Profil Informan Biasa Profil Informan .1 Profil Informan Kunci

74 menyeimbangkan doa dengan studinya. Atau konflik antara klerikus yang satu dengan yang lain, ketika klerikus mengalami selisih paham, kemudian ketika seorang klerus mulai bertingkah laku kurang mentaati aturan yang ada didalam biara atau juga kurang mentaati keutuhan hidup selibatnya, disini peran dan kontrol dari masing - masing pembimbing serta rekan sesama klerikus sangat diperlukan agar pemecahan terhadap masalah ini menjadi cepat terselesaikan tidak menjadi berlarut – larut. Konflik yang seperti ini lah yang biasanya sering terjadi. Dan biasanya karena ada program bimbingan perilaku untuk setiap klerikus maka apabila terjadi konflik akan cepat diatasi dan diselesaikan. Apakah itu diselesaikan oleh sesama klerikus atau oleh Bapak asrama. Semuanya itu akan terselesaikan dengan jalan apapun, dengan tujuan agar tidak berlarut dan berujung ke hal – hal yang lain.

4.2.2 Profil Informan Biasa

Adapun yang menjadi profil informan biasa dalam penelitian ini, terbagi atas dua bagian yaitu Calon Biarawan dari Biara ST. Fransiskus Asisi dan juga dari Biara San Bona Ventura.

4.2.2.1 Biarawan dari Biara ST. Fransiskus Asisi

a. Erikson 26 Tahun Adalah seorang calon biarawan yang telah menjalani hidup selibat selama 4 empat tahun. Frater Erik begitulah teman – temannya memanggil. Universitas Sumatera Utara 75 Frater Erik berasal dari kepulauan mentawai dan ketika Frater Erik berniat menjalani hidup selibat ini, Frater Erik menyatakan kemauannya ke Keuskupan Agung Padang untuk bisa menempuh pendidikan ke Seminari Pematang Siantar. Perjalanan yang ditempuh Frater Erik untuk bisa masuk ke Seminari sangat panjang, ternyata tak semudah yang ada dipikirannya. Dengan semangat pantang mundur Frater Erik tetap berusaha agar ia bisa cepat masuk ke Seminari. Berselang beberapa kemudian akhirnya kemauannya dipenuhi pihak keUskupan Agung. Hal yang membuat Frater Erik termotivasi untuk memilih menjalani hidup selibat ini adalah, karena Frater Erik merasa hidup bertekun dengan ajaran Tuhan adalah sesuatu yang sangat mulia, beranjak Sekolah Menengah Pertama SMP Frater Erik telah berkecimpung dengan gereja dan sering mengikuti persekutuan doa gereja, menurut Frater Erik betapa bahagianya seorang pastor dengan keadaannya yang sendiri, bisa berkarya kepelosok manapun untuk mewartakan kabar suka cita dan melakukan pelayanan untuk gereja dan kepada umat. Dari situlah Frater Erik merasa terilhami untuk mengikuti ajaran Tuhan Yesus dengan menjalani hidup selibat di Seminari Tinggi ST. Yohanes. Berbicara soal tantangan yang dihadapi selama menjalani hidup selibat di Seminari, Frater Erik mengatakan dengan penuh keyakinan kalau selama Frater Erik berada di Seminari ini banyak sekali tantangan yang datang pada dirinya, baik itu tantangan dari dalam dirinya dan juga tantangan yang datang dari luar. Universitas Sumatera Utara 76 Frater Erik berucap kalau Tantangan yang datang dari dalam dirinya tersebut terkadang membuatnya goyah, namun goyahnya iman Frater Erik masih tetap bisa ditepisnya dengan Doa dan juga konsultasi dengan Pembimbingnya. Akan tetapi ketika ditanya soal tantangan dari luar, Frater Erik mengaku dengan mantap tantangan seperti ini terkadang membuatnya tak ingin mengenal dunia luar dan tak ingin terlalu mengetahui perkembangan dari luar, misalnya saja terlalu mengikuti kegiatan – kegiatan umat atau muda –mudi karena dengan kegiatan itu pun bisa mendatangkan godaan untuk pribadi klerikus. Solusi yang diberikan oleh Frater Erik untuk menjaga keutuhan hidup selibatnya adalah dengan seringnya melakukan permenungan agar mengetahui sejauh mana dan sebatas mana pribadinya menjaga selibatnya dan sebatas mana klerikus itu mampu menepis tantangan yang datang itu. Semoga dengan itu semua maka selibat itu akan abadi di dalam pribadi klerikus. Selama berada di seminari ini konflik yang pernah dihadapi atau diketahui Frater Erik adalah di saat sesama kami tidak dapat menyeimbangkan doa dengan studi. Mungkin disaat itu klerikus ini tak dapat menyeimbangkan doa dengan studinya ini sedang mengalami problematika dari dalam dirinya, kami selaku saudara yang satu tujuan akan memberikan masukan agar klerikus tersebut tidak berlarut. Terkadang jika klerikus itu menyadari dan langsung berubah, maka hal itu akan cepat teratasi, namun jika tidak, maka hal berikutnya yang terjadi adalah bisa saja klerikus yang tadi berniat menyelesaikan atau membantu, justru Universitas Sumatera Utara 77 malah akan diserang. Mengapa hal itu bisa terjadi? Hal itu di karenakan klerikus yang bermasalah tadi mungkin terlalu terbawa emosi sehingga terbawa kedalam sikapnya kepada sesama. Jika hal ini berlarut – larut maka akan terjadi perselisihan. Konflik seperti ini sangat sering terjadi dan jika sesama kami ada yang mengetahui maka akan secepatnya diselesaikan, jika belum dapat terselesaikan akan kami minta bantuan kepada bapak asrama atau pihak – pihak tertentu. b. Titus 26 Tahun Titus begitulah sapaan akrab dari rekan – rekannya sesama biarawan untuk frater yang berasal dari keuskupan Palembang ini. Tinggi besar, kulit agak kelam dan berkaca mata, itulah ciri – cirinya kontrasnya. Frater Titus dikenal akrab dengan umat katolik terutama di Stasi- stasi sosok Frater Titus sangat dikenal. Frater Titus seorang pemuda keturunan Jawa. Awalnya mengapa Frater Titus tertarik menjalani hidup selibat ketika duduk di bangku kelas V Sekolah Dasar SD didaerahnya, pada saat itu diadakan acara gereja, disitu banyak berdatangan biarawan – biarawati terutama pastor dengan jubah kebesarannya memimpin perayaan Misa. Dengan melihat posisi sang pastor berdiri di depan dan memimpin perayaan Misa dengan jubahnya membuat Frater Titus sedikit terusik untuk menjalani hidup yang sama dengan sang pastor, karena Frater Titus merasa kehidupan di balik jubah yang dikenakan pastor itu adalah kedamaian dan ketenangan hati yang tak terlukiskan dengan kata – kata. Universitas Sumatera Utara 78 Frater Titus bertutur tentang tantangan yang datang kedalam diri klerikus dan dari luar diri klerikus. Tantangan yang datang dari dalam diri itu wajar dan tantangan yang datang dari luar diri klerikus pun sangat wajar, justru disinilah letak tanggung jawab sebagai seorang klerikus, apakah yang hendak dilakukannya untuk menghidari itu semua, apakah dibuang jauh – jauh atau di coba untuk melakukannya. Kematangan pribadi secara biologisa dan secara psikologis sangat membantu klerikus untuk mengambil sebuah keputusan dalam menjauhi tantangan tadi. Dan untuk itu semua harus dengan berdoa dan juga niat dalam hati untuk tidak menyentuh dan melakukan semua tantangan tadi.

c. Aman Salfareus Purba