juga bisa merepotkan. Namun secara umum yang disebut dengan citra harapan itu memang sesuatu yang berkonotasi lebih baik.
24
Citra harapan itu biasanya dirumuskan dan diperjuangkan untuk enyambut sesuatu yang relatif baru, yakni ketika khalayak belum memiliki informasi yang
memadai. 4. Corporate Image citraperusahan
Citra dari suatu organisasi secara keseluruhan. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal. Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra perusahan antara lain
adalah sejarah, riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan di bidang keuangan yang pernah diraihnya, sukses ekspor, hubungan industry yang
baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja yang dalam jumlah besar, bersedia turut bertanggungjawab sosial, komitmen mengadakan riset.
Perusahan-perusahan yang memiliki reputasi positif, umumnya menikmati enam hal. Pertama, hubungan baik dengan para pemuka masyarakat. Kedua,
hubungan positif dengan pemerintah setempat. Ketiga, resiko krisis yang lebih kecil. Keempat, rasa kebanggaan dalam organisasi dan diantara khalayak sasaran. Kelima,
saling pengertian antara khalayak sasaran, baik internal maupun eksternal. Dan terakhir, meningkatkan kesetian para staf.
5. Multiple image citra majemuk Yaitu adanya image yang bermacam-macam dari publiknya terhadap
organisasi tertentu yang ditimbulkan oleh mereka yang mewakili organisasi kita
24
Anggoro M. Linggar, Teori Peofesi Kehumasan; serta aplikasinya di Indonesia, Jakarta , Bumi Aksara, , 2008, h. 61
dengan tingkah laku yang berbeda-beda atau tidak seirama dengan tujuan atau asas organisasi kita.
25
3. Pencapaian Citra positif
Dalam pencapain citra positif suatu perusahan berawal dari penilaian dan tanggapan masyarakat tersebut dapat berkaitan dengan timbulnya rasa hormat
respect, kesan-kesan yang baik dan menguntungkan terhadap suatu citra lembagaorganisasi atau produk barang dan jasa pelayanan yang diwakili oleh pihak
humasPR. Biasanya landasan citra berakar dari “nilai-nilai kepercayaan” yang
kongkritnya diberikan secara individual, dan merupakan pandangan atau persepsi. Proses akumulasi amanah kepercayan yang telah diberikan oleh individu-individu
tersebut akan mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk membentuk suatu opini public yang lebih kuat. Maka citra menjadi tujuan utama, dan sekaligus
merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat kehumasan atau public relations
26
. Anggoro menilai citra tidak hanya selalu mengenai apa yang positif dari suatu
brand atau yang di usung, tetapi juga negatif. Kedua macam citra bersumber dari adanya citra-citra yang berlaku current imaga yang berisfat negatif dan positif. Dan
seharusnya citra humas didasari pada kesan yang benar, yakni sepenuhnya
25
Anggoro M. Linggar, Teori Peofesi Kehumasan; serta aplikasinya di Indonesia, Jakarta , Bumi Aksara, , 2008, h. 68
26
Rosady Ruslan, Manajemn Public Relations dan Media Komunikasi, Jakarta, Rajawali Pers, 2008, h. 75.
berdasarkan pengalaman, pengatahuan serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya.
27
Anggoro juga berpendapat bahwa penerapan citra yang tidak sesuai dengan fakta yang ada pada dasarnya tidak sesuai dengan hakikat humas itu sendiri.
Keadaan ini sering kali menjadi sesuatu hal yang sah-sah saja dalam dunia kehumasan pada hal ini merupakan suatu hal yang fatal dalam dunia humas atau PR.
Karenaya, citra sebagai pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk orang perorangan, benda atau organisasi. Citra yang baik dan kuat mempunyai manfaat
sebagai berikut, Pertama, jangka saing jangka menengah dan panjang yang mantap. Perusahan berusaha memenangkan persaingan pasar dengan menyusun strategi
pemasan taktis. Kedua, menjadi prisai selama masa krisis. Sebagian besar masyarakat dapat memahami atau memaafkan kesalahan yang dibuat perusahaan dengan citra
baik, yang menyebabkan mereka mengalami krisis. Ketiga, menjadi daya tarik eksekutif handal, yang mana eksekutif handal adalah aset perusahan. Keempat,
meningkatkan efektifitas strategi pemasaran. Keliama, menghemat biaya operasional karena citranya baik.
28
Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoene dalam buku Soleh
27
M. Linggar Anggoro, Teori Peofesi Kehumasan; serta aplikasinya di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h. 69
28
Dr. Elvinaro Ardianto, Handbook of public relations, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2011, h. 63
Sumirat dan Elvinaro Ardianto, terdapat empat komponen dalam pembentukan citra antara lain:
29
a. Persepsi, diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan dengan kata lain. Individu akan
memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. Kemampuan mempersepsi inilah yang dapat
melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi atau pandangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsang dapat memenuhi
kognisi individu. b. Kognisi, yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus keyakinan
ini akan timbul apabila individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya.
c. Motivasi dan sikap yang ada akan menggerakan respon seperti yang diinginkan oleh pemberi rangsang. Motif adalah keadaan dalam pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan- kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
d. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan prilaku tetapi
merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan prilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu, sikap mempunyai
daya pendorong atau motivasi sikap menentukan apakah orang harus pro atau
29
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya 2005, h. 115-116