Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Defenisi Konsep

14

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian diatas yang menjadi perumusan masalah penelitian iniadalah : 1 Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi calon Biarawan menjalani hidup selibat di Seminari Tinggi ST. Yohanes ? 2 Apa sajakah konflik yang dihadapi calon Biarawan yang menjalani hidup selibat di Seminari Tinggi ST. Yohanes ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1 Untuk mengetahui Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi Calon Biarawan menjalani hidup selibat Seminari Tinggi ST. Yohanes ? 2 Untuk mengetahui apa sajakah konflik yang dihadapi calon Biarawan yang menjalani hidup selibat di Seminari Tinggi ST. Yohanes ? Universitas Sumatera Utara 15 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah kajian ilmiah dan masukan penting bagi para Calon Biarawan yang mendalami pendidikan selama di Seminari Tinggi khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan komparatif yang masih relevan dalam penelitian yang sejenis dikemudian hari.

1.4.3 Manfaat Bagi Penulis

Untuk melatih kemampuan akademis sekaligus penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh. Universitas Sumatera Utara 16

1.5 Defenisi Konsep

Beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Motif

Motif adalah suatu keadaan batiniah yang memberikan energi kepada aktivitas- aktivitas menggerakkannya, karena itu menjadi motivasi dan mengarahkan menyalurkan tingkah laku menuju pada suatu tujuan.

2. Selibat dibagi kedalam dua bahagian

 Selibat awam Selibat awam adalah mereka yang tidak menerima tahbisan suci, akan tetapi memiliki cara dan bentuk hidup yang berbeda.  Selibat religius Selibat Religius adalah para pelayan rohani, yang dalam hukum disebut para klerikus. Para klerikus adalah mereka yang menerima tahbisan suci, yaitu Uskup, Imam, dan Diakon.

3. Komunitas

Komunitas adalah Suatu kelompok sebagai bagian dari masyarakat yang didasarkan pada perasaan yang sama, sepenanggungan dan saling memerlukan, serta bertempat tinggal di suatu wilayah tempat kediaman tertentu. Komunitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah komunitas biarawan yang sama-sama menjalani hidup selibat di Seminari Tinggi ST. Yohanes. Universitas Sumatera Utara 17

4. Biarawan

Biarawan adalah angota- anggota lembaga religius. Artinya persekutuan yang anggota-anggotanya mengucapkan kaul kekal atau sementara yang diterima oleh pembesar yang berwenang atas nama gereja.

5. Biara

Biara adalah rumah tempat tinggal komunitas yang menjalankan hidup bakti menurut tiga nasihat injil. Biara harus didirikan dengan sah, dihuni suatu komunitas, dikepalai seorang pemimpin yang diangkat menurut hukum gerejani yang berlaku, dan mempunyai tempat ibadah untuk perayan ekaristi serta penyimpanan sakramen maha kudus.

6. Konflik

Konflik adalah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan, otoritas, dan sebagainya, dimana tujuan dari mereka yang berkonflik itu tidak hanya untuk memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.

7. Klerus Klerikus

Klerus Klerikus adalah kelompok orang beriman yang berkat tahbisan dkhususkan untuk pelayanan ibadat kepada Allah dan kekhasan rohani kaum beriman ; kelompok – kelompok klerus meliputi Diakon, imam, uskup. Seorang beriman memasuki kelompok klerus pada saat ia ditahbiskan. Universitas Sumatera Utara 18

8. Konggregasi

Konggregasi adalah suatu departemen – konia Romana persekutuan keagamaan yang diakui oleh Paus atau Uskup. Anggota – anggotnya hidup sesuai dengan aturannya dan tiga kaul yang disebut sederhana yang bersifat sementara tetap . Di Indonesia semua tarekat imam, bruder dan suster yang tidak disebut. sidang para wakil dari seluruh konggregasi

9. Konsili

Konsili adalah sidang para Uskup untuk mengambil sikap dan keputusan tentang masalah ajaran iman, tata tertib dan tindakan pastoral serta administrative yang mendesak.

10. Novisiat

Novisiat adalah masa pencobaan bagi para calon anggota ordo dan konggregasi, biara, tempat masa novisiat dijalankan itu juga disebut novisiat. Para novis mendiami rumah tersbut dibawah bimbingan seorang pemimpin Novis. Universitas Sumatera Utara 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2. 1. Respon Agama Terhadap Globalisasi

Globalisasi bukan sekadar istilah baru soal hegemoni Barat, kendati tak dapat dipungkiri barat memiliki posisi istimewa. Perkembangan komunikasi dan transportasi menyebabkan proses globalisasi berlangsung intensif, ekstensif, dan cepat. Masalah jarak ruang dan waktu tidak lagi menjadi penting. Dunia seakan menjadi kian sempit dan menyatu, atau seperti digambarkan David Harley, dunia menjadi global village. Berbagai perkembangan baru masuk ke lingkungan- lingkungan yang semula eksklusif dan tertutup. 1994: 9. Menyadari bahwa globalisasi dengan segala dampaknya pasti menyentuh sendi-sendi agama dan kehidupan beragama, maka dapat dimengerti jika umat beragama merasa perlu merespons fenomena globalisasi yang melanda kehidupannya. Dampak sampingan globalisasi komunikasi, perdagangan, politik, dan mobilitas internasional, masyarakat kian sadar akan keragaman dan urgensi melakukan refleksi kritis atas berbagai asumsi yang selama ini taken for granted. Proses globalisasi mengakselerasi kesadaran umat akan pluralitas agama. Tradisi-tradisi yang melegitimasi identitas dan homogenitas keagamaan mendapat tantangan serius globalisasi. Kita bukan saja disadarkan akan keniscayaan pluralisme agama, namun juga ada pluralitas dalam pluralisme agama Perubahan Universitas Sumatera Utara