Telur- telur yang keluar bersama feses biasanya pada stadium awal pembelahan, bentuknya lonjong dengan ujung bulat melebar dan berukuran kira-kira
panjang 60µm dan lebar 40µm. Ciri khasnya yaitu adanya ruang yang jernih di antara embrio dengan kulit yang tipis Kazura, 2000; Gilman, 2000.
Cacing dewasa berbentuk silindrik. Ukuran cacing betina 9-13 mm dan cacing jantan 5-10 mm. Bentuk Necator americanus seperti huruf S, sedangkan Ancylostoma
duodenale seperti huruf C. Rongga mulut kedua species cacing ini lebar dan terbuka. Pada Necator americanus mulut dilengkapi gigi kitin, sedangkan pada Ancylostoma
duodenale dilengkapi dua pasang gigi berbentuk lancip. Kedua cacing ini, yang jantan ujung ekornya mempunyai bursa kopulatriks, sedangkan yang betina ujung
ekornya lurus dan lancip. Kedua spesies cacing dewasa ini secara morfologis mempunyai perbedaan yang nyata terutama bentuk tubuh, rongga mulut, dan bursa
kopulatriksnya.
II.5.2 Daur Hidup
Infeksi cacing tambang pada manusia disebabkan oleh Necator americanus dan Anyclostoma duodenale. Manusia merupakan tuan rumah utama infeksi cacing
ini. Di Indonesia lebih sering disebabkan oleh Necator americanus. Dari suatu penelitian diperoleh bahwa sepuluh anak-anak, telah terinfeksi sebelum usia 5 tahum
dan 90 terinfeksi pada usia 9 tahun. Intensitas infeksi meningkat sampai usia 6-7 tahun Kazura, 2000; Gilman, 2000.
Cacing tambang dapat menghasilkan telur 10.000 - 20.000 setiap harinya. Telur cacing tambang dikeluarkan bersama tinja dan berkembang di tanah, didalam
kondisi kelembaban dan temperatur yang optimal telur akan menetas dalam 1-2 hari dan melepaskan larva rhabditiform, yang kemudian berkembang menjadi larva
filariform. Perkembangan dari telur ke larva filariform berlangsung 5-10 hari. Larva ini masuk kedalam tubuh manusia dengan menembus kulit dan tertelan bersama
makanan atau air yang terkontaminasi kemudian masuk ke sirkulasi darah melalui pembuluh darah vena dan sampai alveoli kemudian bermigrasi ke saluran nafas
setelah itu larva masuk ke esophagus tertelan dan menjadi dewasa di usus halus.
Migrasi melalui darah dan paru – paru berlangsung selama 1 minggu, sedangkan siklus dari larva berlangsung selama 7-8 minggu Kazura, 2000; Gilman, 2000.
Cacing ini dapat bertahan selama 7 tahun atau lebih Gilman, 2000. Cacing dewasa umumnya hidup di sepertiga bagian atas usus halus dan melekat pada lapisan
mukosa dan submukosa usus halus dengan rongga mulutnya. Cacing ini menyebabkan laserasi pada kapiller villi usus halus dan menyebabkan pendarahan
lokal pada usus. Sebagian dari darah akan ditelan oleh cacing dan sebagian keluar bersama dengan tinja. Tinja penderita dapat mengandung sejumlah darah. Pada
infeksi sedang angka telur pergram tinja 5000 kehilangan darah dapat didektesi dalam tinja rata-rata 8 ml per hari. Sehingga gejala utama infeksi cacing ini adalah
terjadinya anemia Anemia Hypochrom Microcyter dan defisiensi besi Onggowaluyo dkk, 1998. Gejala klinis yang terjadi tergantung pada derajat infeksi,
makin berat infeksi manifestasi klinis yang terjadi semakin mencolok berupa anoreksia, mual, muntah, diare, kelelahan, sakit kepala, sesak napas, palpitasi,
dispepsia, nyeri disekitar duodenum, yeyunum dan ileum, juga bisa ditemukan protein plasma yang rendah hypoalbuminemia, kelainan absorbsi nitrogen dan
vitamin B12, akan tetapi yang paling tetap menonjol adalah berkurangnya zat besi. Dapat juga dijumpai kardiomegali, serta retardasi mental dan fisik Onggowaluyo
dkk, 1998; WHO, 1996.
Dikutip dari: http:www.dpd.cdc.gov
Gambar 6. Siklus hidup Cacing Tambang
II.5.3. Patogenesis