Latar Belakang Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan Terhadap Kepadatan Larva Aedes Aegypti di Wilayah Zona Merah, Kelurahan Kebon Kacang, Jakarta Pusat Tahun 2014

4 Suatu daerah dinyatakan mempunyai resiko penularan DBD yang tinggi jika container index ≥ 5, house index ≥ 10, dan breteu index 50 Ramadhani, Astuty, 2009. Indikator tersebut merupakan gambaran keberadaan jentik nyamuk di rumah penduduk dan di tempat penampungan airnya. Khusus untuk breteu index, indikator ini merupakan jumlah akumulasi dari keberadaan jentik nyamuk dalam 100 rumah Depkes RI, 1998. Dari data di atas maka perlu dilakukan pemberantasan DBD dengan mencegah perkembangan larvanya yaitu dengan melakukan program 3M Plus Rini dkk, 2012. 3M Plus adalah program yang berisi kegiatan berupa ; menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, mengubur dan menyingkirkan barang bekas, dan pengelolaan lingkungan berlanjut seperti meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan dan sebagainya Ditjen P2P dan PL, Depkes RI, 2008. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk melakukan 3M Plus dan kesadaran mengelola lingkungan, kasus DBD akan menurun dengan sendirinya Ulumuddin, 2010. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa siklus hidup nyamuk Aedes aegypti adalah 10 hari dari telur hingga dewasa. Jadi, jika Pemberantas Sarang Nyamuk PSN dilakukan seminggu satu kali sudah pasti akan memutus siklus hidup nyamuk. Cara yang dapat dilakukan dalam memberantas sarang nyamuk adalah dengan cara mengaplikasikan metode 5 3M plus, yakni menguras, menutup, mengubur barang bekas, dan pengelolaan lingkungan Amin, 2013. Sasaran pemberantasan sarang nyamuk DBD yaitu semua tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti seperti ; tempat penampungan air TPA untuk keperluan sehari-hari, tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari, dan tempat penampung air alamiah. Sedangkan ukuran keberhasilan PSN DBD dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik ABJ yang apabila ABJ bernilai sama dengan 95, diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi Depkes RI, 2005. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk menganalisis perilaku 3M plus menguras, menutup, mengubur, dan pengelolaan lingkungan ibu rumah tangga dan kondisi lingkungan terhadap kepadatan larva Aedes aegypti di wilayah Kelurahan Kebon Kacang, Jakarta Pusat. Hal tersebut dikarenakan bahwa nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit DBD Sukana, 1993 dan cara paling ampuh untuk memberantas penyakit tersebut adalah dengan memberantas larva Aedes aegypti di tempat perkembang biakannya Ganie, 2009. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah salah satu zona merah yang disebutkan di atas Kelurahan Menteng berbatasan dengan Kelurahan Kebon Kacang. Jumlah kasus yang masih fluktuatif dari dari empat tahun terakhir di Kelurahan Kebon Kacang juga menjadi alasan kuat untuk melakukan penelitian di lokasi ini. 6

1.2. Perumusan Masalah

Kasus DBD di Kelurahan Kebon Kacang erat kaitannya dengan kepadatan larva Aedes aegypti yang diketahui akan berkembang sebagai vektor utama penyakit DBD. Perilaku 3M plus sebagai bagian dari pencegahan penyakit ini yang mencakup sikap, tindakan dan pengetahuan ibu rumah tangga di wilayah penelitian juga dilihat. Kelurahan Kebon Kacang, yang berdekatan dengan Kelurahan Menteng salah satu Kelurahan dengan zona merah DBD di Jakarta Pusat, memiliki potensi untuk turut serta dalam penyebaran kasus DBD yang dikarenakan tingginya lalu lintas manusia. Jumlah kasus yang masih fluktuatif dari dari empat tahun terakhir di Kelurahan Kebon Kacang menjadi alasan kuat untuk melakukan penelitian di lokasi ini. Jumlah kasus DBD berturut-turut di Kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang dari tahun 2010-2013 adalah sebesar 57, 6, 17, dan 5 Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tanah Abang, 2010-2013. Kemudian, angka bebas jentik ABJ yang sebesar 95,5 Bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas Tanah Abang, 2012 dan melebihi target dari nilai ABJ Departemen Kesehatan Republik Indonesia tidak diikuti dengan tidak ditemukannya kasus DBD di Kelurahan Kebon Kacang. Cara yang dilakukan untuk melakukan penelitian ini adalah dengan cara melihat perilaku 3M Plus ibu rumah 7 tangga dan kondisi lingkungan untuk mengetahui kepadatan larva Aedes aegypti yang berkaitan erat dengan penyakit DBD.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan penelitian yang diajukan dan diharapkan dapat dijawab dengan penelitian ini, yaitu: 1. Berapa kepadatan larva Aedes aegepty di wilayah Kelurahan Kebon Kacang? 2. Bagaimana pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu rumah tangga mengenai 3M plus? 3. Bagaimana kondisi lingkungan kondisi tempat penampungan air TPA, suhu, kelembaban udara, dan fungsi jendela suatu rumah di wilayah zona merah Kelurahan Kebon Kacang? 4. Bagaimana kepadatan larva Aedes aegypti menurut perilaku 3M Plus ibu rumah tangga dan kondisi lingkungan?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan yaitu: 1.4.1 Tujuan Umum Untuk melihat perilaku 3M Plus ibu rumah tangga dan kondisi lingkungan terhadap kepadatan larva Aedes aegepty di wilayah Kelurahan Kebon Kacang, Jakarta Pusat periode 2014. 8 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui kepadatan larva Aedes aegypti di wilayah zona merah Kelurahan Kebon Kacang 2. Mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu rumah tangga mengenai 3M Plus 3. Mengetahui kondisi lingkungan keberadaan dan kondisi tempat penampungan air, suhu di sekitar tempat penampungan air, kelembaban udara di sekitar tempat penampungan air, dan fungsi jendela suatu rumah 4. Mengetahui kepadatan larva Aedes aegypti menurut perilaku 3M Plus ibu rumah tangga dan kondisi lingkungan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan analisis perilaku 3M plus ibu rumah tangga dan kondisi lingkungan terhadap kepadatan larva Aedes aegepty di wilayah zona merah Kelurahan Kebon Kacang, Jakarta Pusat. Populasi dari penelitian ini adalah ibu rumah tangga sebagai pengelola di dalam rumah tangga. Ibu rumah tangga dinilai memiliki peran paling penting dalam melakukan pengelolaan lingkungan di sekitar rumahnya. Perilaku 3M plus yang di dalamnya terdapat pengetahuan, sikap, dan tindakan juga dinilai dengan skoring sesuai pertanyaan yang ada di kuesioner. Data 9 kepadatan jentik akan dinilai dengan observasi langsung menggunakan senter lampu. Pengumpulan data tersebut akan diambil langsung oleh peneliti dan akan dilakukan selama bulan Mei - Juni 2014.

1.6. Manfaat Penelitian

1.6.1. Masyarakat Kelurahan Kebon Kacang Penelian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya perilaku 3M plus sebagai program pengendalian penyakit DBD. Dari hal tersebut harapannya adalah kasus DBD akan turun atau bahkan segera menghilang. 1.6.2. Peneliti Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang DBD serta merupakan syarat kelulusan Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1.6.3. Peneliti lain Dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.