Tahapan Pertama Analisis Pemakaian Napza Di Keluarga Subyek Pasangan A

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA

Pada bab ini penulis ingin memberikan jawaban terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap orangtua yang memiliki anak pecandu narkoba. Hal tersebut meliputi bagaimana perasaan orangtua ketika mengetahui anak mereka adalah pecandu napza, lalu apa saja yang dilakukan oleh para orangtua ketika mengetahui hal tersebut, sejak kapan orangtua mengetahui anak mereka terlibat napza, lalu apakah orangtua membawa ke tempat rehabilitasi atau tidak kalau iya rehabilitasi seperti apa yang orangtua inginkan kemudian siapa saja yang mendukung hal tersebut. 4.1 Gambaran Umum Subyek Subyek inti dalam dalam penelitian ini berjumlah 5 orangtua. Latar belakang pemakaian napza yang dilakukan oleh masing-masing anak mereka bermacam- macam motifnya. Ada yang menggunakan napza karena ditawari temanlingkungan sekitar. Ada juga karena rasa keingintahuan yang begitu besar dan mencoba-coba. Untuk mengetahui lebih jelas tentang subyek dapat dilihat pada table di bawah ini. 58 No Kasus Subyek Pasangan Lama Pemakaian Napza Pada Anak Subyek Keterangan Pendidikan 1 A 4 tahun Suami dan istri 2 orang S1S1 2 B 13 tahun Istri 1 orang S1 3 C 11 tahun Suami dan istri 2 orang D3SLTA Nama-nama subyek dalam penelitian ini sengaja disamarkan untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek yang merupakan bagian dari kode etik penelitian.

4.2 Hasil Penelitian dan Analisis Kasus Subyek

Selanjutnya akan dilakukan analisa kasus per subyek yang akan menginformasikan atau menjelaskan data hasil penelitian yang didapat dari hasil wawancara dan observasi selama penelitian. Adapun data tersebut menjelaskan tentang: Latar belakang keluarga, status responden dan jenis coping apa yang dipakai oleh tiap subyek.

4.2.1 Kasus pasangan subyek A A. Latar belakang subyek pasangan A

Sebelumnya perlu dijelaskan tentang proses pertemuan dan perkenalan peneliti dengan subjek pasangan A. peneliti pertama kali bertemu dan berkenalan dengan pasangan A tepatnya diacara buka puasa bersama di rumah keluarga pasangan A yang diadakan oleh panti rehabilitasi yang menangani masalah penyalahgunaan naza dan skizofrenia yakni yayasan M pada tanggal 3 September 2009 pada jam 06.00 sore. Setelah acara buka puasa bersama dan sholat tarawih dilaksanakan maka peneliti meminta kesediaan pasangan A untuk menjadi responden dalam penelitian ini pasangan A pun bersedia untuk menjadi responden. Suasana wawancara cukup tenang walaupun beberapa kali terdengar suara bising motor yang lalu lalang karena letak rumah subyek persis berhadapan dengan jalanan umum yang memang untuk dilalui banyak kendaraan, namun demikian hal itu tidak mengganggu jalannya proses wawancara. Wawancara dilakukan di ruang tamu. Ruang tamu tersebut ber cat tembok warna putih juga terdapat sofa berjumlah tiga buah yang berwarna putih dan satu meja, jendela ruang tamu menggunakan tirai berwarna putih kecoklatan Lalu ada lemari besar berwarna coklat yang menyekat antara ruang tamu dengan ruang keluarga. Proses wawancara dimulai pada pukul 10.05 dan berakhir pada pukul 11.30. Pada saat itu subyek Wa mengenakan pakaian kaos warna putih dengan memakai sarung warna coklat motif kotak-kotak dan mengenakan kacamata. Sedangkan subyek H mengenakan jilbab warna coklat dengan baju muslimah lengan panjang berwarna biru tua dan celana panjang warna hitam. Adapun gambaran fisik dari subyek sebagai berikut: suami berusia 50 tahun memiliki kulit berwarna putih juga rambut pendek yang sudah mulai memutih. Tinggi badan kurang lebih 168 cm dengan berat badan kurang lebih 70 kg. sedangkan subyek istri berusia 49 tahun dengan tinggi badan kurang lebih 165 cm dan berat badan 50 kg mengenakan jilbab warna coklat dan pakaian muslimah. Saat proses wawancara H tidak banyak merubah posisi duduk hanya saja beberapa kali bolak-balik ke ruang keluarga karena dipanggil anaknya yang ke tiga terakhir seorang anak perempuan yang masih berumur 5 tahun. Sedangkan Wa beberapa kali merubah posisi kaki dengan melipat ke atas sofa. Suara kedua subyek pun terdengar jelas selama proses wawancara. Selama proses wawancara H sambil memakan beberapa jenis makanan ringan yang ada di hadapannya di atas meja, sedangkan Wa beberapa kali meminum air mineral dalam kemasan gelas. Adapun Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 27 september 2009 pukul 09.15 – 10.35. pada saat wawancara Wa mengenakan pakaian celana panjang bahan warna coklat dengan baju kaos lengan pendek polos berwarna hitam, sedangkan H mengenakan celana panjang bahan warna putih baju muslimah warna biru motif bunga dan berkerudung biru berpayet. Sedangkan wawancara ketiga dilakukan pada tanggal 2 September 2009. Karena keterbatasan waktu dan kesibukan subyek maka wawancara dilakukan via telepon. Wawancara dilakukan pukul satu siang sampai pukul 2.30. Wa seorang laki-laki berusia 50 tahun, lahir di kota K pada tanggal 12 Juni 1959. Wa adalah anak ke lima dari sebelas bersaudara dan telah menikah dengan seorang wanita yang bernama H. H lahir pada tanggal 3 maret 1960, H adalah anak ke 5 dari sepuluh bersaudara dan saat ini mereka dikaruniai tiga orang anak. Wa dan H sama-sama berasal dari suku Sunda dan beragama islam. Saat ini Wa bekerja sebagai manajer marketing di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi bangunan yang memproduksi baja ringan di kota J. Wa menyelesaikan pendidikan S1 di sebuah perguruan tinggi swasta di kota J bidang ilmu akuntansi, sedangkan H bekerja sebagai ibu rumah tangga. H juga menyelesaikan pendidikan S1 di salah perguruan tinggi negeri di kota J pada bidang ilmu administrasi. Anak pertama pasangan Wa dan H bernama Wy berusia dua puluh dua tahun pernah mengenyam pendidikan D1 perhotelan lalu melanjutkan ke jenjang S 1 di salah satu perguruan tinggi negeri di kota J hingga saat ini. Wy sudah menikah dengan seorang wanita bernama N yang masih kuliah di perguruan tinggi swasta di kota J jurusan ilmu komunikasi. Mereka dikaruniai seorang anak perempuan saat ini berusia sepuluh bulan. Anak kedua pasangan A berusia sembilan belas tahun bernama T seorang laki-laki dan sedang menempuh kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di kota B. Sedangkan anak pasangan A yang ketiga bernama N berusia 5 tahun berjenis kelamin perempuan yang masih duduk dibangku sekolah dasar. Silsilah Keturunan Subyek Pasangan A Gambar 4.1. Bagan Silsilah Keturunan Keluarga A

B. Analisis Pemakaian Napza Di Keluarga Subyek Pasangan A

Kehidupan pasangan A tidak jauh berbeda dengan kehidupan pasangan keluarga lain pada umumnya. Dikaruniai anak, memiliki pekerjaan tetap serba berkecukupan bahkan bisa dikatakan status sosial dan ekonominya di atas rata-rata, juga memiliki kendaraan pribadi yakni mobil. pasangan A dikategorikan keluarga yang mapan bahkan tergolong cukup kaya dilingkungan sekitar rumahnya. Masyarakat sekitar rumah pun memandang keluarga pasangan A adalah keluarga mampu yang tidak sombong, keluarga pasangan A selalu berbaur dengan masyarakat sekitar dan tidak memilih-milih dalam hal pergaulan. Pasangan A mulai mengalami masalah dengan Wy anak mereka diakhir-akhir tahun 2007, mereka curiga bahwa Wy adalah pengguna narkoba, mereka memperhatikan dari segi fisik nya yang mulai berubah. Wy juga sempat mengalami kecelakaan motor dimana saat itu Wy masih melanjutkan kuliah S1di salah satu Suami Wa Istri H Anak 1 ♂ Anak 3 ♀ Anak 2 ♀ perguruan tinggi negeri di kota J. Akan tetapi Wy jarang sekali mengikuti perkuliahan “..Abis kecelakaan itu karena waktu kecelakaan itu dia masih di UNJ, dia itu eee mau dapet nilai semester petama akhirnya saya yg dateng kesana, baru saya tau dia tuh ga pernah masuk sejak abis lebaran 2007, keliatannya si dia mulai bergaulnya maksudnya bergaul dengan para pemakai narkoba mulai nyoba-nyobanya itu abis lebaran 2007, sampai mungkin itu kan kira-kira mungkin sekitar bulan oktober atau pertengahan oktober lebaran itu, jadi oktober november desember itu jadi dia udah kecanduan kayanya” . Kecurigaan dan keyakinan bahwa anak mereka menggunakan narkoba itu semakin kuat ketika mereka menemukan bungkusan plastik berwarna putih seperti kantong yang biasa digunakan untuk membungkus shabu-shabu dan putaw di kamar Wy, juga ada beberapa bekas lintingan ganja yang masih tergeletak di atas mejanya di kamar Wy. Akan tetapi pasangan A tidak mengetahui dimana dan kapan persisnya anak mereka memakai barang tersebut ..”Ya kita memang sering menemukan apa namanya barang-barang yang memang dicurigain, seperti umpamanya lintingan ganja pernah saya dapatkan cuman ketika saya klarifikasi ke dianya dia bilang bukan punya dia, ga tau katanya. Karena memang itu tergeletak di atas mejanya. Terus juga ada bekas kaya kantong-kantong shabu atau putaw itu juga kita menemukan. Tetapi yang ada isinya kita blum pernah menemukan, dan kapan dimana dia pakenya juga kita belum pernah ngeliat. Mungkin karena rumah ini kan agak gede sambil memutarkan jari telunjuknya dia juga kamarnya sendiri mungkin ketika kita tidur dia menggunakan di kamarnya ya wallahua’alam, tapi tanda-tanda kearah sana saya udah rada-rada curiga..” Pasangan A juga mengetahui beberapa jenis narkoba yang dipakai Wy dari beberapa informasi yang mereka peroleh melalui teman, tetangga, juga rekan kerja. Selain dari hasil temuan pasangan a sendiri di kamar Wy “Informasi aja , kalo saya ngeliat sendiri selain ganja ya itu, jenis jenis yang lain saya ga tau” Ada rasa tidak percaya terhadap pasangan A bahwa anak mereka Wy memakai narkoba. Menurut penuturan Pasangan A anak mereka Wy adalah anak yang penurut dan pintar. Namun kecurigaan mereka semakin kuat dengan adanya perubahan perilaku Wy. Pola hidup yang tidak sehat, jadi sering begadang, berubah sifat menjadi temperamental, sering berbohong, juga menjadi boros dalam menggunakan uang. “Ya kaget lah, kita kan orang tua tadinya kan percaya ga percaya ya, perilakunya berubah terutama dari pola hidupnya dia. …Heu..euh jadi siang dibikin malam malam dibikin siang, terus juga di samping itu dia jadi temperamental mungkin karena pengaruh obat itu. Padahal Sebelum-sebelumnya sih dia cukup nurut cukup pinter anaknya gitu, tapi setelah kita tau dia make tadi satu, pola hidup, pola pikir, terus juga boros sering bohong ya itulah kira-kira yang kita tau, gitu Perubahan dari sisi emosional akibat penggunaan narkoba semakin terbukti ketika suatu hari tepatnya tanggal 27 Pebruari 2008 yang bertepatan dengan hari ulang tahun Wy memecahkan kaca meja yang ada di ruang tamu, Wy kesal karena hansfreenya hilang. Padahal menurut pengakuan pasangan A hansfree itu hilang karena Wy yang menghilangkan, tetapi Wy lalu mengamuk dan memarahi adiknya T dan memecahkan kaca meja ruang tamu “…Ini ada meja itu ada kacanya itu pas dia ulang tahun 27 Pebruari 2008 pecah ama dia. Ininya sambil menunjuk meja yg ada di depan kami kayu kan biasanya ada mejanya, dan itu waktu pebruari, lalu sekitar tanggal tujuhan gitu ya dia itu eee kehilangan ini pah hanspree, ingat ga? sambil nanya ke suami yang hanspreenya ilang, sampai dia ngamuk eee ngamuk sama si tommy dia bilang si tomy yang ngilangin dia yg dirugikan hansprenya ilang ko dia yg dia dimarahin itu persepsinya dia dah mulai berubah..” Perubahan tingkah laku Wy semakin menjadi-jadi, Wy juga sempat membawa barang-barang elektronik seperti mesin fax dan juga printer yang ada di rumah untuk dijual. Pasangan A tidak mengerti mau diapakan barang-barang tersebut. Namun ketika ditanya oleh H barang-barang tersebut mau dijual “januari tuh pernah ribut sampe mesin fax sambil menunjuk ke arah mesin fax rusak, semua dibawain, itu lemari sambil menunjuk kea rah lemari yg dimaksud mau di robohin sama dia terus udah gitu eee ini ini apa menunjuk kearah barang yg dimaksud printer dibawa, mesin fax dibawa ga tau bawanya gimana, mau ditaro di motor semua ya ga mungkin, tapi saya udah punya analisa ada kemungkinan mau dijual gitu..” Dari beberapa temuan langsung oleh pasangan A barang-barang berupa bungkusan plastic bekas putaw dan ganja yang ada dikamar Wy tersebut serta perubahan tingkah laku yang terjadi pada Wy, mereka memang yakin bahwa anak mereka adalah seorang pecandu narkoba.

C. Strategi Coping Yang Dilakukan Subyek Pasangan A

Pasangan A sadar bahwa keterlibatan Wy memakai narkoba bukan masalah yang mudah untuk di selesaikan. Mereka memahami bahwa ketika seseorang menjadi pecandu narkoba maka akan berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan juga psikisnya “..orang-orang yang sudah kecanduan atau menggunakan itu kan yang rusak itu bukan hanya fisiknya tapi mentalnya juga akan rusak gitu, jadi inilah yang apa namanya kita coba supaya jangan sampe ini keterlanjuran atau jangan sampe terlalu parah, karena kan kalo sakitnya sakit badan itu mengobatinya lebih gampang dibandingkan sakit jiwa, nah kalo penggunaan obat terlarang ini yang kena itu dua- duanya bukan Cuma jiwa saja itu yang saya rasakan, seperti yang saya rasakan sekarang fisiknya otaknya atau umpamanya hatinya liver juga kan udah mulai kena nah itu kan diobatinnya kan tidak terlalu berat dibandingkan dengan mengobati mentalnya apalagi ini obat-obat begini kan gangguannya bukan cuma dari diri sendiri dari lingkungan atau dari orang-orang yang sama-sama pemake, jadi ini pengobatannya sangat luar biasa..” Problem Focused Coping a. Planful Problem Solving Ketika mengetahui bahwa Wy menggunakan narkoba pasangan A langsung membuat rencana untuk mengobati Wy anak mereka agar bisa lepas dari pemakaian narkoba. Pasangan a tidak ingin anak mereka sampai meninggal akibat pemakaian narkoba tersebut. “ya jadi kita langsung membuat rencana setelah tau bahwa willy itu make narkoba, Seperti misalnya berobat, kemudian kita datang ke prof Dadang dan prof Dadang juga menyarankan agar fokus untuk segera mengatasi ini dan kita berprinsip kalau penyakit ini harus segera diatasi harus langsung segera berobat dan ga boleh sampe ditunda-tunda” Namun demikian pasangan a sedikit mengalami kesulitan untuk merealisaikan rencana tersebut, kesulitan itu karena anak mereka Wy menolak untuk dibawa berobat. Wy mengaku takut karena bayangan akan proses pengobatannya itu sendiri “ada, kita mendapat kesulitan dari willy sendiri karena ada ketakutan dan juga penolakan dari dia untuk kita bawa berobat. kesulitannya ya itu tadi karena ada ketakutan dari willy untuk proses pengobatannya” b . Confrontative Coping Ketika anak mereka Wy mengalami gejala semacam sakau H hanya memberikan semacam obat untuk meredakan sakit kepala Wy dan memberikan pijatan supaya sakit yang dialami sedikit berkurang “…ga sampe sakau sekali, Cuma sakit kepala terus saya kasih obat, dan dia juga ga tau kalau itu sakau. Pala willy sakit ya katanya gitu. Terus saya pijitin saya kasih panadol. Akhirnya tidur waktu itu sore-sore. Kayanya sih waktu itu karena dia udah kecanduan dia berusaha untuk stop, gitu. Dia udah kerja di Tangerang waktu itu..” Peneliti juga sempat menanyakan apakah pasangan a pernah menyediakan narkoba untuk Wy ketika Wy merasakan sakau? Pasangan a pun menjawab tidak pernah “oh engga engga, ga pernah. Justru kalo kita sih kalaupun dia pake kita langsung bawa lagi ke Madani” Emotion Focused Coping a. Distancing Siapapun orangtua yang memiliki anak pecandu narkoba memiliki rasa malu dan kemungkinan akan menjaga jarak dengan masyarakat sekitar karena malu dengan perilaku anak mereka yang menggunakan narkoba. Namun bagi pasangan a hal itu tidak membuat mereka menjadi jauh dan menjaga jarak dengan masyarakat. Pasangan A tetap bergaul seperti biasa dengan masyarakat yang lain pada umumnya, bahkan pasangan a menceritakan sendiri bahwa anak mereka adalah pemakai narkoba. “oh engga kita ngga pernah menjaga jarak dengan siapapun baik itu masyarakat maupun di keluarga sendiri. Bahkan saya sendiri malah yang cerita kalo anak saya itu make narkoba” Karena menurut pasangan a kalau mereka menghindari masyarakat pasangan A berpendapat tidak akan mendapat informasi apa-apa kalau hanya berdiam diri saja “oh tidak akan menyelesaikan permasalahan malah. Justru kalo menghindar kita ga akan bisa dapet informasi apa-apa, kalo misalnya kita ceritakan itu kita jadi bisa tuker pikiran” b. Self Control Pasangan A berusaha memahami akan bahaya dari pemakaian narkoba, pasangan a aktif untuk bertanya ataupun membaca buku yg berkaitan dengan narkoba. Mereka juga mengerti bahwa kondisi di lingkungan rumah mereka tidak bagus terutama untuk anak muda, yang kebanyakan kegiatan anak muda hanya kumpul dan nongkrong-nongkrong tidak jelas tiap harinya. Pasangan a mencoba membatasi Wy agar tidak sering-sering bergaul dengan anak-anak muda yang hanya bersenang- senang saja “…sepengetahuaninformasi yang kita dapet bahwa orang-orang yang sudah kecanduan atau menggunakan itu kan yang rusak itu bukan hanya fisiknya tapi mentalnya juga akan rusak gitu, jadi inilah yang apa namanya kita coba supaya jangan sampe ini keterlanjuran atau jangan sampe terlalu parah, karena kan kalo sakitnya sakit badan itu mengobatinya lebih gampang dibandingkan sakit jiwa, nah kalo penggunaan obat terlarang ini yang kena itu dua-duanya bukan Cuma jiwa saja itu yang saya rasakan, seperti yang saya rasakan sekarang fisiknya otaknya atau umpamanya hatinya liver juga kan udah mulai kena nah itu kan diobatinnya kan tidak terlalu berat dibandingkan dengan mengobati mentalnya apalagi ini obat-obat begini kan gangguannya bukan cuma dari diri sendiri dari lingkungan atau dari orang-orang yang sama-sama pemake, jadi ini pengobatannya sangat luar biasa. Tapi klo umpamanya orang kena jantung gitu kan ga mungkin ada orang yang nawarin supaya kena jantung lagi ya kan sambil tersenyum atau kena penyakit yang lain, tapi klo umpamanya yang menggunakan obat-obat terlarang itu dia sendiri klo tidak bener-bener dari hatinya dia atau dari eee niatnya dia itu agak sulit untuk ngobatinnya karena dia bisa beli lagi atau juga dianya kuat tapi godaan dari luar itu yang nawarin itu udah pasti ada karena ini udah bisnis masalahnya” c. Accepting Responsibility Pasangan A sadar bahwa penggunaan narkoba yang dilakukan oleh Wy juga akibat kesalahan mereka. Pasangan a ternyata kurang memberikan perhatian lebih terhadap anak mereka, mereka terlalu sibuk mencari materi sehingga perhatian terhadap anakpun jadi tidak maksimal “saya bisa terima hal ini bahwa kita berperan kenapa anak kita akhirnya memakai narkoba. Ini semua karena kita ya kurang perhatian lah sama mereka” Dan pasangan A juga langsung bertindak ketika tahu bahwa anak mereka menggunakan narkoba “..saya dan istri menyadari bahwa hal ini adalah juga karena kelengahan kami sebagai orangtua, dan saya langsung fokus berpikir untuk segera menyembuhkan anak dengan berobat, lalu kita juga memperketat pengawasan pada anak terutama dari pergaulannya, kemudian juga masalah komunikasi juga kita koreksi dan perbaiki khawatir komunikasi yang kita lakukan selama ini salah sama anak-anak” d. Escape avoidance Menghadapi masalah anak pengguna narkoba harus ditangani dengan serius, dan orangtua tidak bisa melepaskan tanggung jawab begitu saja. Karena bagaimanapun orangtua harus ikut andil untuk menyembuhkan anak yang pecandu narkoba. Pasangan a tidak pernah sedikitpun untuk lepas tangung jawab dalam mengatasi masalah anak mereka yang seorang pecandu peneliti: pernahkah bapakibu mencoba untuk lepas tanggung jawab dari permasalahan yang menimpa anak ibu dan bapak? “owh engga pernah, sebagai orangtua masalah ini adalah tanggung jawab kita juga”