2.2.2. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah membantu individu untuk memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan terkait dengan
diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya
yang dimiliki antara lain dengan transfer daya dari lingkunganya Prijono Pranaka, 1996.
Menurut Notoatmodjo 2003, pemberdayaan merupakan proses pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan
sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar aspek knowledge, dari tahu menjadi mau aspek attitude,
dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan aspek practice
Perlu diketahui bahwa dalam Kadarzi, pemberdayaan masyarakat merupakan ujung tombak, yang untuk keberhasilannya harus didukung oleh upaya bina suasana
opini publik dan advokasi. Namun demikian, selama ini dirasakan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat kurang mendapat perhatian dengan minimnya dana
pelaksanaan. Kegiatan-kegiatan komponen pemberdayaan masyarakat meliputi serangkaian kegiatan yang diawali dengan membangun kesadaran kritis masyarakat,
pengorganisasian masyarakat hingga perencanaan partisipatif.
Universitas Sumatera Utara
a. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-
masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan mengerahkan
sumberdaya yang di miliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut. Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut afektif, kognitif dan
psikomotorik akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya kemandirian masyarakat yang dicita-citakan, dalam masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan,
yang dilengkapi dengan kecakapan-keterampilan yang memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan pembangunan dan perilaku sadar akan kebutuhan tersebut Ambar,
2004. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan akan menghasilkan
kemandirian masyarakat di bidang kesehatan. Dengan demikian pemberdayaan masyarakat merupakan proses, sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya
kemandirian masyarakat di bidang kesehatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. Peran
serta masyarakat di dalam pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin
Universitas Sumatera Utara
banyaknya jumlah anggota masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti, Puskesmas, Pustu, Polindes, mau hadir ketika ada kegiatan penyuluhan
kesehatan, dan mau menjadi kader kesehatan Depkes RI, 2007. Pemberdayaan keluarga sadar gizi maksudnya adalah melakukan berbagai
upaya untuk meningkatkan kemampuan keluarga agar terwujud keluarga yang sadar gizi. Upaya meningkatkan kemampuan keluarga itu dilakukan dengan penyuluhan,
demo, diskusi, dan pelatihan. Melalui pemberdayaan Kadarzi, maka proses pemberian informasi Kadarzi secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti
perkembangan sasaran di berbagai tatanan, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar gizi, dari tahu
menjadi mau dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku sadar gizi. Sasaran utama pemberdayaan masyarakat adalah individu, keluarga dan kelompok
masyarakat Depkes RI, 2007. Tujuan pemberdayaan keluarga sadar gizi Kadarzi adalah: a Menimbang
balita ke posyandu secara berkala; b Mampu mengenali tanda-tanda sederhana keadaan kelainan gizi gizi kurang dan gizi lebih; c Mampu menerapkan susunan
hidangan yang baik dan benar, sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang PUGS; d Mampu mencegah dan mengatasi kejadian, atau mencari rujukan,
manakala terjadi kelainan gizi di dalam keluarga; dan e Menghasilkan makanan melalui pekarangan.
c. Tahap-Tahap Pemberdayaan Menurut Sumodingningrat 2004 pemberdayaan tidak bersifat selamanya,
melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, dan kemudian dilepas
Universitas Sumatera Utara
untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jatuh lagi. Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar, hingga mencapai
status, mandiri. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara terus
menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi. Sebagaimana disampaikan dimuka bahwa proses belajar dalam rangka
pemberdayaan akan berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi:
Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga
dapat mengambil peran di dalam pembangunan. Tahap peningkatan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah
inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mehantarkan pada kemandirian Ambar, 2004.
c. Sasaran Pemberdayaan Sasaran utama pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok
masyarakat. Dalam mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar, kuncinya terletak pada keberhasilan membuat orang tersebut memahami bahwa sesuatu misalnya
Kadarzi adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang orang yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan
Universitas Sumatera Utara
masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apapun lebih lanjut. Manakala ia telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka kepadanya
harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan Depkes RI, 2007.
Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang
bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktekkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat atau
pembangunan masyarakat. Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan kemitraan. Pada saat ini banyak dijumpai Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat
LSM yang bergerak di bidang kesehatan atau peduli terhadap kesehatan. LSM ini harus digalang kerjasamanya, baik diantara mereka maupun anatara mereka dengan
pemerintah, agar upaya pemberdayaan masyarakat dapat berdayaguna dan berhasilguna. Selain dengan pihak LMS, tokoh masyarakat dalam hal ini kepala desa
juga dapat memberikan dukungan dalam pelaksanaan promosi Kadarzi. Peran kepala desa adalah sebagai motivator atau penyuluh kesehatan yang membantu para petugas
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlunya hidup sehat dan memotivasi mereka untuk melakukan perilaku Kadarzi.
Sasaran pemberdayaan Kadarzi adalah semua keluarga di wilayah kerja puskesmas. Namun perhatian utama pemberdayaan ditujukan pada keluarga yang
memiliki kelainan gizi, keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera tahap I Depkes RI, 2007. Hasil studi Misbakhudin 2003; Depkes RI 2007, menyebutkan bhawa
pemberdayaan masyarakat dari tenaga kesehatan merupakan salah satu faktor yang
Universitas Sumatera Utara
memengaruhi pencapaian program Kadarzi. Sarjunani 2009, juga menyebutkan bawah salah satu upaya untuk memperbaiki status gizi masyarakat yaitu melalui
program Kadarzi dengan cara pemberdayaan gizi masyarakat. Rumniati 2005, menyimpulkan bahwa adanya masyarakat yang belum mengerti tentang Kadarzi
sehingga masih diperlukan pemberdayaan dari kader dan tenaga kesehatan. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dapat memotivasi keluarga untuk
memperaktekkan indikator-indikator Kadarzi.
2.3. Dampak dari Praktek Keluarga Sadar Gizi