STH dengan tingkat kecerdasan. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan. Anak dengan derajat infeksi ringan terlihat mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih baik
dibandingkan anak dengan derajat infeksi sedang. Jadi dari penelitian ini diperoleh bahwa tingkat kecerdasan seorang anak dipengaruhi oleh derajat infeksi yang
dideritanya. Anak dengan tingkat kecerdasan average dan high Average dapat diduga terinfeksi ringan, sedangkan anak dengan tingkat kecerdasan mental deffective dan
borderline dapat diduga terinfeksi sedang. Dengan menggunakan tes WISC dijumpai perbedaan yang bermakna dari
semua variabel WISC berdasarkan derajat infeksi ringan dan sedang semua nilai p = 0,001. Nilai variabel tes WISC dari anak dengan infeksi ringan lebih tinggi
dibanding nilai variabel tes WISC dari anak dengan infeksi sedang.
IV.2.2 Hubungan Derajat Infeksi Kecacingan STH dengan Kejadian Anemia
Dalam penelitian ini pengukuran kadar hemoglobin untuk pemeriksaan kejadian anemia, dilakukan dengan menggunakan metode cyanmethemoglobin.
Metode ini merupakan metode terbaik dalam menentukan kadar hemoglobin. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin
yang kemudian bereaksi dengan ion sianida membentuk sian-methemoglobin yang berwarna merah.
Dari uji hipotesis terhadap hubungan antara derajat infeksi kecacingan STH dengan kejadian anemia diperoleh hasil yang tidak bermakna p = 0,531. Ini berarti
tidak ada perbedaan dari derajat infeksi kecacingan STH berdasarkan kejadian anemia. Untuk kejadian anemia, frekuensi derajat infeksi terbanyak adalah sedang
yaitu 23 orang 37,1. Untuk kejadian tidak anemia, semuanya derajat infeksi ringan yaitu 32 orang 51,6. Tidak ada anak yang menderita infeksi berat untuk
kejadian anemia dan kejadian tidak anemia. Hasil dapat dilihat pada Tabel 15. Dari penelitian ini juga diperoleh tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara jenis infeksi tunggal dan campuran dengan kejadian anemia p = 0,283. Menurut Onggowaluyo dkk 1998 pada infeksi berat oleh cacing T trichiura dapat
dijumpai mencret yang mengandung darah dan lendir sindroma disentri klasik Trichuris disentry syndrome, massive infantile Trichuriasis, menimbulkan
intoksikasi sistemik dan diikuti anemia. Anemia yang di timbulkan cacing T.trichiura, pernah dilapokan kadar hemoglobin penderita mencapai 3grdl. Dalam
penelitian ini kejadian anemia terbanyak disebabkan oleh infeksi tunggal cacing A lumbricoides sebanyak 23 orang 37,1, sedangkan infeksi tunggal T trichiura
hanya 2 orang 1,6 dan infeksi campuran A lumbricoides dan T trichiura sebanyak 4 orang 6,5. Ini mungkin disebabkan karena derajat infeksi cacing jenis T
trichiura yang diderita anak adalah derajat infeksi ringan dan kepadatan telur kurang sehingga infeksi T trichiura yang diderita anak tidak berhubungan dengan kejadian
anemia. Hasil yang sama diperoleh dalam penelitian Yudo 2008 yang melakukan
penelitian untuk
mengetahui prevalensi infeksi cacing Trichuris trichiura dan prevalensi anemia serta mengetahui hubungan anemia dengan infestasi parasit Trichuris trichiura
pada murid SDN 2 Pasung dan SD Kadibolo di Kecamatan Wedi. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dari 287 murid yang diperiksa, ditemukan 184 murid 64 mengalami
anemia dan 58 murid 20 terinfeksi T trichiura. Tidak ada hubungan antara anemia dengan infeksi T trichiura p = 0,058.
IV.2.3 Hubungan Derajat Infeksi Kecacingan STH dengan Status Gizi