pimpinan memiliki peran yang sangat penting dalam iklim komunikasi di organisasinya.
Pada arus komunikasi informal yaitu grapevine atau yang sering disebut selentingan memang pada situasi tertentu terkadang mengganggu
iklim komunikasi, namun grapevine juga memberi informasi yang baik pada organisasi, maka seorang pimpinan dapan berperan bijaksana dengan
tetap membiarkan grapevine ini berkembang namun dengan tetap memantau dan mengontrol sampai batas mana informasi grapevine ini
tidak merugikan keadaan organisasi. Muhammad: 2009 Ada 4 ciri utama yang mempengaruhi kesuksesan pemimpin dalam
organisasi: 1. Kecerdasan intellegence. Penelitian-penelitian pada umumnya
menunjukkan bahwa seorang pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada pengikutnya, tetapi tidak sangat
berbeda. 2. Kedewasaan sosial dan hubungan sosial yang luas. Pemimpin
cenderung mempunyai emosi yang stabil dan dewasa atau matang, serta mempunyai kegiatan dan perhatian yang luas.
3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Pemimpin secara relatif mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi yang tinggi.
4. Sikap-sikap hubungan manusiawi. Seorang pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan martabat pengikut-pengikutnya,
mempunyai perhatian yang tinggi dan berorientasi pada karyawan. dalam Reksohadiprodjo dan Hani 1992:290-291
II.6. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah persepsi tentang seberapa jauh anggota organisasi merasa puas dengan jenis pekerjaan yang diberikan dan kondisi
Universitas Sumatera Utara
lingkungan pekerjaan dalam Kriyantono 2007:312. Kepuasan ini timbul dari persepsi seseorang mengenai bagaimana pekerjaan mereka. Kepuasan
pekerjaan juga berasal dari faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan seperti misalnya gaya sang supervisor,
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan prosedur-prosedur, afiliasi kelompok kerja, kondisi-kondisi kerja, dan imbalan-imbalan lain di luar gaji
Winardi, 2007:216. Dari sudut pandang praktikal, kebanyakan para pimpinan
menginginkan setiap pegawainya merasa puas dalam bekerja, dan juga secara produktif sehingga memiliki dampak yang baik pula bagi
organisasi. Kepuasan kerja menjadi respons seseorang pada bermacam- macam lingkungan kerja yang dihadapinya. Lingkungan kerja tersebut
adalah semua variabel komunikasi yang berhubungan dan mempunyai arti.
Kepuasan kerja akan menggambarkan evaluasi atas suatu keadaan internal afektif dalam Pace dan Faules 2005:163. Kepuasan kerja
terlebih dahulu berasal dari kepuasan komunikasi. Seorang pegawai yang memiliki kepuasan kerja karena lingkungan kerjanya mendukung
pekerjaannya. Lingkungan kerja ini melibatkan berbagai jenis cara berkomunikasi di dalamnya sehingga menyebabkan kepuasan kerja.
Sebagai contoh seorang karyawan yang membutuhkan informasi mengenai kelengkapan tugasnya dapat mengakses media yang tersedia di
Universitas Sumatera Utara
organisasi ataupun dengan berkomunikasi atau berdiskusi dengan rekan sekerjanya. Media yang berkualitas dan teman sekerja yang yang
kooperatif akan mengakibatkan kepuasan komunikasi pada karyawan tersebut. Kepuasan komunikasi inilah yang kemudian menghasilkan
kepuasan kerja karena melalui komunikasi yang lancar dan baik pekerjaan karyawan tersebut dapat terselesaikan.
Kepuasan dengan pekerjaan seringkali dihubungkan dengan gaji sebagai faktor yang utama. Namun selain gaji masih banyak faktor lain
yang berkombinasi dan cukup berpengaruh sehingga dapat menyebabkan kepuasan kerja pada seorang karyawan, seperti adanya kepuasan dengan
ketepatan informasi, faktor ini mencakup tentang tingkat kepuasan dengan informasi, kebijaksanaan, teknik-teknik baru, perubahan administrarif dan
staf. Kepuasan lainnya adalah karena seseorang memiliki kemampuan untuk menyarankan penyempurnaan, faktor ini mencakup hal-hal sebagai
tempat di mana komunikasi seharusnya disempurnakan, adanya pemberitahuan mengenai perubahan yang tujuannya adalah untuk
penyempurnaan. Adanya kepuasan dengan efisiensi bermacam-macam saluran komunikasi mencakup melalui mana komunikasi disebarluaskan
dalam organisasi, mencakup peralatan, bulletin, memo dan tulisan. Kemudian kepuasan dengan kualitas media dimana faktor ini mencakup
berapa baiknya mutu tulisan, nilai informasi yang diterima, keseimbangan informasi yang tersedia dan ketepatan informasi yang datang. Lalu masih
Universitas Sumatera Utara
ada kepuasan karena komunikaiasi dengan teman sekerja berjalan dengan baik. Faktor ini mencakup komunikasi horizontal, informal dan tingkat
kepuasan yang timbul dari diskusi masalah dan mendapatkan informasi dan teman sekerja, dan kepuasan selanjutnya adalah kepuasan kerja karena
adanya keterlibatan dalam komunikasi organisasi sebagai suatu kesatuan. Rasa puas dalam komunikasi organisasi dipengaruhi oleh aspek-aspek
organisasi seperti dipercaya, sokongan dan tujuan kinerja yang tinggi. Selanjutnya keseluruhan hal ini lah yang mengakibatkan kepuasan kerja.
Muhammad 2009:88-89 Mengenai efek kepuasan kerja pada kinerja pegawai sebagaimana
dikemukakan Robbins 2001 sebagai berikut 1 Kepuasan dan
produktivitas, hakikatnya bahwa seseorang pekerja yang bahagia adalah
seorang pekerja yang produktif. 2 Kepuasan dan kemangkiran, kepuasan
berkolerasi secara negatif dengan kemangkiran ketidakhadiran. Dalam studi bahwa bekerja dengan skor kepuasan tinggi mempunyai kehadiran
yang jauh lebih tinggi dibandingkan pekerja dengan tingkat kepuasan
lebih rendah. 3 Kepuasan dan tingkat keluar masuknya
pegawaikaryawan, kepuasan yang dihubungkan yang dihubungkan secara negatif dengan keluarnya pegawai namun korelasi ini lebih kuat daripada
kemangkiran.
Universitas Sumatera Utara
Ada lima dimensi yang berkaitan dengan kepuasan kerja yaitu : 1. Gaji dan upah yang diterima.
2. Pekerjaan . 3. Peluang promosi.
4. Supervisor 5. Para rekan sekerja
Winardi 2007: 216 Kepuasan kerja merupakan penjumlahan yang rumit dari sejumlah
unsur pekerjaan yang terbedakan dan ter[isahkan satu sama lain. discrete job elements.
Berdasarkan hasil penelitian Herzberg Gitosudarmo Sudita, 2000 menyimpulkan bahwa terdapat dua hal atau dua sisi yang mempengaruhi
sikap seseorang terhadap pekerjaannya yaitu kondisi disstatisfier atau hygiene faktor dan kondisi motivator. Faktor disstatisfier atau hygiene
merupakan faktor pencegah esensial untuk mengurangi adanya ketidakpuasan, artinya bahwa tidak adanya faktor-faktor tersebut dalam
organisasi cenderung menyebabkan adanya ketidakpuasan yang mendalam dan keberadaannya menciptakan suatu keadaan ketidakpuasan
nol atau bersikap netral. Sedangkan faktor pemuas atau motivator merupakan kondisi kerja intrinsik yang dapat memotivasi prestasi kerja
seseorang. Namun seorang karyawan yang puas tidak selalu merupakan karyawan
yang menunjukkan unjuk kerja tinggi. Upaya-upaya manajerial agar semua karyawan puas, tidak akan menimbulkan tingkat-tingkat produksi
Universitas Sumatera Utara
yang tinggi, tetapi apabila faktor seperti imbalan-imbalan mempunyai pengaruh pada hubungan untuk kerja. Winardi 2007:218
II.7. Pengaruh Iklim Komunikasi Terhadap Kepuasan Kerja