Penanggulangan Pornografi dan Pornoaksi Menurut Hukum Islam

di usia anak-anak dan remaja yang masa emosinya sedang labil dan belum dapat menahan gejolak seksualitas yang ada pada dirinya. Di sisi lain bahwa ajaran Islam melarang pemanfaatan tubuh oleh pemiliknya untuk pornografi dan pornoaksi karena hal tersebut tidak sesuai dengan tujuan hukum Islam. Hal ini telah diatur dalam surah an-Nur ayat 30-31, bahwa tubuh merupakan amanah Allah yang wajib dipelihara oleh setiap insan dalam rangka memelihara kehormatan. Islam secara tegas menuntun, membimbing, mengarahkan, dan menentukan mnusia dalam memperlakukan dan memanfaatkan tubuh agar terjaga kehormatan, derajat, martabat diri baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa untuk mencapai kebahagiaan hidup dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak.

1. Penanggulangan Pornografi dan Pornoaksi Menurut Hukum Islam

Bagi umat Islam, tidak ada pilihan lain selain meyakini bahwa menjalankan syariat Islam merupakan bagian dari menjalani din agamanya secara kaffah. Kalau kini banyak keinginan untuk menegakkan syariat Islam di berbagai temapat, kelahirannya bukan karena terlanda euphoria demokrasi atau reformasi serta kebebasan. Hal ini lahir karena kesadaran umat Islam terhadap perbedaan hukum Barat yang berasal dari akar pemikiran manusia dengan syariat Islam yang bersumber dari dua rujukan hidup yang valid, yakni Al-Qur’an dan as-Sunnah. Maka hukum Islam dipandang paling sesuai dengan rasa keadilan. Syariat Islam dipandang paling bisa memenuhi lima kebutuhan dasar hidup manusia maqashidusy-syari’ah al- khamsah , yakni melindungi din agama, jiwa, harta, akal, dan keturunan. Aspek syariat Islam sangat menjunjung tinggi lima kebutuhan dasar hidup manusia, mengenai pornografi dan pornoaksi mempunyai hubungan dengan perlindungan yang lima kebutuhan dasar hidup manusia, khususnya menyangkut agama, jiwa dan keturunan. Pornografi dan pornoaksi menyebabkan rusaknya moral masyarakat, norma agama, serta pemanfaatan tubuh atau jiwa yang tidak pada tempatnya dan dilarang oleh agama. Selain itu pula dari dampak yang diakibatkan dari pornografi dan pornoaksi adalah sebagai jalan untuk melakukan perzinahan, karena apabila seseorang melihat gambar-gambar yang membangkitkan nafsu syahwatnya, menjadikan seseorang untuk mengikuti atau memperagakan apa yang dilihatya kepada seseorang kekasih yang bukan mahramnya atau wanita. Ini akan menimbulkan perzinahan, dan apabila sudah terjadi perzinahan maka akan melahirkan keturunan yang rusak. Untuk melindungi manusia dari hal-hal yang dapat merusak dan untuk melindungi agama, jiwa, harta, akal, dan keturunan khususnya mengenai dampak negatif dari pornografi dan pornoaksi adalah aspek agama merupakan salah satu faktor utama yang dapat memberantas, mencegah, dan menanggulangi pornografi dan pornoaksi. Agama menjadi pedoman hidup dan filterisasi agar terhindar dari dampak-dampak yang negatif di masyarakat. Hukum Islam di Indonesia ada dua macam yaitu perdata Islam dan pidana Islam. Untuk kasus pornografi dan pornoaksi masuk ke dalam ruang lingkup pidana islam. Seseorang atau badan hukum yang berkepentingan dengan pornografi dan pornoaksi, biasanya mendudukan agama sebagai penghalang perkembangan bisnis mereka, dengan dalih ajaran agama memuat ketentan-ketentuan yang membatasi atau melanggar HAM. 61 Dalam sistem peradilan pidana Islam, hukum pidana sudah memberikan batasan atau pedoman tertentu untuk penentuan suatu perbuatan sebagai suatu tindak pidana. Dengan demikian, hukum pidana tidak bisa berkembang “liar” mengikuti semua kemauan masyarakat yang dapat terus berkembang ke arah yang paling amoral sekalipun. Sebagai contoh di negara-negara Barat tindak pidana zina sudah tidak lagi dilarang secara pidana telah dilakukan depenalisasi atau dekriminalisasi. Begitu pula homoseksualitas, aborsi, pembunuhan atau permintaan korban euthanasia, prostitusi, pornografi dan pornoaksi, dan sebagainya. Sementara itu meski ada legalitas, peranan hakim dalam sistem peradilan pidana Islam tetap tinggi, karena ia tidak boleh menolak kasus atas alasan tidak ada aturannya. Jika tidak ada satu kasus yang tidak masuk perumusan tindak pidana hudud atau qishas-diyat, hakim tetap dapat menghukumnya berdasarkan pidana ta’zir. 62 Untuk penanggulangan pornografi dan pornoaksi, agama Islam memberi tuntunan agar terhindar dari dampak pornografi dan pornoaksi tersebut, yaitu dengan mendalami ajaran agama islam yang sebenarnya dengan menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhkan larangan Allah SWT. Dengan demikian segala sesuatu yang mengakibatkan berdampak buruk bagi kita, maka akan terhindar. Berpakaian dan 61 Neng Jubaedah, Pornografi dan Pornoaksi, h. 143 62 Ibid., h. 91 berbusana yang sopan, sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Dan di dalam surat An- Nur ayat 30 dan 31 memerintahkan untuk menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya. Dan Majelis Ulama Indonesia MUI pusat, dengan mengeluarkan fatwa nomor 287 tahun 2001 tentang Pornografi dan Pornoaksi, Lembaga yang beranggotakan para alim ulama se-Indonesia ini memberikan definisi dan hukum yang jelas tentang kedua bentuk tindak itu yang haram hukumnya. sebagai salah satu lembaga wakil umat Islam yang sangat peduli terhadap meningkatnya akibat negatif dari pornografi dan pornoaksi dalam masyarakat. Isi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 287 tahun 2001 tentang Pornografi dan Pornoaksi 63 yaitu: Pertama, menggambarkan secara langsung atau tidak langsung tingkah laku secara erotis, baik dengan lukisan, gambar, tulisan, suara, reklame, iklan, maupun ucapan: baik dalam media cetak maupun elektronik yang dapat mengakibatkan nafsu birahi. Kedua, membiarkan aurat terbuka dan atau berpakaian ketat atau tembus pandang dengan maksud untuk diambil gambarnya, baik dicetak maupun divisualisasikan. Ketiga, melakukan pengambilan gambar sebagaimana dimaksud pada langkah kedua. Keempat, melakukan hubungan seksual atau adegan seksual di hadapan orang, melakukan pengambilan gambar hubungan seksual atau adegan seksual baik terhadap diri sendiri ataupun orang lain dan melihat hubungan seksual atau adegan seksual. 63 “Fatwa Majelis Ulama Nomor 287 Tahun 2001 Tentang Pornografi dan Pornoaksi”, MUI, tanggal 22 Agustus 20013 Jumadil Akhir 1422 H Kelima, memperbanyak, mengedarkan, menjual, maupun membeli dan melihat atau memperhatikan gambar orang, baik cetak atau visual yang terbuka auratnya atau berpakaian ketat tembus pandang yang dapat membangkitkan nafsu birahi, atau gambar hubungan seksual. Keenam, berbuat intim atau berdua-duaan khalwat antara laki-laki dengan perempuan yang bukan mahramnya, dan perbuatan sejenis lainnya yang mendekati dan atau mendorong melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. Ketujuh, memperlihatkan aurat yakni bagian tubuh antara pusar dan lutut bagi laki- laki serta seluruh tubuh wanita kecuali muka, telapak tangan dan telapak kaki adalah haram, kecuali dalam hal-hal yang dibenarkan secara syar’i. Kedelapan , memakai pakaian tembus pandang atau ketat yang dapat memperlihatkan lekuk tubuh. Dengan lahirnya Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 287 tahun 2001 tentang Pornografi dan Pornoaksi yang memberikan kejelasan dan ketegasan hukum terhadap suatu masalah yaitu pornografi dan pornoaksi, diharapkan masyarakat memahami dengan jelas dan dapat menghindari akibat negatif dari pornografi dan pornoaksi yaitu kerusakan mental dan akhlak. Selain itu penanggulangan pornografi dan pornoaksi dilakukan oleh ormas- ormas Islam seperti FPI menggelar aksi dengan men-sweeping media cetak seperti majalah Playboy yang mempunyai unsur porno ditertibkan dan dilarang peredarannya. Dan serangkaian aksi-aksi dari ormas-ormas yang membawa simbol Islam dan masyarakat dengan berdemonstrasi turun ke jalan untuk memberantas pornografi dan pornoaksi. Dengan pemahaman dan ketaatan terhadap ajaran Islam, juga adanya kepedulian umat Islam dan aparat penegak hukum terhadap pornogafi dan pornoaksi. Penulis harap hal tersebut dapat efektif dalam memberantas, menanggulangi, mencegah pornografi dan pornoaksi yang marak saat ini.

2. Penanggulangan Pornografi dan Pornoaksi Menurut Hukum Positif