Islam dan masyarakat dengan berdemonstrasi turun ke jalan untuk memberantas pornografi dan pornoaksi.
Dengan pemahaman dan ketaatan terhadap ajaran Islam, juga adanya kepedulian umat Islam dan aparat penegak hukum terhadap pornogafi dan pornoaksi.
Penulis harap hal tersebut dapat efektif dalam memberantas, menanggulangi, mencegah pornografi dan pornoaksi yang marak saat ini.
2. Penanggulangan Pornografi dan Pornoaksi Menurut Hukum Positif
Pornografi dan pornoaksi merupakan masalah lama yang belum dapat ditanggulangi oleh ketentuan-ketentuan yang ada yang terdapat dalam KUHP. Sanksi
terhadap tindak pidana pornografi dan pornoaksi yang telah diatur dalam pasal 281, pasal 282, pasal 283, pasal 532, pasal 533, KUHP dianggap kurang efektif, karena
hukum pidana yang berlaku di Indonesia hingga kini merupakan peninggalan Belanda yang dilandasi oleh falsafah yang berbeda dengan falsafah yang dianut oleh bangsa
Indonesia, seperti mengutamakan kebebasan, menonjolkan hak-hak individu, dan kurang berhubungan dengan moralitas.
64
Boleh jadi, akibat pengaturan delik susila yang sangat longgar itu dunia Barat menghadapi peningkatan kebebasan seksual. Indonesia pun ternyata tidak luput dari
pengaruhnya. Kebebasan seksual meningkat tajam, konsekuensinya saat ini, masalah pornografi dan pornoaksi semakin memprihatinkan dan dampak negatifnya pun
64
Ibid., h. 84
semakin nyata, diantaranya sering terjadi perzinaan, perkosaan dan bahkan pembunuhan maupun aborsi.
Di sisi lain, upaya pemerintah dalam menanggulangi masalah pornografi dan pornoaksi dari aspek hukum dibuat UU No.4PNS1963, tentang pengamanan
terhadap barang cetakan, yang isinya dapat mengganggu ketertiban umum. Di dalam pasal 1 dijelaskan bahwa “Jaksa Agung berwenang untuk melarang beredarnya
barang-barang cetakan yang mengganggu ketertiban umum”.
65
Berdasarkan wewenang kejaksaan sebagaimana diatur dalam UU tersebut jo pasal ayat 27 30 UU No. 5 tahun 1991 mengenai pengamanan terhadap barang
cetakan yang isinya dapat mengganggu ketertiban umum maka kejaksaan telah berusaha secara maksimal mengadakan pengawasan terhadap setiap barang cetakan
baik dari dalam maupun luar negeri, hal ini antara lain dilakukan dengan menyita dan melarang beredar sejumlah majalah porno dari luar negeri, seperti Club, Beaver,
Hustler, Penthouse, Book Stop Magazine, Play Boy, Candy, dan Pornorog. Selain itu disita dan dilarang Video kaset seperti Porky’s Emmanuel, finishing School, Ananda,
dan sebagainya.Termasuk juga Laser Disc Competition, The Young Like It, dan Hot Blooded. Beberapa audio casette dari penyanyi Indonesia juga dilarang seperti alat
kelamin plastik.
66
Namun jarang sekali diketemukan pelaku tindak pidana pornografi dan pornoaksi yang dikenai sanksi pidana. Meskipun sering terjadi penangkapan,
65
I.N. Suwanda , “Pornografi dan Prilaku Kriminal,” UI, Depok, Pebruari 1994, h.4
66
Ibid., h. 34 - 35
penggrebekan, razia, dan sebagainya terhadap pelaku namun dari data yang ada masih sedikit kasus-kasus yang diajukan ke pengadilan. Dari tahun 1980 sampi dengan 1993
hanya ada 12 kasus pornografi melanggar pasal 282 KUHP yang diajukan ke pengadilan dan dimintakan kasasi.
Selanjutnya untuk menanggulangi pornografi dan pornoaksi sebetulnya sudah lama di buat Rancangan Undang-undang itu sejak Pemerintahan Megawati, melalui
Departemen Agama, dengan Menteri Agama yang pada saat itu Said Agil Al- Munawar, itu sudah dirampungkan, kemudian hasil Rancangan Undang-undang Anti
Pornografi dan Pornoaksi ini diberikan ke DPR untuk diperiksa kembali dan kemudian disahkan. Namun sampai saat sekarang ini belum ada Undang-undang Anti
Pornogarfi dan Pornoaksi yang diharapkan dapat memberantas, menanggulangi dan mencegah permasalahan tersebut. Dan adanya suatu legalitas hukum untuk menindak
dan menyelesaikan kasusu-kasus pornografi dan pornoaksi, dikarenakan pula definisi dari pornografi dan pornoaksi yang berbeda-beda.
Namun sampai saat ini upaya pemberantasan, penanggulangan, dan pencegahan tindak pidana tersebut belum ada perubahan yang memadai apabila
dibandingkan dengan ketentuan-ketentuan dalam pasal 281, pasal 282, pasal 283, dan pasal-pasal lain yang terkait dengan pornografi dan pornoaksi yang diatur dalam
KUHP. Memang tidaklah mudah untuk menanggulangi masalah ini mengingat
perkembangan teknologi, reaksi sosial yang lemah, permisiveness, serta standar porno atau melanggar susila itu sendiri yang seringkali tidak jelas. Oleh karena itu,
penulis berharap dalam perumusan delik-delik kesusilaan di KUHP Nasional mendatang, hendaknya diperhatikan norma-norma agama, terutama agama Islam
yang jauh berbeda dengan norma-norma di dalam KUHP yang berasal dari Barat. Keberanian aparat hukum untuk menegakan peraturan sangatlah diharapkan,
mengingat apabila aparat hukum yang menjalani sutu peraturan tidak berani dan tegas maka hukum akan menjadi mandul. Selain itu pula, harus segera disahkan RUU Anti
Pornografi dan Pornoaksi yang selama ini terbengkalai di Dewan Perwakilan Rakyat. Dengan begitu diharapkan akan mencapai suatu keberhasilan yang cemerlang
memberantas dan menanggulangi dampak negatif dari pornografi dan pornoaksi.
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MAHASISWA SIYASAH SYAR’IYYAH
U I N SYARIF HIDAYATULLAH DAN FRONT PEMBELA ISLAM
A. Profil Mahasiswa Siyasah Syar’iyyah
Bermula dari Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah hasil perubahan dari Institut Agama Islam Negeri IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Perubahan tersebut ditetapkan dengan Keputusan Presiden republik Indonesia Nomor 031 tanggal 20 Mei Tahun 2002. Menurut catatan sejarah, berdirinya IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta itu didsarkan pada gagasan dan hasrat umat Islam yang merupakan mayoritas bangsa Indonesia untuk mencetak kader pemimpin Islam yang
diperlukan bagi perjuangan dan pembangunan bangsa Indonesia. Dalam perkembangan dan perubahan status yang semula Institut beralih ke
Universitas, memberikan prestasi yang gemilang dengan menambah fakultas-fakultas dan itu di mulai pada tahun akademik 20022003 dan sebagai upaya untuk
menghilangkan dikotomi ilmu menetapkan nama-nama fakultas sebagai berikut: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Fakultas Dirasah Islamiyah, Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial, Fakultas Sains dan Teknologi, dan Program Sarjana.