Bentuk Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Yang Terkena Banjir.

35 Begitu juga dengan solidaritas masyarakat di sekitar pemukiman sungai Deli ini, mereka saling tolong menolong di saat warga yang lain kesusahan. Mereka rajin mengikuti perkumpulan STM Serikat Tolong Menolong Al Muklish dan anggotanya saling membantu jika ada warga sekitarnya yang tertimpa kemalangan meninggal dan membantu masyarakat yang tergenang banjir berupa bantuan makanan, bantuan memindahkan baranag-barang ke tempat yang aman, dan memberikan tumpangan tinggal sementara. Masyarakat atas etnis Cina dan pribumi yang tinggalnya agak jauh dari sungai dan kepala lurah juga bersedia menolong warga dalam memberikan tumpangan tinggal di rumahnya yang lebih aman dari banjir. Dan masyarakat atasyang tinggal agak jauh dari Sungai seperti etnis Cina juga turut membantu dalam hal memberikan makanan berupa mie instan, nasi bungkus, dan beras dan gula kepada mereka yang terkena banjir karena rasa empati dan kepedulian kepada tetangganya.

2.4. Bentuk Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Yang Terkena Banjir.

Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern. Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi pusat perhatian Durkheim dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas sosialnya. Bentuk solidaritas sosial terbagi 2 yaitu solidaritas sosial mekanik dan solidaritas sosial organik. Solidaritas masyarakat terjadi pada masyarakat sederhana dan solidaritas organik terjadi pada masyarakat modern dan cenderung di kota. Maka, solidaritas yang yang terjadi di Kota Medan khususnya Kelurahan Sukaraja, solidaritas mekanik sudah sulit terlihat di masyarakat, yang kelihatan di 36 masyarakat adalah solidaritas organik karena ada kontrak kerjapembagian kerja, dan keinginan golongan. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Masyarakat pluralis berarti masyarakat yang memiliki keberagaman budaya dan suku yang menjadi latar belakangnya. Suatu kawasan yang ditempati oleh masyarakat pluralis berarti kawasan tersebut terdiri dari penduduk yang berbeda budaya seperti Batak, Jawa, Karo, India, dan Cina. Ada berbagai faktor penarik masyarakat pluralis yang menempati suatu kawasan tempat tinggal. Lokasi tempat tinggal yang strategis dapat menarik perhatian masyarakat termasuk masyarakat pluralis. Setelah menempati lokasi itu, masyarakat pluralis biasanya berbaur dengan tetangga yang berada di sebelah dan di dekat rumahnya. Selain itu, asimilasi juga faktor utama masyarakat pluralis tinggal di kawasan tempat tinggal yang terdiri dari penduduk yang berasal dari budaya dan suku yang berbeda. Perkawinan campuran yang dilakukan membuat mereka dapat berbaur dengan mudah di kawasan tempat tinggal yang juga terdiri dari berbagai masyarakat pluralis. Kesadaran sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain membuat masyarakat pluralis biasanya mau berbaur dengan tetangganya meskipun berbeda etnis. Berbagai kegiatan yang dilakukan di kawasan tempat tinggal juga membuat masyarakat pluralis semakin mengenal tetangga yang ada di sekitar rumahnya seperti kerja bakti. Dan masyarakat pluralis tersebut juga saling tolong menolong dalam menghadapi kemalangan dan banjir. 37 Etnis Cina menganut Confucianism menjadi maju karena ajarannya yang tidak menyukai kekerasan. Salah satu hal penting yang diajarkan ialah Janganlah berbuat sesuatu yang kau tak inginkan orang berbuat kepadamu. Prinsip lainnya adalah Kalau kamu hidup mampu, jangan sampai saudara-saudaramu hidup berkekurangan. Itulah salah satu prinsip yang menyebabkan keluarga keturunan Cina selalu memperhatikan saudara-saudara, jadi kalau yang satu kaya akan membantu yang kekurangan: memberikan pekerjaan, membantu secara moral dan finansial. Hal-hal yang telah dipaparkan di atas dilakukan masyarakat Cina dalam menghadapi berbagai bencana alam yang terjadi di sekitar lingkungannya termasuk dalam menghadapi banjir. Masyarakat Cina biasa tidak panik di dalam menghadapi bencana alam seperti pula bencana banjir yang terjadi yang sering terjadi beberapa kurun waktu terakhir. Masyarakat Cina pun cenderung bersikap ulet di dalam menghadapi bencana banjir. Mereka menghadapi bencana yang banjir dengan segera bertindak dibanding mengeluh. Seperti pada kejadian banjir besar yang terjadi pada tahun 2011 lalu 0104 di Lingkungan VIII, Kelurahan Sukaraja, Medan Maimun, masyarakat Cina yang mengetahui bahwa air mulai masuk ke dalam rumah segera mengambil tindakan agar tidak terjebak di dalam banjir yang bisa dikatakan merupakan banjir yang paling parah dalam beberapa kurun waktu terakhir dengan ketinggian air 2 m lebih sampai bubungan atap. Mereka cenderung segera melakukan berbagai tindakan penyelamatan terhadap anggota keluarga. Mereka langsung mengingatkan dan mempersiapkan hal-hal lain yang berhubungan dengan dampak yang bisa ditimbulkan dalam menghadapi bencana banjir. Selain itu, mereka cenderung tidak mengeluh karena mereka menyadari bahwa mengeluh hanya akan memperlambat proses 38 berjalannya penyelamatan diri dan keluarganya dalam menghadapi banjir. Masyarakat Cina juga tidak segan membantu orang lain di luar dari lingkungan keluarga mereka. Alasannya adalah masyarakat Cina percaya bahwa apa yang mereka lakukan terhadap orang lain juga akan mereka terima di dalam perlakuan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Sikap yang mau menolong tidak hanya pada keluarga sendiri yang membuat masyarakat ini juga akan mendapat bantuan apabila ada bencana yang datang secara tidak terduga. Jadi, masyarakat Cina yang terkenal ahli di dalam perdagangan pun memiliki keahlian tertentu di dalam kehidupan sehari-hari. Setiap manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain di dalam kehidupannya, karena masyarakat ini juga menerapkan prinsip tersebut di dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di dalam menghadapi berbagai bencana alam yang bisa datang sewaktu-waktu tanpa bisa diperkirakan. Masyarakat Cina segera memberikan bantuan berupa beberapa kilo beras, telur dan nasi bungkus kepada masyarakat yang terkena banjir di sana yang berbeda etnis dengan mereka seperti masyarakat Jawa, Batak, Mandailing, dan India http:repository.usu.ac.idbitstream123456789353255Chapter20I.pdf. Selain masyarakat Cina, lurah juga memberikan bantuan makanan kepada masyarakat yang terkena banjir yaitu berupa nasi bungkus, mie instan, tumpangan tempat tinggal, dapur umum di Kantor lurah. Mereka saling memberikan bantuannya tanpa memandang perbedaan etnis dan agama mereka.

2.4.1. Pergeseran Solidaritas Sosial Sekitar Sungai pada Masyarakat Banjir.

Solidaritas sosial adalah perasaan yang secara kelompok memiliki nilai- nilai yang sama atau kewajiban moral untuk memenuhi harapan-harapan peran 39 role expectation. Sebab itu, prinsip solidaritas sosial masyarakat meliputi: saling membantu, saling peduli, bisa bekerja sama, saling membagi hasil panen, dan bekerja sama dalam mendukung pembangunan di desa baik secara keuangan maupun tenaga dan sebagainya. Tradisi solidaritas sosial yang telah ada pada masyarakat kita secara terus menerus harus tetap dilestarikan dari generasi ke generasi berikutnya akan tetapi karena dinamika budaya tidak ada yang statis, terjadilah beberapa perubahan secara eksternal dan internal. Unsur kekuatan yang merubah adalah modernisasi yang telah mempengaruhi tradisi solidaritas sosial. Selain itu, perubahan solidaritas sosial tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: a meningkatnya tingkat pendidikan anggota keluarga sehingga dapat berpikir lebih luas dan lebih memahami arti dan kewajiban mereka sebagai manusia yaitu memenuhi kebutuhan hidup, b perubahan tingkat sosial dan corak gaya hidup kadang-kadang menciptakan kerenggangan di antara sesama anggota keluarga, c Sikap egoistik, bila seseorang individu terlalu mementingkan diri sendiri dan keluarganya, lalu mengorbankan kepentingan masyarakat Zulkarnain Nst, 2009:3. Bentuk perubahan solidaritas sosial yang telah terjadi dalam masyarakat desa dan kota antara lain: a Adanya kecenderungan pada masyarakat kita, khususnya masyarakat desa transisi pada warga asli dan warga pendatang berupa kecurigaan terhadap orang lain yang dianggap sebagai lawan yang berbahaya, ini bisa mengakibatkan terjadinya konflik antar kedua masyarakat tersebut. b Semakin menipisnya tingkat saling percaya dan tolong menolong dalam kehidupan masyarakat, sehingga mengakibatkan menurunnya rasa solidaritas sosial dalam proses kehidupan. Upaya memelihara solidaritas sosial dan 40 partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidaklah semudah yang dibayangkan, karena solidaritas sosial akan terus berkembang menuju kehidupan sosial yang modern. Nilai-nilai solidaritas sosial pada masyarakat desa transisi: 1 tumbuh dari pertautan integrasi antara nilai tradisi lokal dengan nilai modern, akibat terjadinya interaksi antar kedua warga tersebut, 2 Nilai-nilai solidaritas yang memiliki kearifan lokal pada masyarakat desa dan masyarakat kota yang positif harus dipelihara seiring dengan banyaknya pembangunan perumahan baru di wilayah pedesaan, karena nilai-nilai tersebut cenderung meningkatkan partisipasi dalam pembangunan. Pihak pengembang perumahan berkewajiban mengontrol dan melakukan kerjasama dengan aparat desa dan tokoh masyarakat di lingkungan masing-masing terhadap proses sosial yang berkembang di pemukiman baru, agar segala gejala negatif yang muncul dapat segera diantisipasi, misalnya gejala segregasi sosial mengabaikan kelangsungan sosial dan budaya karena menurut perhitungan ekonomi dianggap tidak menguntungkan developer, konflik sosial dan dislokasi sosial perubahan pemukiman penduduk dalam jumlah besar dan waktu relatif cepat sehingga menimbulkan masalah sosial. Pergeseran solidaritas sosial masyarakat Kelurahan Sukaraja pada penyintas banjir juga jelas terjadi. Pergeserannya adalah dulunya saat banjir besar terjadi, masyarakat atas, lurah, dan perusahaan Lion, partai politik seperti PKS, Golkar banyak memberikan bantuan kepada mereka yang terkena banjir berupa beras, nasi bungkus, mie instan sebanyak jumlah anggota keluarga per Kepala 41 Keluarga tetapi setahun belakangan ini pada saat banjir terjadi, masyarakat atas etnis Cina, lurah, pengusaha Lion, dan pengurus partai politik sedikit yang memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena banjir terkadang ada warga yang tidak mendapat bantuan. Warga mengakui, hanya pada saat banjir besar dengan ketinggian air di atas 1,2 m- 2 m lebih memasuki rumah saja masyarakat atas etnis Cina, pengusaha dan pengurus partai politik banyak memberikan bantuan makanan kepada mereka yang terkena banjir sedangkan pada saat banjir kecil dengan ketinggian air 0,5-1,2 m memasuki rumah atau kategori sedang, sedikit bantuan makanan yang diberikan masyarakat dalam membantu mereka yang terkena genangan banjir bahkan hanya kepala lingkungannya saja yang memberikan nasi bungkus, mie instan, telur, dan beras. Pergeseran yang terjadi dengan berkurangnya solidaritas masyarakat atau bantuan tersebut cenderung disebabkan oleh perubahan tingkat sosial dan corak gaya hidup masyarakatnya yang menciptakan kerengganan antar masyarakatnya, dan faktor perekonomian yang menurun karena biasanya banjir terjadi pada awal dan akhir tahun Oktober- Februari saat menurunnya perekonomian masyarakat saat itu sehingga pengusaha sekitarnya dan lurah semakin sedikit memberikan bantuan.

2.5. Teori Aksi Action Theory

Dokumen yang terkait

Pergeseran Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Yang Terkena Banjir (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun)

4 81 144

Persepsi dan Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli Terhadap Pemanfaatan Jasa Lingkungan Sungai Deli (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli – Sumatera Utara)

6 105 78

Reaksi Sosial Terhadap Normalisasi Sungai Deli: (Studi Kasus di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun)

4 38 91

Chapter I Persepsi Penyintas Banjir Terhadap Pergeseran Solidaritas Sosial (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Delielurahan Sukarajaecamatan Medan Maimun).

0 1 21

Chapter II Persepsi Penyintas Banjir Terhadap Pergeseran Solidaritas Sosial (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Delielurahan Sukarajaecamatan Medan Maimun).

0 0 31

Reference Persepsi Penyintas Banjir Terhadap Pergeseran Solidaritas Sosial (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Delielurahan Sukarajaecamatan Medan Maimun).

0 1 4

UPAYA GO RIVER INDONESIA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT PEDULI LINGKUNGAN SUNGAI DELI DI KELURAHAN SUKARAJA KECAMATAN MEDAN MAIMUN

0 1 111

BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Peristiwa Banjir Medan - Pergeseran Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Yang Terkena Banjir (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun)

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pergeseran Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Yang Terkena Banjir (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun)

0 0 18

Pergeseran Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Yang Terkena Banjir (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun)

0 2 16