Faktor Kejadian DBD Demam Berdarah Dengue DBD 1. Pengertian Demam Berdarah Dengue

17

2.2. Siklus Hidup Aedes Aegypti

2.2.1. Telur

Telur Aedes aegypti berbentuk lonjong dengan panjang kira-kira 0,6 mm. Saat diletakkan telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam dalam 40 menit. Sekali bertelur jumlah telurnya dapat mencapai 100-300 butir, rata-rata 300 butir. Frekuensi nyamuk betina bertelur yaitu setiap dua atau tiga hari. Selama hidupnya, nyamuk betina dapat bertelur lima kali. Jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari banyak darah yang dihisapnya. Telur diletakkan satu persatu pada dinding tempat air atau pada benda yang terapung di permukaan air yang terlindung dari cahaya matahari langsung. Tidak seperti spesies lain, tidak semua telur langsung diletakkan. Semua telur diletakkan dalam beberapa jam sampai hari. Pada iklim yang hangat, telur dapat bertumbuh dan berkembang dalam dua hari, namun pada iklim yang sejuk dapat mencapai waktu satu minggu. Telur tersebut dapat menetas beberapa saat setelah terkena air hingga dua sampai tiga hari setelah berada di air Depkes RI, 2004.

2.2.2. Larva

Larva terdiri dari kepala, toraks, dan abdomen, serta ada corong udara dengan pekten dan sekelompok bulu-bulu. Sepanjang hidupnya, larva kebanyakan berdiam di permukaan air walaupun mereka akan berenang ke dasar kontainer jika terganggu terdahap rangsang getaran dan cahaya atau sedang mencari makanan. Pada waktu istirahat, larva membentuk sudut dengan permukaan air Depkes RI, 2004. 18 Umur rata-rata pertumbuhan mulai jentik sampai menjadi pupa berkisar antara 8-14 hari. Larva mengalami empat masa pertumbuhan instar yaitu instar I sampai instar IV. Perkembangan larva tergantung pada suhu sekitarnya. Jika suhunya sejuk, larva Aedes aegypti dapat bertahan hingga berbulan-bulan selama ada air yang cukup. Perkembangan instar I sampai menjadi instar III hanya sebentar, dan kira-kira 3 hari pada tahap instar IV. Instar IV mencapai panjang 8 mm. Perbedaan masing-masing instar tersebut adalah ukurannya dan kelengkapan bulunya. Tiap kali larva mengalami pergantian instar disertai dengan pergantian kulit. Nyamuk jantan tumbuh lebih cepat dari jetina. Larva banyak dijumpai pada genangan air di tempat tertentu drum, bak, tempayan, kaleng bekas, pelepah pohon, objek apapun yang dapat menampung air Hu, 2012.

2.2.3. Pupa

Setelah menjadi instar IV, larva memasuki tahap menjadi pupa. Berbeda dengan larva, pupa terdiri atas sefalotoraks, abdomen, dan kaki pengayuh. Terdapat sepasang corong pernafasan berbentuk segitiga pada sefalotoraks dan kaki pengayuh yang lurus dan runcing terdapat pada distal abdomen Sungkar, 2002.

2.2.4. Nyamuk

Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai dasar hitam dengan bintik- bintik putih pada bagian badan, kaki, dan sayapnya. 19 Nyamuk jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya. Sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia dari pada binatang. Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya pagi pukul 09.00-10.00 sampai petang hari 16.00-17.00. Aedes aegypti mempunyai kebiasan mengisap darah berulang kali untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat infektif sebagai penular penyakit. Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap beristirahat di dalam atau diluar rumah. Tempat hinggap yang disenangi adalah benda-benda yang tergantung dan biasanya ditempat yang agak gelap dan lembab. Nyamuk akan bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih, seperti tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari: bak mandi, WC, tempayan, drum air, bak menara tower air yang tidak tertutup, sumur gali. Selain itu, wadah berisi air bersih atau air hujan: tempat minum burung, vas bunga, pot bunga, ban bekas, potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan air di kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air walau dengan volume kecil, juga menjadi tempat kesukaannya Depkes RI, 2004. Telur akan diletakkan dan menempel pada dinding penampungan air, sedikit di atas permukaan air. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar seratus butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 milimeter perbutir. Di tempat kering tanpa air, telur dapat bertahan sampai enam bulan. Telur akan menetas menjadi jentik setelah sekitar dua hari terendam 20 air. Setelah 6-8 hari, jentik nyamuk akan tumbuh menjadi pupa nyamuk. Pupa nyamuk yang masih dapat aktif bergerak di dalam air tanpa makan, itu akan memunculkan nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Selanjutnya nyamuk betina akan meletakkan telurnya didinding tempat perkembangbiakan, sedikit diatas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu 2 hari setelah terendam air. Suhu air yang cocok antara 26° – 30°C, kelembaban antara 26 – 28. Larva akan menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa Depkes RI, 2004.

2.3. Angka Kepadatan Aedes Aegypti

Untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu lokasi dapat di lakukan beberapa survei yang di pilih secara acak yang meliputi survei nyamuk, survei larva dan survei perangkap telur, survei jentik di lakukan dengan cara pemeriksaaan terhadap semua tempat air di dalam dan di luar rumah dari 100 seratus rumah yang di periksa di suatu daerah dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik. Menurut Depkes RI 2005 pelaksaaan survei ada 2 dua metode yang meliputi: a. Metode single survei Survei ini di lakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan air yang di temukan ada jentiknya untuk identifikasi lebih lanjut jentiknya.