Bank Bank “X” telah diubah dengan akta No.29 tanggal 27 Oktober 2004 oleh Notaris Emi Sulistyowati,SH yang memungkinkan Bank “X” dapat
melakukan berbagai kegiatan yang didasarkan prinsip syariah yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Berdasarkan Ketetapan Direksi
No.14DIRSDYA2004 tanggal 4 Nopember 2004, Divisi syariah terbentuk berikut struktur organisasi. Sedangkan struktur organisasi kantor Cabang
Syariah melalui Ketetapan Direksi No. 15DIRDSYA2004 tanggal 4 Nopember 2004. Saat bank Bank “X” telah mendapatkan izin prinsip dari
Bank Indonesia untuk pembukaan unit syariah sesuai surat BI No.61350DPbS tanggal 15 Desember 2004.
Untuk mendukung kegiatan perbankan syariah, pelaksanaan operasional didampingi oleh Dewan Pengawas Syariah yang bertindak
sebagai pengawas, penasehat, dan pemberi saran kepada Direksi, Pimpinan Divisi Syariah dan Pimpinan Kantor Cabang Syariah mengenai hal-hal yang
terkait dengan prinsip syariah, khususnya memastikan bahwa seluruh produk dan jasa yang dipasarkan sesuai dengan ketentuan syariah.
5. Kantor Cabang Syariah Bank”X”
a. Sejarah dan Perkembangan Bank “X” Kantor Cabang Syariah
Berawal dari perubahan peraturan perundang-undangan perbankan oleh pemerintah dari UU Perbankan No. 7 tahun 1992
menjadi UU Perbankan No. 10 tahun 1998, dunia perbankan nasional
88
menjadi marak dengan fenomena boomingnya bank syari’ah. Persaingan dalam pasar perbankan kini kian ketat. Belum lagi dengan
dikeluarkannya PBI No. 4 1 PBI 2002 tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum berdasarkan
prinsip syari’ah dan pembukaan kantor bank berdasarkan prinsip syari’ah oleh bank umum konvensional, jumlah bank syari’ah saat ini bertambah
dengan banyaknya UUS Unit Usaha Syari’ah. Maka manajemen PT.
Bank “X” Persero, dengan call name Bank “X” melalui rapat komite
pengarah tim implementasi restrukturisasi Bank “X” tanggal 12 Desember 2003, manajemen Bank “X” menyusun rencana kerja dan
perubahan anggaran dasar untuk membuka UUS agar dapat bersaing di
pasar perbankan syari’ah.
Berdasarkan Surat No. 03 KOM ”X”1 2004 tanggal 15 Januari 2004, dewan komisaris mengajukan tanggapannya terhadap rencana kerja
dan perubahan anggaran dasar tersebut kepada Meneg BUMN saat itu, Laksamada Sukardi. Dan secara bersamaan pula, berdasarkan Surat No.
100 DIR DHHP HK III 2004, dewan direksi juga mengajukan usulan perubahan anggaran dasar Bank “X” kepada Meneg BUMN. Dan
berdasarkan Surat S-263 M- MBU 2004 tanggal 25 Mei 2004, Meneg BUMN menyatakan persetujuan terhadap perubahan anggaran dasar PT.
Bank “X” mengenai perubahan kegiatan usaha dengan membuka UUS.
89
Tanggal 1 Oktober 2004, dewan direksi, Divisi Hukum dan Hubungan Perusahaan DHHP mengajukan surat permohonan
rekomendasi komisaris atas perubahan anggaran dasar Bank dalam rangka pembentukan UUS. Maka pada tanggal 4 November 2004 berdasarkan
ketetapan direksi No. 14 DIR DSYA 2004, divisi syari’ah dan struktur organisasinya pun mulai dibentuk. Dan sebagaimana induknya, Bank “X”
yang berdasarkan surat Meneg BUMN No. S-554 M-MBU 2002 tanggal 21 Agustus 2002 yang memutuskan Bank “X” sebagai bank umum dengan
fokus pembiayaan perumahan tanpa subsidi maka Bank “X” Syari’ah pun memfokuskan diri pada kegiatan pembiayaan perumahan.
Pada bulan November 2004 dibentuklah struktur organisasi kantor cabang syari’ah PT. Bank “X”, di mana setiap kantor cabang syari’ah
dipimpin oleh satu orang kepala cabang yang bertanggung jawab kepada kepala divisi syari’ah. Yang pada saat bersamaan Dirut Bank “X”
meminta rekomendasi penunjukan DPS dan pada tanggal 3 Desember 2004, Dirut Bank “X” menerima surat rekomendasi DSN MUI tentang
penunjukan DPS bagi Bank “X” Syari’ah. Yang pada tanggal 18 Maret 2005 resmi ditunjuk oleh DSN MUI sebagai DPS bagi Bank “X”
Syari’ah, yaitu: Drs. H. A. Nazri Adlani, Drs. H. Moh. Hidayat, MBA, MBL dan Dr. H. Endy M. Astiwara, MA, FIIS, CPLHI, ACS.
90
Pada tanggal 15 Desember 2004, setelah permohonan izin sebelumnya, Bank “X” menerima surat persetujuan dari BI, Surat No. 6
1350 DPbs perihal persetujuan BI mengenai prinsip pembukaan KCS Kantor Cabang Syari’ah Bank “X”. Maka tanggal inilah yang diperingati
secara resmi sebagai hari lahirnya Bank “X” Syari’ah. Dan berdasarkan surat BI No. 7 102 DPbs tanggal 14 Februari 2005 perihal permohonan
izin pembukaan KCS, maka dilaksanakanlah pembukaan usaha bisnis KCS. Yang secara sinergi melalui persetujuan dari BI dan Direksi PT.
Bank “X” maka dibukalah KCS Jakarta pada tanggal 14 Februari 2005. Diikuti tanggal 25 Februari 2005 dengan dibukanya KCS Bandung
kemudian 17 Maret 2005 dengan KCS Surabaya dan berturut-turut tanggal 4 dan 11 April 2005 KCS Yogyakarta dan Makasar. Dan pada bulan
Desember 2005 dibukanya KCS Malang dan Solo. Sementara KCS Jakarta Pasar Minggu mulai dibuka atau beroperasi pada tanggal 10 Juli
2009. KCS Jakarta Pasar Minggu berlokasi di Jl. Pasar Minggu Raya, Jakarta Selatan. KCS Jakarta Pasar Minggu merupakan salah satu KCS
dari dua KCS yang ada di kota Jakarta selain KCS Harmoni. Hingga saat ini total keseluruhan Kantor Cabang Syariah yang
dimiliki Bank “X” adalah 20 Kantor Cabang Syariah. KCS tersebut antara lain KCS Bandung, KCS Banjarmasin, KCS Balikpapan, KCS Batam,
KCS Bekasi, KCS Bogor, KCS Cilegon, KCS Cirebon, KCS Jakarta
91
Harmoni, KCS Jakarta Pasar Minggu, KCS Makassar, KCS Malang, KCS Medan, KCS Palembang, KCS Pekanbaru, KCS Semarang, KCS Solo,
KCS Surabaya, KCS Tangerang dan KCS Yogyakarta.
b. Visi dan Misi Bank “X” Syariah