Interpretasi Data Keterbatasan Penelitian

51  Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data histories, sebagian data yang tersedia adalah berbentuk surat- surat, catatan harian, laporan, memorial, dokumen dan foto. Dalam penelitian ini data yang dimaksud disediakan adalah foto-foto atau gambar yang diambil dari lapangan seperti, foto biara asrama masing- masing calon biarawan, foto kegiatan calon biarawan, foto calon biarawan saat melakukan aktifitasnya sehari – hari. Dan sebagainya.

3.5 Interpretasi Data

Data yang terkumpul dapat berjumlah banyak dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dst. Data – data tersebut diatur, diurutkan atau dikelompokkan serta dikategorikan. Hal ini pada akhirnya akan menghasilkan satuan perincian yang sistematis. Jika pengolahan data telah selesai dilakukan, berikutnya harus dilakukan analisa dan interpretasi terhadap data tersebut. Dalam hal ini mengenai Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi calon Biarawan menjalani hidup selibat di Seminari Tinggi ST. Yohanes ? dan Apa sajakah konflik yang pernah dihadapi calon Biarawan yang menjalani hidup selibat di Seminari Tinggi ST. Yohanes ? Universitas Sumatera Utara 52

3.7 Keterbatasan Penelitian

Sebagai seorang peneliti yang belum berpengalaman penulis merasa banyak sekali kendala yang harus dihadapi, sehingga hal tersebut menjadi suatu keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasan dalam penelitian disebabkan oleh beberapa hal, salah satu kendala yang dihadapi penulis dilapangan saat melakukan penelitian adalah :  Hal utama yang membuat penulis sedikit kewalahan dalam melakukan penelitian adalah pada permasalahan Dana. Dana yang dimiliki penulis sangat – sangat terbatas. Hal ini menjadikan penelitian ini kurang sempurna, apalagi jauhnya lokasi penelitian dengan tempat tinggal peneliti, lokasi penelitian diadakan di Kab. Simalungun kota Pematangsiantar, sedangkan peneliti bertempat tinggal di Medan.  Penulis kurang menguasai penuh tekhnik metode penlitian dengan sempurna. Hal ini menjadi suatu keterbatasan dalam mengumpulkan dan menyajikan data dalam pelaksanaan wawancara informan kunci dan informan biasa.  Penulis merasa kesulitan mendapat informasi dari informan yang kurang mau jujur dan terbuka saat diwawancara, sehingga sebahagian data yang sangat mendukung dalam penyajian data sangat sangat terbatas, sehingga wawancara pun dilakukan berulang- ulang. Universitas Sumatera Utara 53  Begitu juga dengan waktu pelaksanaan wawancara dengan informan biasa, dimana para calon baiarawan hanya dapat dijumpai mulai pukul 16.00 Wib hingga pukul 17.30 Wib setiap harinya atau ketika pada saat jam istirahat mereka pukul 13.00 – 15.00 Wib. Hal ini justru sangat membuat penulis kesusahan tuk menjumpai informan.  Penulis merasakan keadaan yang kurang nyaman ketika melakukan wawancara, ada perasaan canggung dalam hati antara peneliti dengan informan karena penulis seorangg perempuan sedangkan informan mayoritas berjenis kelamin laki – laki. Walaupun demikian halnya, penulis sadar akan posisi sebagai seorang peneliti social yang harus dituntut untuk dapat bersikap netral dan mampu mengungkapkan kebenaran dalam mengikuti pelaksanaan berdasarkan metode penelitian dalam mengungkapkan kebenaran atau keadaaan sebenarnya peneliti memperhatikan kebenaran sarat nilai value loaded dan kebenaran bebas nilai value free. Universitas Sumatera Utara 54

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1.1 Sumatera Dalam Peta Sejarah Gereja katolik Sumatera, salah satu pulau diantara belasan pulau diseluruh nusantara, terletak di ujung paling barat. Pada suatu zaman yang mengandalkan pelayaran sebagai sarana angkutan utama, pulau ini merupakan gerbang masuk kewilayah “indonesia”, pulau- pulau India ini. Kata sejarahwan, 60 km sebelah utara kota Sibolga, merupakan tempat kediaman orang kristen tertua 645. Aceh utara menjadi tempat tumpahan darah martir – martir pertama Beato Dyoniusius dan Bearto Redemtus 1639. Hampir tak terbekas, tetapi tidak sampai terlupa dalam sejarah. Baru dua abad kemudian, tahun 1830, Padang, Sumatera Barat, menjadi titik tolak baru bagi karya missi. Dari sana menjalar ke utara, ke timur dan keselatan. Dan awal abad 20 sejarah menjadi lebih jelas. Tanggal 20 juni 1911 sumatera menjadi Prefektur Apostolik dan pusatnya adalah Padang. Wilayah Sumatera dibagi – bagi, pusat – pusat baru didirikan, jumlah tarekat imam bertambah dan umat semakin percaya. Perjalanan ini juga tak begitu lancar. Antara lain kita mengingat “Regeringsreglement” dari tahun 1854 fasal 123, yang menjadi “indische Universitas Sumatera Utara