereka itu jadi kena pidananya, begitu loh mereka kena pidananya, sekarang karena mereka merasa tidak kena pidana jadi mau bilang apa? Mereka seperti itu terus jadi kalo misalnya kita yang paling efektif dan efisien tidak ada cara lain. Seperti itu kita perlu akui bahwa RUU APP di Indonesia ini jauh lebih maju daripada yang lain. Di Amerika Serikat saya sudah ketemu dengan PANSUS Panitia Khusus yang membuat ini Pa’ Balkan sudah berjumpa dan pada waktu itu ia baru pulang dari Amerika Serikat, dia berjumpa dengan tokoh-tokoh agama disana, dan menyatakan “salut” kepada Indonesia yang sudah memulai membuat RUU APP ini, kami Amerika ketinggalan dan sekarang mereka sedang merumuskan membuat RUU APP di Amerika. Baru-baru ini di Cina, minggu ini di Cina ini sudah 40.000 situs internet yang porno ditutup oleh pemerintah dalam rangka perang anti Pornografi, real 40.000 dan sudah ditangkap 800 orang yang pemilik situs-situs ikut memberikan pajak terhadap menjatuhkan sanksi pajak pada 20.000 orang yang ditangkap sampai 800 orang, penyebar situs-situs porno di internet, ini di Cina baru-baru ini, artinya memang Indonesia menjadi lokomotif menjadi motor dalam perang melawan Pornografi dan Pornoaksi ini, ini diikuti oleh negara yang lain, bukan tidak, sekalipun ada lebihnya mereka langsung berbuat, langsung bertindak, Cina yang sebegitunya, apa namanya negara yang ada keterkaitannya dengan komunis saja berani dalam berbuat sedemkian rupa itu luar biasa, bagaimana dengan kita yang ber-Pancasila, padahal RUU APP kan sudah difitnah kanan-kiri, dibilang RUU syari’at, ingin menegakkan syariat Islam, dan lain-lain, padahal tidak ada sama sekali kita baca dari A sampai Z, RUU APP tidak ada sama sekali berbicara soal jilbab, tidak ada sama sekali, kalau bicara syariat bicara jilbab, mana jilbabnya, tidak ada kok, mana yang syariat? Itu semua hanya berbicara kesopanan-kesopanan, dan tidak ada yang tertindas , dan katanya tertindas, kaum wanita tertindas tidak ada ternyata, sama saja mau laki- lakiatau perempuan harus sopan. Man yang tertindas. Kalau mereka teman-teman pelacur itu “betul”, mungkin mereka akan tertekan begitu karena memang mereka satu bagian. T: Keseriusan pemerintah sekarang dalam menumpas Pornografi dan membuat Undang-undang Anti Pornografi dan Pornoaksi, ustad ? J: Selama RUU masih tertunda, kalau kita sih terus terang tanggapan kita, pemerintah khususnya SBY ini terlalu banyak menebar-nebar pesona, dulu saya pernah ingat, beliau ketika baru diangkat menjadi Presiden, dihadapan MUI, Ormas-ormas Islam dan dihadapan Ulama-ulama dia menyatakan “gerah dengan pornografi yang ada di televisi, media-media yang buka-buka aurat saya gerah dan saya berjanji akan memerangi”. Sampai sekarang Playboynya datang dilindungi lagi, sekarang dihadapan dia, ditangan dia, ditangan pemerintah sendiri RUU APP nya mana? Sampai sekarang kita tagih, jadi SBY itu terlalu banyak menebar pesona, terlalu banyak janji-janji, mengumbar janji-janji, terlalu banyak bohongnya lah, jadi kita beranggapan apa namanya, kalau dibilang serius, mereka tidak serius menangani Pornografi dan Pornoaksi ini, tapi ya lumayan lah masih mau berbuat sekalipun masih melebarkan korban-korban yng lebih banyak lagi, masih mau, sedikit lambat sekali jalannya. T: Pergerakannya FPI,ustad?