58 sosial keluarga inti pada sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation
adalah sebesar 20 . Artinya, dukungan sosial keluarga inti memberikan sumbangan efektif sebesar 20 dalam membentuk sikap remaja puber
perempuan terhadap early-maturation, sedangkan sisanya yang sebesar 80 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti pengalaman pribadi, kebudayaan,
institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan serta faktor emosi dalam diri individu yang tidak diteliti dalam penelitian ini Azwar, 1995.
Tabel 11. Hasil Analisa Regresi
R Sig R Square
Persamaan Regresi
0.447 0.001 0.200 S
= 110.618 – 487DS
Selain itu, garis persamaan regresi yang dihasilkan, yaitu sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation =
110.618 – 487 dukungan sosial keluarga inti, artinya nilai sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation akan
bertambah sebesar 110.618 – 487 jika nilai dukungan sosial keluarga inti = 1
satuan, dengan kata lain bahwa semakin tinggi dukungan sosial keluarga inti maka akan semakin rendah sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation.
3. Hasil Tambahan a. Kategorisasi Data Penelitian
Berdasarkan deskripsi data penelitian dapat dilakukan pengelompokan yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Azwar 2005 menyatakan bahwa kategorisasi
ini didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek penelitian terdistribusi normal. Kriterianya terbagi atas tiga kategori, yaitu: rendah, sedang, dan tinggi. Dalam
penelitian ini, skor skala sikap yang rendah menunjukkan bahwa sikap terhadap early-maturation adalah positif, skor skala sikap yang sedang menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
59 bahwa sikap terhadap early-maturation adalah netral, dan skor skala sikap yang
tinggi menunjukkan bahwa sikap terhadap early-maturation adalah negatif. Tabel 12 berikut ini menunjukkan deskripsi data penelitian dukungan sosial keluarga
inti. Tabel 12. Deskripsi Data Penelitian Dukungan Sosial Keluarga Inti
Variabel Skor Empirik
Skor Hipotetik Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD
Dukungan sosial keluarga inti
80 115 98.50 8.872 30 120 75 15
Berdasarkan tabel 12 diperoleh mean empirik skala dukungan sosial keluarga inti adalah 98.50 dengan standard deviasi empirik 8.872 dan mean hipotetiknya
adalah 75 dengan standard deviasi hipotetik sebesar 15. Dari perbandingan mean empirik dan mean hipotetik terlihat bahwa mean empirik lebih besar dari mean
hipotetik 98.50 75, yang berarti bahwa secara umum dukungan sosial keluarga inti subjek penelitian lebih tinggi daripada rata-rata dukungan sosial keluarga inti
populasi pada umumnya. Tabel 13. Kriteria Kategorisasi Jenjang Data Hipotetik Dukungan Sosial Keluarga
Inti dan Sikap Remaja Puber Perempuan Terhadap Early-Maturation
Variabel Kriteria Jenjang
Kategori
Dukungan sosial
keluarga inti
X X
H
-1.0SD
H
Rendah X
H
-1.0SD
H
≤ X X
H
+1.0SD
H
Sedang X
H
+1.0SD
H
≤ X Tinggi
Sikap remaja puber perempuan
terhadap early-
maturation
X X
H
-1.0SD
H
Rendah Positif
X
H
-1.0SD
H
≤ X X
H
+1.0SD
H
Sedang Netral
X
H
+1.0SD
H
≤ X Tinggi Negatif
Tabel 14. Kategorisasi Data Hipotetik Dukungan Sosial Keluarga Inti
Variabel Rentang Nilai
Kategori Frekuensi
Persentase
Dukungan X 60
Rendah
Universitas Sumatera Utara
60
sosial keluarga inti
60 ≤ X 90
Sedang 9
18 90
≤ X Tinggi
41 82
Berdasarkan kategorisasi pada tabel 14 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar remaja puber perempuan di dalam penelitian ini mendapat dukungan sosial
keluarga inti yang tergolong tinggi 82 , sedangkan selebihnya mendapat dukungan sosial keluarga inti yang tergolong sedang 18 dan tidak ada yang
tergolong rendah. Artinya, secara keseluruhan, remaja puber perempuan pada sejumlah Sekolah Dasar di kota Medan yang menjadi subjek dalam penelitian ini
memiliki dukungan sosial keluarga inti yang tinggi. Tabel 15. Deskripsi Data Penelitian Sikap Remaja Puber Perempuan Terhadap
Early-Maturation
Variabel Skor Empirik
Skor Hipotetik Min Maks Mean
SD Min Maks Mean SD
Sikap remaja puber perempuan terhadap
early-maturation 34 80 62.60
9.668 30 120 75 15
Berdasarkan tabel 15 diperoleh mean empirik skala sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation adalah 62.60 dengan standard deviasi
empirik 9.668 dan mean hipotetiknya adalah 75 dengan standard deviasi hipotetik sebesar 15. Dari perbandingan mean empirik dan mean hipotetik terlihat bahwa
mean empirik lebih rendah dari mean hipotetik 62.60 75, yang berarti bahwa secara umum sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation pada
subjek penelitian lebih rendah daripada rata-rata sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation pada populasi umumnya.
Kriteria untuk variabel sikap remaja puber perempuan terhadap early- maturation dengan jumlah frekuensi dan persentase individu di dalamnya dapat
dilihat pada tabel 16 berikut.
Universitas Sumatera Utara
61 Tabel 16. Kategorisasi Data Hipotetik Sikap Remaja Puber Perempuan Terhadap
Early-Maturation
Variabel Rentang Nilai
Kategori Frekuensi
Persentase
Sikap remaja puber perempuan terhadap early-
maturation
X 60 Rendah
Positif 15 30
60 ≤ X 90
Sedang Netral
35 70 90
≤ X Tinggi
Negatif
Kategorisasi pada tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation termasuk dalam kategorisasi sedang
70 dan selebihnya termasuk dalam kategorisasi rendah 30 dan tidak ada yang tergolong tinggi. Artinya, secara keseluruhan, remaja puber perempuan pada
sejumlah Sekolah Dasar di kota Medan yang menjadi subjek dalam penelitian ini memiliki sikap yang sedang terhadap early-maturation. Untuk melihat penyebaran
variabel dalam bentuk matriks kategori dapat ditunjukkan pada tabel 17. Tabel 17. Matriks Hubungan Antar Variabel Dalam Bentuk Kategori
Dukungan Sosial Keluarga Inti Rendah Sedang
Tinggi
Sikap Remaja Puber Perempuan Terhadap Early-Maturation
Rendah Positif
15 30
Sedang Netral
9 18
26 52
Tinggi Negatif
Jumlah
50 100
Matriks di atas menunjukkan bahwa hubungan variabel yang memiliki
persentase terbesar terlihat pada frekuensi dukungan sosial keluarga inti tinggi dan frekuensi sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation sedang
Universitas Sumatera Utara
62 sebanyak 26 orang 52 . Frekuensi remaja puber perempuan yang memiliki
dukungan sosial keluarga inti tinggi dan sikap terhadap early-maturation rendah sebanyak 15 orang 30 . Hasil ini menunjukkan bahwa dukungan sosial
keluarga inti berkorelasi negatif dengan sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini, yakni ada pengaruh
positif antara dukungan sosial keluarga inti dengan sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation dimana semakin tinggi skor dukungan sosial keluarga
inti maka akan semakin rendah skor sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation atau semakin positif sikap yang ditunjukkan. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah skor dukungan sosial keluarga inti maka akan semakin tinggi skor sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation
atau semakin negatif sikap yang ditunjukkan. Frekuensi remaja puber perempuan yang memiliki dukungan sosial keluarga
inti sedang dan sikap terhadap early-maturation sedang sebanyak 9 orang 18 . Hal ini menunjukkan bahwa selain dukungan sosial keluarga inti ada faktor-faktor
lain yang mempengaruhi sikap remaja puber perempuan terhadap early- maturation seperti pengalaman pribadi, kebudayaan, institusi atau lembaga
pendidikan dan lembaga keagamaan serta faktor emosi dalam diri individu yang tidak diteliti dalam penelitian ini Azwar, 1995.
Sementara frekuensi remaja puber perempuan yang memiliki skor dukungan sosial keluarga inti rendah dan skor sikap terhadap early-maturation rendah,
frekuensi remaja puber perempuan yang memiliki skor dukungan sosial keluarga inti rendah dan skor sikap terhadap early-maturation sedang, frekuensi remaja
puber perempuan yang memiliki skor dukungan sosial keluarga inti rendah dan
Universitas Sumatera Utara
63 skor sikap terhadap early-maturation tinggi, frekuensi remaja puber perempuan
yang memiliki skor dukungan sosial keluarga inti sedang dan skor sikap terhadap early-maturation rendah, frekuensi remaja puber perempuan yang memiliki skor
dukungan sosial keluarga inti sedang dan skor sikap terhadap early-maturation tinggi, dan frekuensi remaja puber perempuan yang memiliki skor dukungan
sosial keluarga inti tinggi dan skor sikap terhadap early-maturation tinggi tidak ada 0 . Hasil ini menunjukkan bahwa dukungan sosial keluarga inti dan sikap
remaja puber perempuan terhadap early-maturation hanya memiliki korelasi yang negatif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa ada pengaruh positif
antara dukungan sosial keluarga inti pada sikap remaja puber perempuan terhadap early-maturation.
C. PEMBAHASAN
Hasil penelitian pada remaja puber perempuan di Kota Medan yang mengalami early-maturation, menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara
dukungan sosial keluarga inti pada sikap remaja puber perempuan terhadap early- maturation. Pengaruh positif ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan
sosial yang diterima remaja puber perempuan dari keluarga inti, maka akan semakin positif sikap yang ditunjukkan remaja tersebut terhadap early-
maturation. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Piquero 1995 yang
dipublikasikan dalam Pontianak Post tahun 2006 adalah benar. Dalam penelitian tersebut ia berpendapat bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam dukungan sosial
orang tua yang baik dan lebih akrab dengan orang tua ternyata mengalami lebih
Universitas Sumatera Utara