Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan narkoba
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan, mengapa seseorang dapat menggunakan narkotika. Rutter 1980 dalam Dadang Hawari, 1997 mengemukakan penyebab
seseorang menggunakan narkotika, diantaranya: a. Kematian orang tua Broken Home by death
b. Kedua orang tua bercerai atau pisah broken by separation c. Hubungan kedua orang tua ayah dan ibu tidak harmonis poor marriage
d. Hubungan antara orang tua dan anak tidak baik poor parent-child relationship
e. Suasana rumah tangga yang tegang high tension f. Suasana rumah tanpa kehangatan low warmth
g. Orang tua sibuk dan jarang dirumah absence h. Orang tua mempunyai kelainan kepribadian personality disorder
Kemudian pendapat lain dikemukakan oleh Roebyantho 1991 yang mengungkapkan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan remaja menggunakan
narkotika diantaranya: 1. Faktor intern, dimana faktor ini datang dari dalam diri remaja itu sendiri yang
diartikan sebagai kepribadian remaja. dalam masa perkembangannya remaja banyak memiliki kebutuhan dibanding masa kanak-kanaknya, bergitu pula
dalam hal proses penyesuaian diri mereka pada lingkungan masyarakat. Terkadang dalam bersosialisasi mereka dihadapkan pada beberapa masalah.
Yaitu apa yang mereka pelajari dan mereka terima dari orangtua terkadang
tidak sesuai dengan kenyataan dimasyarakat, sehingga mereka merasa bimbang bahwa ada sesuatu yang kurang dan merasa salah satu dari
kebutuhan mereka gagal dipenuhi. Akibatnya remaja mengalami suatu perasaan tertekan, sehingga mereka berusaha melepaskan diri dari rasa
tertekan itu dengan jalan mengadakan kompensasi. 2. Faktor ekstern, faktor yang datangnya dari luar diri remaja yaitu faktor
sekolah, keluarga, dan masyarakat. Keluarga juga bisa menyebabkan remaja menggunakan narkotika, yaitu karena anggota keluarga ayah, ibu atau
saudara kandung gagal menjalankan peran dan kewajiban mereka di dalam keluarga, sehingga menyebabkan kekacauan di dalamnya. Contohnya
perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antara orangtua dengan anak dsb.
Muchlis Catio 2006 dari Badan Narkotika Nasional mengemukakan, jika dicari informasi mengapa seseorang bisa ikut terlibat ke dalam pemakaian narkoba
maka ditemukan beberapa faktor, yaitu : • Rasa ingin tahu coba-coba,
• Ikut-ikutan teman yang mengunakan narkoba • Solidaritas kelompok
• Biar terlihat gaya terpengaruh oleh gaya hidup yang modern yang salah • Mencari kegairahan atau excitemen
• Agar merasa lebih enak • Bisa melupakan masalah dan menghilangkan stres
• Menunjukkan kehebatankekuasaan • Ingin tampil menonjol dari teman-teman yang lain
• Merasa sudah dewasa • Menunjukkan sikap berontak
• Untuk mengurangi rasa sakit • Mengikuti tokoh idola
Selain beberapa hal yang telah dikemukakan di atas, pola asuh keluarga yang salah ternyata bisa menyebabkan anak menggunakan narkotika. Anny. A Affandi
1991 mengungkapkan pola asuh yang bersifat permisif menyebabkan anak menggunakan narkotika, karena pola asuh seperti ini memberi kebebasan pada anak
tanpa batas untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri, dan orangtua tidak pernah memberikan arahan ataupun aturan juga penilaian benar atau salah yang
dilakukan anak. Sehingga yang terjadi anak bertindak sendiri sesuai keinginannya, tidak peduli apakah itu sesuai dengan norma masyarakat atau tidak.
Masih ada banyak faktor yang menyebabkan seorang anak menggunakan narkoba, yang terkadang tidak disadari khususnya bagi para orang tua.
Kecenderungan anak menyalahgunakan narkoba atau menjauhinya, tidak terlepas dari peran dan tanggung jawab orang tua.
Bagi orang tua yang tidak mengetahui keadaan anaknya yang memakai narkotika sulit untuk percaya dan menerima kenyataan bahwa anaknya memang
menggunakan narkotika, mereka orangtua tidak menyadari bahwa sesungguhnya anak-anak juga manusia yang membutuhkan cinta dan kasih sayang, serta bahwa
yang terjadi dalam hubungan orang tua-anak juga sama dengan yang berlaku pada semua hubungan antar manusia lain.
Kebanyakan sikap orang tua ketika dihadapkan pada seorang anak yang mempunyai masalah, adalah mengatakan sesuatu berupa : memberi perintah, mengingatkan, sok
moralis, menggurui, memberi nasehat, mengkritik, mengejek, menganalisis, membesarkan hati, memuji, mengusut atau mengalihkan perhatian. Reaksi atau
tanggapan seperti itu menjadi pembuntu komunikasi karena reaksi tersebut sering menghalangi komunikasi lebih lanjut dengan anak. Kalau sudah begitu, bisa jadi
orang tua salah memperlakukan anak. Supriyono, 2008 Oleh karena itu orang tua dituntut untuk mampu menjalin komunikasi yang
baik dengan anak, bukan hanya itu saja tetapi juga harus bisa meluangkan waktu bersama anak, lalu memberikan perhatian lebih kepada anak, memberikan pujian,
mengajak anak berdiskusi dan menyelesaikan masalah yang ada pada anak karena dengan demikian seorang anak tidak hanya menganggap orang tua sebagai seorang
yang harus dihormati tetapi juga bisa menjadi seorang sahabat, guru dan tumpuan hidupnya. Muchlis Catio. 2006