LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada zaman modern sekarang ini, masalah yang masih paling hangat untuk dibicarakan adalah masalah remaja terutama pada remaja pubertas, karena pada masa remaja merupakan masa storm dan stress Stanley dalam Papalia Olds, 2001. Masa remaja ditandai dengan terjadinya berbagai proses perkembangan yang secara global meliputi perkembangan jasmani dan rohani. Perkembangan jasmani terlihat dari perubahan-perubahan bentuk tubuh dari kecil menjadi besar. Perkembangan jasmani atau fisik mengarah pada pencapaian bentuk-bentuk badan orang dewasa. Perkembangan fisik terlihat jelas dari perubahan tinggi badan, bentuk badan, dan berkembangnya otot-otot tubuh. Remaja juga mengalami perkembangan seksual baik primer maupun sekunder dalam Hurlock, 1999. Menurut Monks 1998, masa remaja ditandai dengan kematangan fungsi reproduksi atau disebut masa pubertas. Papalia Olds 2001, juga mengatakan bahwa pubertas adalah proses dimana seseorang mencapai kedewasaan seksual dan kemampuan untuk bereproduksi. Pubertas adalah suatu perubahan cepat menuju kematangan fisik physical-maturation yang disertai dengan perubahan hormonal dan perubahan jasmani yang terjadi secara prima selama awal masa remaja Santrock, 2002. Pertumbuhan yang terjadi tidak lain merupakan salah satu kumpulan perubahan fisik yang terjadi di awal masa remaja dan dikenal sebagai pubertas Kail Cavanaugh, 2000. Salah satu tugas perkembangan yang Universitas Sumatera Utara 2 harus dilalui remaja pubertas adalah yang berhubungan dengan perkembangan fisik yang begitu pesat Hurlock, 1999. Perubahan fisik yang begitu pesat pada masa puber merupakan proses menuju kematangan maturation. Pubertal-maturation adalah suatu proses dinamis secara biologis yang ditandai dengan adanya perubahan yang kelihatan di dalam proporsi tinggi badan, komposisi badan, dan pertumbuhan ciri-ciri seksual sekunder yang memuncak pada transisi dari pra-produktif kepada tahap produktif sepanjang rentang kehidupan manusia Ellis, 2004. Haid pertama menarche sering digunakan sebagai kriteria maturation pada remaja puber perempuan, sedangkan bagi remaja puber laki-laki, kriteria yang dipakai adalah mimpi basah Hurlock, 1999. Menurut Hurlock 1999, proses kematangan maturation pada masa puber terbagi 2 dua yaitu normal dan abnormal. Kematangan yang menyimpang atau abnormal juga terbagi 2 dua, yaitu early-maturation matang lebih awal dan late-maturation matang terlambat. Remaja puber yang kematangan seksualnya lebih cepat daripada kelompok seksnya termasuk ke dalam kelompok early- maturation. Begitu juga sebaliknya, remaja puber yang kematangan seksualnya lebih lambat dari kelompok seksnya termasuk ke dalam late-maturation. Pada fenomena zaman sekarang ini, tidaklah mengherankan lagi melihat begitu cepatnya perkembangan anak-anak zaman sekarang menuju early- maturation. Menurut Santrock 2002, early-maturation sangat dipengaruhi oleh nutrisi, lingkungan, globalisasi, dan media massa. Zulkarnain 2007, juga mengatakan bahwa pada abad ini secara umum permulaan pubertas mengalami Universitas Sumatera Utara 3 pergeseran ke arah umur yang lebih muda yang dipengaruhi oleh bangsa, iklim, gizi, dan kebudayaan. Empat faktor tersebut yang mempengaruhi early-maturation, yaitu lingkungan, psikis, fisik, serta gizi yang secara jelasnya juga dikatakan oleh Prof. Dr. dr Alex. M.Sc, Sp.And, FSS, Seksolog dan Androlog dari Fakultas Kedokteran Unud Denpasar yaitu semakin cepat rangsangan terjadi pada diri anak, maka akan semakin cepat terjadi masa pubertas pada anak. Rangsangan terbesar yang mempengaruhinya berasal dari audiovisual TV maupun pengaruh lingkungan. Masa pubertas dipengaruhi juga oleh gizi. Tidak menjadi masalah jika kadar gizi yang diberikan normal. Namun perlu dihindari memberikan anak terlalu banyak mengonsumsi daging hewani yang mengandung hormon. Ada beberapa jenis daging tersebut yang banyak mengandung hormon, yakni ayam potong. Profesor tersebut mengatakan bahwa ayam potong yang biasa diberi suplemen untuk mempercepat pertumbuhan akan mempengaruhi masa pubertas anak jika ayam tersebut dimakan Pontianak Post, 2006. Menurut lembaga KISARA PKBI Bali, pada era globalisasi modern sekarang ini, teknologi semakin canggih sehingga banyak informasi yang mudah diakses melalui banyak media. Arus informasi melalui media masa baik berupa majalah, surat kabar, tabloid maupun media elektronik seperti radio, televisi, dan komputer, mempercepat terjadinya perubahan. Meskipun arus informasi ini menunjang berbagai sektor pembangunan, namun arus informasi ini juga melemahkan sistem sosial ekonomi yang menunjang masyarakat Indonesia. Anak-anak yang sedang menuju remaja merupakan salah satu kelompok penduduk yang mudah terpengaruh oleh arus informasi baik yang negatif maupun yang positif. Informasi Universitas Sumatera Utara 4 yang negatif di zaman sekarang ini sering kali muncul di banyak media seperti seperti tayangan-tayangan sinetron yang menampilkan anak-anak berperan sebagai orang dewasa, film-film atau video-video porno dan bacaan-bacaan yang mengarahkan pada hal yang berbau seksual. Rangsangan-rangsangan melalui arus informasi tersebut membuat anak-anak sekarang menjadi cepat matang secara fisik Okanegara, 2008. Menurut Hurlock 1999, pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada remaja perempuan daripada remaja puber laki-laki, yang disebabkan karena remaja perempuan lebih cepat mengalami kematangan early-maturation dibandingkan remaja puber laki-laki. Kail Cavanaugh 2000, juga mengatakan bahwa remaja puber perempuan lebih cepat mengalami kematangan early- maturation karena pada kenyataannya remaja puber perempuan sekarang memiliki proporsi tinggi badan lebih tinggi dan komposisi badan yang lebih besar dibandingkan remaja laki-laki. Sejak tahun 1937 data yang menyangkut usia menarche dikumpulkan di Indonesia, namun tidak pernah diterbitkan, sampai pada tahun 1996 data tersebut diperkenalkan. Data dimulai dari Pulau Jawa, beberapa lain juga dari Sulawesi, Sumatra dan, baru-baru ini, dari Flores. Angka rata-rata secara umum ditunjukkan dalam suatu urutan statistik adalah terjadinya suatu kecenderungan penurunan usia menarche 0.145 tahundekade. Kondisi-kondisi kesehatan dan kekayaan umum di Indonesia meningkat dalam enam dekade terakhir ini yang sangat besar pengaruhnya dalam penurunan usia menarche. Hasil statistik menunjukkan usia menarche mengalami penurunan dari rata-rata usia 14 tahun menjadi rata-rata usia 12-13 tahun. Anak-anak perempuan yang sering mengonsumsi daging secara Universitas Sumatera Utara 5 berlebihan dan makanan yang bergizi tinggi, maka kemungkinan mereka mengalami menarche adalah usia 11 tahun Hendrawati Glinka, 2003. “Untuk negara Indonesia rata-rata usia menarche adalah 11-14 tahun, dan di kota Medan juga terdata bahwa anak-anak perempuan biasanya mencapai rata-rata usia menarche pada usia tersebut. Anak-anak perempuan sekarang mengalami kematangan fisik yang semakin dini. Di kota Medan sendiri, ada juga yang mengalaminya kelas 4 SD umur 9 tahun, dan yang seperti itu bisa tergolong early-maturation. Jadi bisa dikatakan bahwa untuk kota Medan sendiri, usia anak-anak perempuan yang mengalami early-maturation bila mereka mengalami menarche sebelum usia 11 tahun” Rahmadani Hidayatin, Psikolog PKBI Medan, Komunikasi Interpersonal, 15 Agustus 2008. Early-maturation yang dialami oleh kebanyakan remaja puber perempuan pada masa sekarang ini sering menjadi sorotan masyarakat. Hal ini dikarenakan sikap yang ditunjukkan remaja puber perempuan terhadap early-maturation tersebut yang cenderung negatif, seperti kurang percaya diri, kurang popular diantara teman-temannya, cenderung memiliki masalah berperilaku, dan cenderung depresi Elder dalam Papalia Olds, 2001. Sebagai hasil dari ketidakmatangan cara berpikir dan sosial mereka, sekaligus dikombinasikan dengan perkembangan fisik yang begitu cepat, remaja puber perempuan yang mengalami early-maturation cenderung larut dalam perilaku yang bermasalah, tanpa mengetahui apa efek jangka panjang yang akan terjadi pada perkembangan hidup mereka selanjutnya Sarigiani Pettersen, dalam Santrock, 2002. Dr.Alex Piquero, seorang pakar kriminologi dari Universitas Florida, melakukan penelitian pada tahun 1995 terhadap remaja-remaja puber perempuan yang berumur 11 sebelas tahun yang di ambil dari 132 seratus tiga puluh dua sekolah di seluruh wilayah Amerika Serikat dan menemukan bahwa remaja puber perempuan yang mengalami early-maturation ternyata lebih beresiko untuk terlibat dalam kecenderungan perilaku yang negatif. Early-maturation yang Universitas Sumatera Utara 6 dialami remaja puber perempuan menyebabkan mereka terdorong untuk bergabung dalam lingkungan sosial atau pergaulan yang belum layak mereka masuki. Dr. Piquero juga menambahkan bahwa remaja puber perempuan yang mengalami early maturation biasanya akan lebih cepat belajar bersosialisasi secara akrab dengan lawan jenisnya, serta lebih memilih berkawan dengan remaja yang lebih tua, lebih besar, serta lebih kuat dibandingkan dengan anak-anak lain yang tidak mengalami gejala kelainan fisik tersebut early-maturation Pontianak Post, 2006. Di negara Indonesia sendiri, khususnya di kota Padang, ditemukan bahwa beberapa anak perempuan telah mengalami pubertas pada usia baru mencapai 10- 12 tahun. Ketika memasuki pengalaman pubertas yang menandakan adanya physical-maturation, mendorong keinginan remaja puber perempuan untuk mengadakan interaksi sosial dengan kalangan yang lebih dewasa atau yang dianggap lebih matang pribadinya sehingga menimbulkan kecenderungan berperilaku mengikuti orang-orang dewasa pada umumnya seperti berpacaran, merokok, dan sering pulang malam Zulkarnain, 2007. Dukungan terhadap pernyataan sebelumnya juga dapat dilihat dari pendapat Swarr Richards dalam Kail Cavanaugh, 2000 yang mengatakan bahwa early-maturation menghambat perkembangan remaja puber perempuan yang mengarahkan remaja puber perempuan untuk berhubungan dengan remaja yang lebih tua yang kelihatannya mendorong mereka untuk mulai berperilaku mengikuti orang dewasa, seperti bermabukan, merokok, dan seks, dimana mereka menjadi cenderung memperlihatkan perilaku tidak sehat. Remaja puber perempuan yang mengalami early-maturation, dipaksa untuk berkecimbung ke Universitas Sumatera Utara 7 dalam hal-hal mengenai seks, dan akhirnya menjadi hamil yang dalam perjalanan hidup berbeda dibandingkan seorang remaja puber perempuan yang mengalami later-maturation yang cenderung menjadi lebih siap untuk menentang tekanan seks. Menurut Dr. Piquero 1995, remaja puber perempuan yang mengalami early- maturation cenderung memunculkan perilaku yang negatif karena dampak pengalaman langsung yang diterima remaja perempuan selama proses maturation. Dampak pengalaman langsung yang ditunjukkan di sini adalah pertumbuhan fisik yang pesat yang ditandai dengan munculnya ciri-ciri seks sekunder. Kemunculan ciri-ciri seks sekunder ini menyadarkan remaja puber perempuan akan penilaiannya terhadap tubuhnya yang mulai menyerupai bentuk tubuh wanita dewasa dan mengakibatkan mereka lebih senang bergaul dengan remaja yang lebih tua. Pengalaman langsung ini mempengaruhi sikap mereka terhadap early- maturation itu sendiri. Dengan terjadinya early-maturation, para remaja tersebut merasa bahwa mereka sama seperti orang dewasa dan memperbesar resiko mereka untuk mengikuti pola perilaku orang dewasa. Dr. Piquero juga menambahkan bahwa bersosialisasi dengan remaja yang lebih tua secara psikologis membawa dampak yang berat, sebab mereka memang belum cukup matang secara emosional untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Beliau juga mengatakan bahwa meskipun anak berusia 13 tiga belas tahun sudah berani bergaul dengan anak berusia 16 enam belas tahun, namun bukan berarti mereka juga memiliki tingkat pemikiran yang sama dengan anak-anak berusia 16 enam belas tahun dalam Pontianak Post, 2006. Universitas Sumatera Utara 8 Menurut Dr. Piquero dalam penelitiannya, tidak semua remaja puber perempuan yang mengalami early-maturation beresiko mengalami kecenderungan perilaku tidak sehat. Sebanyak 74 tujuh puluh empat persen anak-anak yang dibesarkan dalam dukungan sosial orangtua yang baik dalam hal pendidikan serta lebih akrab dengan orangtuanya ternyata mengalami lebih sedikit terkena resiko kecenderungan perilaku tidak sehat dibandingkan remaja puber perempuan yang tidak menerima dukungan sosial tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitiannya, beliau menyarankan agar pada segenap orangtua supaya lebih waspada terhadap dampak negatif yang sering ditimbulkan pada kasus pubertas akibat penyikapan yang salah dari remaja puber perempuan terhadap early-maturation yang terjadi pada diri mereka. Dalam hal ini, pendampingan orangtua sangat dibutuhkan oleh remaja menuju tahap kedewasaan dan hal itu haruslah dimulai pada saat mereka mulai mengalami tanda-tanda pubertas dalam Pontianak Post, 2006. Remaja puber perempuan yang mengalami early-maturation merasa terganggu secara psikologis dengan perubahan-perubahan kelenjar, besarnya, dan posisi organ-organ internal yang dialaminya. Perubahan sosial juga lebih besar pengaruhnya dibandingkan perubahan-perubahan kelenjar yang terjadi pada tubuh mereka. Remaja ketika memasuki masa pubertas biasanya sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung kepada keluarga inti untuk memperoleh rasa aman. Oleh karena itu, remaja puber perempuan memerlukan simpati dan perhatian dari keluarga inti dalam menjalani berbagai tugas perkembangan yang dialaminya Hurlock, 1999. “Keluarga terutama orangtua sangat berperan penting dalam hal membentuk kesiapan anak-anak perempuan mereka dalam menghadapi early-maturation dalam bentuk dukungan sosial. Hal ini sangat penting agar anak-anak bisa bersikap positif dalam hal menerima early-maturation itu sebagai sesuatu Universitas Sumatera Utara 9 yang alamiah dan normal” Rahmadani Hidayatin, Psikolog PKBI Medan, Komunikasi Interpersonal, 15 Agustus 2008. Bogardus dalam Azwar, 1995, mengatakan bahwa sikap adalah kecenderungan berperilaku. Sedangkan Thurstone dalam Mueller, 1992 menyatakan bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afek, baik itu positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Sedangkan menurut Petty dan Cacioppo dalam Hogg, 2002, sikap merupakan evalusi umum terhadap orang termasuk diri sendiri, objek ataupun isu. Pada hakekatnya, sikap merupakan suatu interaksi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport dalam Azwar, 1995 ada 3 tiga, yaitu : komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Azwar 1995 mengemukakan bahwa nilai value dan opini opinion atau pendapat sangat erat berkaitan dengan sikap, bahkan kedua konsep tersebut seringkali digunakan dalam defenisi- defenisi mengenai sikap. Mueller 1992 juga mengatakan bahwa nilai menyebabkan sikap dan sikap ke arah suatu objek adalah fungsi sedemikian rupa bahwa objek itu diartikan untuk memberi kemudahan pencapaian nilai-nilai penting Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya sehingga sikap bersifat dinamis. Faktor pengalaman besar pengaruhnya dalam pembentukan sikap Middlebrook dalam Azwar, 1995. Menurut Sarigiani Pettersen, dalam Santrock, 2002, remaja puber perempuan yang mengalami early-maturation biasanya cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap early-maturation itu sendiri. Sikap ini muncul dari penilaian terhadap pengalaman langsung yang mereka terima ketika melihat tubuh mereka Universitas Sumatera Utara 10 mulai menunjukkan ciri-ciri seksual sekunder, yang mengarahkan tubuh mereka seperti bentuk tubuh wanita dewasa. Mereka menganggap bahwa bila mereka mengalami maturation tersebut, mereka sama seperti orang dewasa, sehingga mereka cenderung beresiko mengikuti pola perilaku orang dewasa tanpa adanya kematangan cara berpikir dan kematangan sosial yang sudah dimiliki orang dewasa umumnya. “Anak-anak perempuan yang mengalami early-maturation secara fisik memang hampir memiliki fisik layaknya orang dewasa, namun secara kognitif mereka belum sematang layaknya orang dewasa umumnya karena sebenarnya mereka juga masih berpikir sama dengan anak-anak lainnya, sehingga keluarga mereka hendaknya mampu memberikan dukungan yang positif bagi perkembangan diri mereka agar mereka lebih berhati-hati dalam mencontoh pola perilaku orang-orang sekitarnya” Rahmadani Hidayatin, Psikolog PKBI Medan, Komunikasi Interpersonal, 15 Agustus 2008. Menurut Maharani dan Andayani 2003, remaja puber perempuan membutuhkan bantuan dan bimbingan serta pengarahan dari keluarganya untuk menghadapi segala permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan proses kematangan yang dialami remaja puber perempuan sekarang ini, sehingga remaja puber perempuan dapat melalui dan menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dengan wajar. Bantuan, bimbingan dan pengarahan merupakan beberapa ciri dari dukungan sosial. Elzion mengartikan dukungan sosial sebagai hubungan antar pribadi yang didalamnya terdapat satu atau lebih ciri-ciri, antara lain: bantuan atau pertolongan dalam bentuk fisik, perhatian emosional, pemberian informasi dan pujiandalam Farhati Rosyid, 1996. Dukungan sosial merupakan sesuatu yang dimiliki oleh individu yang hanya dapat dinilai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat kepada individu tersebut. Dukungan sosial dibagi ke dalam lima Universitas Sumatera Utara 11 dimensi, yaitu: dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan emosional, dan dukungan integritas sosial Orford, 1992. Kahn dalam Orford 1992, mengatakan bahwa orang dewasa sebagai orang yang lebih dulu matang dibandingkan remaja puber perempuan, perlu memberikan dukungan dalam bentuk pengarahan dan bimbingan bagi remaja puber perempuan dalam menghadapi perubahan-perubahan akibat maturation yang dialami remaja puber perempuan. Menurut Soekanto 1990, bimbingan atau dukungan sosial tersebut dapat diperoleh dari keluarga inti yang dimiliki remaja puber perempuan yang mengalami early-maturation tersebut. Keluarga inti keluarga batih merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang lazimnya terdiri dari suamiayah, istriibu dan anak-anak yang belum menikah. Gunarsa 1995 mengatakan bahwa keluarga inti merupakan tempat yang penting dimana anak memperoleh kemampuan dasar dalam bentuk kemampuannya agar kelak menjadi orang yang berhasil di masyarakat. Orangtua sebagai bagian dari keluarga inti perlu mempelajari seluk beluk kehidupan remaja secara seksama agar dapat membantu mereka dalam memberikan nilai atau pengetahuan yang penting berkaitan dengan maturation yang dialami remaja sekarang. Nilai atau pengetahuan yang baik dari orangtua dapat menuntun pola sikap remaja puber sekarang kearah yang positif terhadap early-maturation yang dialami remaja sekarang. Orangtua yang merupakan bagian dari keluarga inti hendaknya tidak memaksakan ciri-ciri kehidupan remaja pada zaman mereka pada anak-anaknya. Cara demikian hanyalah memperbesar kesenjangan. Sebaiknya orangtua justru harus bisa membandingkan kehidupan remaja zaman mereka dengan zaman remaja anak-anak mereka sekarang yang Universitas Sumatera Utara 12 mengalami pergeseran yang cukup signifikan dalam hal yang berkaitan dengan early-maturation. Orangtua sekarang harusnya semakin menyadari early- maturation pada zaman sekarang merupakan hal yang lumrah terjadi, sehingga remaja sekarang perlu dibimbing sedini mungkin Soekanto, 1990. Berdasarkan uraian di atas, peneliti melihat bahwa early-maturation pada remaja puber perempuan membuat mereka terlihat matang secara fisik seperti orang dewasa, tetapi tidak diikuti dengan kemampuan sosial dan mental yang matang seperti orang dewasa pada umumnya. Remaja tersebut biasanya menyikapi early-maturation dalam bentuk kecenderungan perilaku yang negatif, seperti, kurang percaya diri, kurang popular diantara teman-temannya, depresi, merokok, dan seks. Keluarga inti sebagai wadah yang memegang peran penting dalam mambentuk karakter anak, perlu memperhatikan perkembangan diri mereka dalam bentuk dukungan sosial yang tinggi. Keluarga inti juga merupakan faktor terpenting bagi anak dalam mempengaruhi sikap remaja terhadap setiap tugas perkembangan yang dialaminya. Remaja puber perempuan yang mendapat dukungan sosial yang tinggi akan membentuk sikap yang positif pula terhadap setiap tugas perkembangan early-maturation yang dilaluinya. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin melihat pengaruh dukungan sosial keluarga inti pada sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation.

B. RUMUSAN MASALAH