Klasifikasi inverted papiloma menurut Han et al : Stadium
Perluasan Stadium 1
Tumor terbatas di kavum nasi, dinding hidung lateral sinus maksila medial, sinus etmoid dan sinus sfenoid .
Stadium 2 Seperti stadium 1 kecuali tumor meluas dari lateral ke dinding
medial maksila Stadium 3
Tumor telah melibatkan sinus frontal Stadium 4
Tumor telah meluas keluar dari sinus orbita dan intra kranial
Penanganan inverted papiloma meliputi rinotomi lateral atau midfacial degloving dan pendekatan secara endoskopik Thapa, 2010.
2.6.2 Tumor Fibro-oseus dan tulang
Tumor fibro-oseus termasuk tumor jinak dengan abnornalitas tulang yang dapat terjadi di region kavum nasi dan dan sinus paranasal. Tumor fibro-
oseus ini terbagi menjadi tiga grup besar yakni Fibrous dysplasia, ossifying
fibroma dan osteoma. Etiologi sampai saat ini masih belum diketahui dengan
pasti Lund et al, 2009. Insiden pada fibrous dysplasia biasanya terjadi pada dekade pertama dan
kedua dari kehidupan dimana laki-laki dan perempuan memiliki rasio yang sama. Pada ossifying fibroma biasanya terjadi pada dekade kedua dan
keempat dari kehidupan. Dimana rasio antara laki-laki dan perempuan sebesar 1:5. Pada osteoma dengan rasio antara laki-laki dan perempuan
antara 1,5-1 sampai 3,1-1. Osteoma dapat di temukan pada semua usia, namun sering ditemukan pada dekade ketiga dan keempat kehidupan Lund
et al , 2009.
Universitas Sumatera Utara
Gejala paling sering yang dikeluhkan pasien pada fibrous dysplasia adalah ketidaksimetrisan wajah yang diikuti rasa nyeri, gejala okuler dan
gangguan neurologis. Pada diagnosis fibrous dysplasia ditegakkan dengan CT Scan yakni tampak gambaran groundglass pada tulang. Penanganan
pada kasus fibrous dysplasia berupa pembedahan yaitu pembedahan dengan bantuan endoskopik. Sedangkan pada ossifying fibroma gejala
bergantung pada perluasan tumor. Gejala meliputi nyeri pada wajah, pembengkakan pada wajah, sumbatan di hidung, gejala okuler dan
rinosinusitis kronis. Draft et al melaporkan bahwa penanganan ossifying fibroma berupa pembedahan dengan endoskopik sehingga mengurangi
terjadi komplikasi Lund et al, 2009. Gejala juga bergantung pada perluasan tumor. Sejumlah penulis
melaporkan bahwa osteoma menimbulkan gejala orbita seperti diplopia, epifora, bahkan sampai kebutaan . Penanganan berupa pembedahan dengan
endoskopik.Lund et al, 2009.
2.6.3 Hemangioma
Hemangioma adalah tumor jinak pada hidung yang etiologinya sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Etiologinya dihubungkan dengan
kehamilan, kontrasepsi oral dan trauma Nair, Bahal Bhadauria, 2008. Gejala paling sering dari hemangioma adalah hidung tersumbat dan
hidung berdarah. Hemangioma kadang – kadang sulit dibedakan dengan polip yang berdarah dan polip angimatous . Hemangioma paling sering terjadi
di anterior nasal septum Nair, Bahal Bhadauria, 2008. Hemangioma bisa terjadi pada semua dekade, tetapi insiden paling tinggi
pada dekade ketiga dari kehidupan dan lebh sering mengenai perempuan dibanding laki – laki Nair, Bahal Bhadauria, 2008 Secara makroskopis,
hemangioma digambarkan sebagai lesi polipoid dengan permukaan yang licin Lazar et al, 2004 sedangkan secara histopatologis, hemangioma
Universitas Sumatera Utara
digambarkan sebagai vaskularisasi sub mukosal pada lobus ataupun kluster yang terdiri dari kapiler – kapiler sentral Nair, Bahal Bhadauria, 2008.
Penatalaksanaan dari hemangioma adalah eksisi luas dari tumor termasuk batas dari mukosa sehat dan perikondrium Lazar et al, 2004.
2.7 Tumor ganas kavum nasi dan sinus paranasal