Pengertian dan Sejarah Akuntansi Islam

D. Akuntansi Islam

1. Pengertian dan Sejarah

Sebelum kita mengetahui pengertian dari perbankan syariah, berikut ini definisi akuntansi menurut beberapa pendapat : a. Menurut Arren dan Lobbecke 2000:3, akuntansi merupakan proses pencatatan, pengelompokan dan pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. b. Menurut Belkoui 2001:50, akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi ekonomi sehingga memungkinkan adanya pertimbangan, dan pengambilan keputusan berdasarkan informasi oleh para pengguna informasi tersebut. Berikut beberapa pengertian syariah dari beberapa pendapat: a. Menurut Imam Al-Qurthubi, syariah adalah agama yang ditetapkan oleh Allah Swt untuk hamba-hambaNya yang terdiri dari berbagai hukum dan ketentuan 2009. b. Menurut Sri Nurhayati dan Wasilah 2008, Syariah adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt untuk dipatuhi oleh manusia dalam menjalani segala aktivitas hidupnya di dunia. 53 Berdasarkan beberapa pengertian akuntansi dan syariah di atas, maka akuntansi syariah didefinisikan sebagai : a. Suatu proses penyajian laporan keuangan perusahaan dengan berdasarkan kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. b. Menurut literatur Islam akuntansi muhasabah didefinisikan “suatu aktivitas yang teratur berkaitan dengan pencatatan transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, keputusan-keputusan yang sesuai dengan syariat, dan jumlah-jumlahnya, di dalam catatan-catatan yang representatif, serta berkaitan dengan pengukuran hasil-hasil keuangan yang berimplikasi pada transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, dan keputusan-keputusan tersebut membantu pengambilan keputusan yang tepat Dr. Husein Syahatah, 2001:40. Menurut Husein Syahatah 2001:18, dari studi sejarah peradaban arab, tampak sekali betapa besarnya perhatian bangsa arab pada akuntansi. Hal ini terlihat pada usaha setiap pedagang Arab untuk mengetahui dan menghitung barang dagangannya, sejak mulai berangkat berdagang sampai pulang kembali. Hitungan ini dilakukan untuk mengetahui perubahan- perubahan pada keuangannya, baik keuntungan maupun kerugian. Hal ini biasa dilakukan karena saudagar-saudagar Arab itu biasanya mengadakan dua kali perjalanan dagang dalam setahun, yaitu di musim dingin dan musim panas, seperti bangsa Quraisy lebih mengandalkan perdagangan untuk mencari nafkah, baik musim panas maupun musim dingin. Karena 54 itu, para saudagar Quraisy harus mengetahui dasar-dasar penghitungan Akuntansi dalam transaksi perdagangan mereka, baik antarsesama mereka maupun dengan saudagar-saudagar asing di luar Jazirah Arab. Setelah berkembangnya negeri Arab, bertambahlah kabilah-kabilah kelompok suku, masuknya imigran-imigran dari negara tetangga, dan berkembangnya perdagangan dan timbulnya usaha-usaha intervensi perdagangan, semakin kuatlah perhatian bangsa Arab terhadap pembukuan dagang untuk menjelaskan utang piutang. Orang-orang Yahudi pun pada waktu itu sudah biasa menyimpan daftar-daftar faktur dagang. Semua sudah tampak dengan jelas dalam sejarah peradaban bangsa Arab. Adapun tujuan akuntansi di kalangan bangsa Arab yang berdagang keliling pada waktu itu adalah untuk mengetahui perubahan- perubahan dari jumlah aset, seperti untung dan rugi. Adapun untuk pedagang yang menetap, yang mayoritas pada waktu itu adalah orang Yahudi, mereka memakai akuntansi sebagai sarana untuk mengetahui utang-utang dan piutang. Jadi, konsep akuntansi waktu itu dapat dilihat pada pembukuan yang berdasarkan metode penjumlahan statistik yang sesuai dengan aturan-aturan penjumlahan dan pengurangan. Setelah munculnya Islam di Semenanjung Arab di bawah pimpinan Rasulullah saw. serta telah terbentuknya Daulah Islamiah di Madinah, mulailah perhatian Rasulullah untuk membersihkan Muamalah Maaliah keuangan dari unsur-unsur riba dan dari segala bentuk penipuan, pembodohan, perjudian, pemerasan, monopoli, dan segala usaha untuk 55 mengambil harta orang lain secara batil. Bahkan, Rasulullah lebih menekankan pada pencatatan keuangan. Rasulullah mendidik secara khusus beberapa orang sahabat untuk menangani profesi ini dan mereka diberi sebutan khusus, yaitu hafazhatul amanah pengawas keuangan. Para sahabat Rasul dan pemimpin umat Islam juga menaruh perhatian yang tinggi terhadap pembukuan akuntansi ini. Adapun tujuan dari pembukuan bagi mereka di waktu itu adalah untuk mengetahui utang- utang dan piutang serta keterangan perputaran uang, seperti pemasukan dan pengeluaran. Juga, difungsikan untuk merinci dan menghitung keuntungan atau kerugian, serta menghitung harta keseluruhan untuk menentukan kadar zakat yang harus dikeluarkan oleh masing-masing individu. Dengan melihat sejarah peradaban Islam, jelaslah bahwa ulama- ulama fiqih telah mengkhususkan masalah keuangan ini dalam pembahasan khusus yang meliputi kaidah-kaidah, hukum-hukum, dan prosedur-prosedur yang mesti diikuti. Konsep akuntansi ini mempunyai karakteristik khusus yang dapat membantu menata urusan-urusan negara yang signifikan yang muncul ke permukaan.

2. Prinsip – Prinsip Akuntansi Islam