kripta dan infiltrasi sel bulat ke lamina propria. Kondisi ini berakibat pada gangguan absorbs makanan. Sebagian kelainan ini dapat kembali normal bila
cacing dikeluarkan Onggowaluyo dkk, 1998. Efek langsung yang terukur akibat kelainan mukosa usus halus adalah meningkatnya nitrogen dalam tinja.
Steatorhoe karena terjadi gangguan absorbsi lemak, gangguan absorbsi karbohidrat yang diukur dengan xylo test. Akibat
lainnya cacing gelang ini menyebabkan hiperperistaltik sehingga menimbulkan diare. Hal ini dapat mengakibatkan rasa tidak enak diperut, kolik akut pada
daerah epigastrium dan gangguan selera makan Brown, 1982; Beaver dkk, 1984.
Cacing mungkin juga masuk ductus choledochus, appendix, menyumbat ampula vateri dan menyebabkan Pancreatitis haemoragik. Waktu muntah, cacing dewasa
dapat juga keluar melalui mulut dan hidung. Dalam sehari setiap ekor cacing ini menghisap 0,14 gram karbohidrat dan protein 0,035 gram dalam usus halus
penderita.Gani; 2004.
II.4. Morfologi, Daur Hidup dan Patogenesis Trichuris trichiura
Trichuris trichiura whip worm atau cacing cambuk merupakan salah satu Nematoda usus yang penting pada manusia cacing Trichuris ini termasuk family
Trichinellidae, genus Trichiuris. Hospes definitifnya adalah manusia dan habitat normalnya di sekun dan kolom ascendes Beaver dkk, 1984; Kazura.2000
II.4.1 Morfologi
Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm. Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira35 dari panjang
seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya membulat tumpul, sedangkan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spirulun.
Gambar 3. Cacing dan Telur Trichuris trichiura
Dikutip dari : http:www.dpd.cdc.gov
.
Telur berukuran 50-54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan, dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar
berwarna kekuningan – kuningan dan bagian dalamnya jernih.
II.4.2 Daur Hidup
Daur hidup cacing ini dimulai dengan tertelannya telur yang mengandung embrio matur stadium infektif, kemudian larva menetas di usus halus, larva ini
selanjutnya masuk kedalam villi usus halus dan menetap selama3 sampai 10 hari kemudian berimigrasi ke lumen sekum. Tiga per empat anterior bagian cacing masuk
embedded di mukosa superfisialis dan bagian posterior yang pendek bebas di dalam lumen. Cacing berkembang menjadi dewasa dan mampu bertelur dalam waktu 1
sampai 3 bulan. Rata – rata usia cacing dewasa adalah 1 tahun Beaver dkk,1984; Strickland, 2000.
Gambar 4. Siklus hidup Trichuris trichiura
Dikutip dari: http:www.dpd.cdc.gov
II.4.3. Patogenesis
Mekanisme pasti bagaimana T trichiura menimbulkan kelainan pada manusia tidak diketahui, akan tetapi diketahui ada dua proses yang berperan yakni trauma oleh
cacing dan efek toksik. Trauma pada dinding usus terjadi karena cacing ini membenamkan bagian kepalanya pada dinding sekum dehingga menyebabkan reaksi
anafilaksis lokal yang dimediasi oleh lg E, terlihat infiltrasi lokal eosinofil di submukosa usus dan dapat terjadi edema pada dinding usus. Pada keadaan ini mukosa
mudah berdarah. Pada infeksi berat dapat dijumpai mencret yang mengandung darah dan lendir sindroma disentri klasik Trichuris disentry syndrome, massive infantile
Trichuriasis, menimbulkan intoksikasi sistemik dan diikuti anemia. Ada juga sindroma disentri yang lebih ringan berupa kolitis dengan gangguan kecerdasan.
Anemia yang ditimbulkan cacing T trichiura, pernah dilaporkan kadar hemoglobin penderita mencapai 3grdl akibat infeksi cacing ini Beaver dkk, 1984; Strickland,
2000; WHO, 1996; Onggowaluyo dkk, 1998.
Efek infeksi T trichiura dapat menyebabkan menurunnya insulin like growth factor IGF-1, suatu hormon pertumbuhan bersifat anabiotik yang berfungsi pada
pertumbuhan skeletal dan hematopoesis Duff dkk,1999. Plasma IGF-1 meningkat pada masa anak dan mencapai puncaknya pada pubertas. Hormon ini merupakan
marker biokimia yang baik untuk menilai gangguan pertumbuhan dan menilai gangguan nutrisi pada seorang anak Clayton dkk, 2003. Dari suatu penelitian
terhadap 14 anak sekolah usia dasar dengan sindroma disentri trikuris. Didapatkan kadar plasma IGF-1 rendah, kadar serum tumor necrosis factor TNF meningkat.
Konsentrasi rerata hemoglobin rendah dan sintesis kolagen menurun. Keadaan tersebut bila berlangsung kronik ini akan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan
pada anak Duff dkk, 1999. Bila infeksinya ringan biasa asymptomatis tanpa gejala. Bila jumlah cacingnya banyak biasanya timbul diare dengan feses yang
berlendir, nyeri perut, dehidrasi, anemia, lemah dan berat badan menurun.
II.5. Morfologi, Daur Hidup dan Patogenesis Cacing Tambang II. 5. 1 Morfologi