FISIOLOGI SINUS PARANASAL Anatomi Hidung dan Sinus Paranasal

Sinus frontal mulai berkembang sepanjang bulan keempat masa kehamilan yang merupakan suatu perluasan ke arah atas dari sel etmoidal anterosuperior. Sinus frontal jarang tampak pada pemeriksaan foto polos sebelum umur 5 atau 6 tahun, setelah itu pelan-pelan tumbuh, total volume 6-7 ml. Sinus frontal mengalirkan sekretnya ke dalam resesus frontalis . Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar daripada yang lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Kira –kira 15 dari orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan 5 sinus frontalnya tidak berkembang. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar kedaerah ini Soejipto Mangunkusumo, 2007. Sinus sfenoid mulai tumbuh sepanjang bulan keempat masa kehamilan yang merupakan evaginasi mukosa dari bagian superoposterior rongga hidung. Sinus ini berupa suatu takikan kecil di dalam os sfenoid sampai umur 3 tahun ketika pneumatisasi mulai lebih lanjut. Pertumbuhan cepat untuk menjangkau tingkatan sella tursica pada umur 7 tahun dan menjadi ukuran orang dewasa setelah berumur 18 tahun, total volume 7.5 ml. Sinus sfenoid mengalirkan sekretnya ke dalam meatus superior bersama dengan etmoid posterior Hwang Abdalkhani, 2009.

2.1.5 FISIOLOGI SINUS PARANASAL

Fungsi dari sinus paranasal masih belum diketahui dengan pasti dan masih belum ada persesuaian pendapat. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal tidak mempunyai fungsiapa-apa karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan tulang muka Soetjipto mangunkusumo, 2000. Namun karena berhubungan langsung dengan hidung, maka sinus dapat membantu resonansi suara, penciuman, membersihkan, menghangatkan, Universitas Sumatera Utara melembabkan udara inspirasi, dan merubah udara pernafasan. Kebanyakan penulis masih ragu-ragu dan menyatakan bahwa sinus paranasal hanya berpengaruh sedikit, terutama hanya bila menderita sakit Soetjipto Mangunkusumo, 2000. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal:

A. Sebagai pengatur kondisi udara air coditioning

Sinus yang berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembapan udara inspirasi. Namun teori ini mendapat sanggahan, sebab ternyata tidak didapati pertukaran udara yang defenitif antara sinus dan rongga hidung Soetjipto Mangunkusumo, 2000. Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih 11000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus, lagi pula mukosa sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan kelenjar sebanyak mukosa hidung Soetjipto Mangunkusumo, 2000.

B. Sebagai penahan suhu thermal insulators

Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan buffer panas, melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Akan tetapi kenyataannya sinus-sinus yang besar tidak terletak diantara hidung dan organ-organ yang dilindungi Soetjipto Mangunkusumo, 2000. C. Membantu keseimbangan kepala Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya akan memberikan penambahan berat sebesar 1 dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap tidak bermakna Soetjipto Mangunkusumo, 2000. D. Membantu resonansi suara Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan mempengaruhi kualitas suara, akan tetapi ada yang berpendapat, posisi Universitas Sumatera Utara sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yang efektif, lagipula tidak ada korelasi antara resonansi suara dan besarnya sinus pada hewan tingkat rendah Soetjipto Mangunkusumo, 2000. E. Sebagai peredam perubahan tekanan udara Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus Soetjipto Mangunkusumo, 2000. F. Membantu produksi mukus Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena mukus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis Soetjipto Mangunkusumo, 2000.

2.1.6 Klasifikasi Tumor di Kavum Nasi dan Sinus Paranasal