Dukungan Sosial Keluarga Inti Sikap Remaja Puber Perempuan Terhadap Early-Maturation

38

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data, dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian, defenisi operasional, subjek penelitian, prosedur penelitian, dan metode penelitian Hadi, 2000.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel bebas : dukungan sosial keluarga inti 2. Variabel tergantung : sikap remaja puber perempuan terhadap early- maturation

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Untuk memperjelas variabel-variabel dalam penelitian ini, akan dikemukakan definisi dari variabel-variabel yang digunakan :

1. Dukungan Sosial Keluarga Inti

Dukungan sosial keluarga inti adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan dari keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum menikah yang dapat diandalkan pada saat individu sedang mengalami kesulitan dan dapat dinilai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat kepada individu Orford, 1992. Operasionalisasi dukungan sosial Universitas Sumatera Utara 39 keluarga inti dalam penelitian ini menggunakkan skala dukungan sosial berdasarkan 5 lima dimensi dukungan sosial menurut Orford 1992, yaitu: dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan emosional, dan dukungan integritas sosial. Semakin tinggi skor yang didapatkan, maka semakin tinggi dukungan sosial keluarga inti yang diterima, dan juga sebaliknya, semakin rendah skor yang didapatkan, maka semakin rendah dukungan sosial keluarga inti yang diterima.

2. Sikap Remaja Puber Perempuan Terhadap Early-Maturation

Sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation adalah suatu perasaan atau penilaian evaluasi oleh remaja puber perempuan tentang early- maturation dalam bentuk kecenderungan berperilaku dalam suatu tingkatan afek, baik itu positif maupun negatif. Komponen sikap menurut Allport dalam Azwar, 1995 ada 3 tiga, yaitu : a. Komponen kognitif, adalah pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Berkaitan dengan early-maturation sebagai objek penelitian ini maka komponen kognitif meliputi : pengetahuan remaja puber perempuan mengenai makna dari early-maturation, seperti pemikiran bahwa mereka sudah dewasa dan bukan tergolong anak-anak lagi. b. Komponen afektif, adalah suatu hal yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang yang dimiliki seseorang terhadap objek sikapnya. Berkaitan dengan early-maturation sebagai objek sikap dari remaja puber perempuan, maka komponen afektif terhadap early-maturation yaitu perasaan tidak senang terhadap early-maturation yang meliputi : perasaan individu bosan, emosi Universitas Sumatera Utara 40 yang meninggi misalnya, perasaan khawatir, gelisah, sedih, tidak percaya diri dan mudah marah ketika mengalami early-maturation. c. Komponen konatif, adalah kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya. Berkaitan dengan early-maturation sebagai objek sikap dari remaja puber perempuan, maka komponen konatif terhadap early-maturation meliputi : ingin menyendiri, masturbasi, inkoordinasi, antagonisme sosial misalnya, tidak mau bekerjasama, menentang, membantah, terlalu sederhana misalnya, dalam berpenampilan terlalu sederhana. Operasionalisasi sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation dalam penelitian ini menggunakkan skala sikap berdasarkan 3 tiga komponen sikap menurut Allport dalam Azwar, 1995, yaitu : kognitif, afektif, dan konatif. Skor sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation menunjukkan penolakan terhadap early-maturation dalam bentuk kecenderungan berperilaku negatif seperti, bermabukan, berpacaran, seks, sering pulang malam, kurang percaya diri, kurang popular diantara teman-temannya, memiliki masalah berperilaku, dan depresi. Semakin tinggi skor sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation menunjukkan kecenderungan melakukan penolakan terhadap early-maturation semakin tinggi atau semakin negatif sikap yang ditunjukkan remaja puber perempuan terhadap early-maturation, begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation menunjukkan kecenderungan melakukan penolakan terhadap early-maturation semakin rendah atau semakin positif sikap yang ditunjukkan remaja puber perempuan terhadap early-maturation. Universitas Sumatera Utara 41

C. POPULASI DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi Dan Sampel