sehari-hari pada keluarga tersebut masih tanggung jawab orang tuanya sehingga, segala sesuatu tindakan dan keputusan yang diambil harus diketahui oleh orang
tuanya termasuk dalam penyedian pangan dan menu makanan yang akan disediakan. Disini peranan orang tua terhadap ibu sangat dominan yang mengakibatkan kebiasaan
orang tua kadang menjadi kebiasaan ibu yang masih tinggal bersama orang tua. Hal ini berubah apabila si keluarga yang tinggal bersama orang tua mempunyai tingkat
pendidikan yang tinggi dan ekonomi yang memadai, maka dominasi orang tuanya akan berkurang.
Ibu yang relatif muda cenderung kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak sehingga umumnya mereka mengasuh dan
merawat anak didasarkan pada pengalaman orang tua terdahulu. Umumnya mengasuh anak hanya berdasarkan pengalaman orang tuanya dahulu. Sebaliknya pada ibu yang
lebih berumur cenderung akan menerima dengan senang hati tugasnya sebagai ibu sehingga akan memengaruhi pula terhadap kualitas dan kuantitas pengasuhan anak
Hurlock, 1999.
5.3. Pendidikan dengan Praktek Kadarzi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 10 25,6 dari 39 responden yang berpendidikan tinggi berpraktek Kadarzi, sementara responden yang
pendidikan rendah, ada sebanyak 16 12,0 dari 133 responden berpraktek Kadarzinya. Hasil analisis menggunakan uji Chi-Square diperoleh p-value sebesar
Universitas Sumatera Utara
0,037 p-value 0,05, yang berarti bahwa pendidikan berhubungan secara signifikan dengan praktek Kadarzi.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan perilaku Keluarga Sadar Gizi. Hal ini dikarenakan orang yang
berpendidikan tinggi mudah dalam menerima informasi yang baik dari media elektronik, media cetak, maupun media lainnya. Orang yang berpendidikan tinggi
tidak mudah mempercayai sesuatu yang tidak jelas informasinya, serta orang yang mempunyai pendidikan tinggi pada umumnya memiliki wawasan yang luas
dibandingkan dengan orang yang pendidikannya rendah dan selalu ingin mencoba hal-hal yang baru. Pendidikan tinggi lebih sering mencari informasi dan mencoba
apabila sesuai dengannya akan menjadi perilaku yang langgeng bagi keluarga tersebut namun pedidikan tinggi belum menjamin terwujudnya praktek kadarzi yang
baik. Hal ini memungkin orang yang tinggi pendidikan belum tentu mereka mengetahui tentang kesehatan apa lagi mengenai kadarzi karena pendidikan formal
yang diperoleh tidak mempelajari masalah kesehatan dan sebaliknya orang yang berpendidikan rendah belum tentu praktek kadarzi tidak baik, hal ini mungkin karena
apabila sering terpaparnya dengan imformasi akan meningkatkan pengetahuan mereka mengenai kadarzi.
Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian Apriadji 1996, seseorang yang mempunyai pendidikan rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang
memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang berpendidikan lebih tinggi. Sekalipun berpendidikan rendah kalau orang tersebut rajin mendengarkan
Universitas Sumatera Utara
informasi tentang gizi bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik. Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari pengetahuan. Peneltian Sutrisno 2001 dan Munadhiroh 2009, menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan perilaku keluarga sadar gizi. Madihah 2002, menyatakan bahwa makanan merupakan hasil proses pengambilan
keputusan yang dikendalikan oleh ibu. Oleh karena itu, tingkat pendidikan ibu sangat berperan dalam penyusunan pola makan keluarga, mulai dari perencanaan belanja,
pemilihan bahan pangan maupun dalam pengolahan dan penghidangan makanan bagi anggota keluarga Ningsih, 2008.
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang akan memengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan yang
lebih tinggi diharapkan informasi gizi yang dimiliki jadi lebih baik Berg, 1987. Menurut Ningsih 2008, tingkat pendidikan formal orang tua terutama ibu sering
memiliki hubungan dengan perbaikan pola konsumsi pangan keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka akan terjadi perbaikan kebiasaan makan, serta
perhatian kepada kesehatan dan makanan yang bergizi juga bertambah. Menurut Madanijah 2003, terdapat hubungan positif antara pendidikan ibu dengan
pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi cenderung mempunyai pendidikan tinggi cenderung mempunyai pengetahuan
gizi, kesehatan dan pengasuhan anak baik.
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan kedudukan wanita dan tersedianya peluang yang sama di bidang pendidikan, latihan dan pekerjaan yang akan memberi kontribusi yang berarti dalam
perkembangan sosial ekonomi keluarganya. Padahal keluarga terutama ibu mempunyai tanggung jawab utama atas perawatan dan perlindungan anak sejak bayi
hingga dewasa Soetjiningsih, 2004. Menurut Gabriel 2008, seorang ibu yang tidak bekerja di luar rumah akan memiliki lebih banyak waktu dalam mengasuh serta
merawat anak. Hasil penelitian Misbakhudin 2007, di Kota Bandung menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara aktifitas ibu dengan perilaku keluarga sadar gizi.
5.4. Pekerjaan dengan Praktek Kadarzi